logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 Langsung Disukai Manajer

Hari ini hari pertama aku akan memulai bekerja. Ini adalah jalan yang tepat untukku menjadi wanita hebat. 
Usai mandi, aku bergegas bersiap-siap. Menyiapkan barang-barang yang mungkin saja kubutuhkan nanti. Kubawa bolpoin serta beberapa kertas kosong yang mungkin nanti akan berguna. 
Kuambil ponsel yang sejak tadi ku charge kemudian ku tekan nomer telepon Fida yang kemarin sempat ia berikan.
Tak berapa lama kemudian Fida menjawab teleponku.
"Gimana Re? Udah siap?" tanya suara itu diujung telepon.
"Udah nih, jadi jemput kan?" 
"Iya, aku otewe sekarang ya," jawabnya kemudian menutup telepon.
Kemarin aku sempat menanyakan alamat kantornya, namun dia berkata bahwa dia akan menjemputku saja. 
Dia teman baikku ketika kami kuliah dulu. Dulu dia menjadi satu-satunya temanku yang paling kesulitan dalam membayar uang semester, dia hampir memutuskan untuk menyudahi kuliahnya itu karena hambatan biaya. 
Nasib baik aku selalu mendapat kiriman uang dari bapak lebih tiap bulannya, jadi karena merasa kasian dengannya aku selalu membantunya. 
Mungkin dia teringat masa-masa kuliah dulu. Akulah yang menjadi pahlawannya. Hingga sekarang dia sudah sukses dalam karirnya pun dia tidak melupankanku. 
Setelah dua puluh menit aku menunggu, akhirnya Fida datang juga. 
"Re, ayo!" kata Fida sembari membuka kaca mobilnya.
Aku segera berlari menghampirinya.
"Wih, keren!!! Udah terlihat berwibawa ini ibu Accounting," ledek Fida yang melihatku mengenakan kemeja berwarna putih dan rok hitam selutut serta sepatu vantaufel yang ber hak 5 cm.
"Apa sih, bisa aja ah," jawabku.
"Beneran keren ih, terlihat masih single. Padahal udah punya buntut," Fida menggodaku lagi.
"Husssss, kamu gak berubah ya. Sukanya bercandain orang mulu dari dulu," jawabku kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil Fida terus saja mengatakan bahwa Managernya itu sangat baik. Selain baik dia juga tampan. 
"Dia masih singel lo Re," katanya kemudian terkikik.
"Dasar, ingat anak ingat suami! Anak udah dua masih juga ganjen." 
"Yey, biarin. Kan cuma buat cuci mata doang. Kalau masalah hati mah hanya untuk mas Sofyan seorang," katanya mulai bucin.
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Dasar Fida, masih sama aja kaya dulu, selalu diperbudak cinta.
"Oh ya. Tadi rumah sepi, Reza udah berangkat sekolah ya? Tumben awal?" tanya Fida yang memang tidak tau sedikitpun masalah keluargaku.
"Em, iya." Aku masih berusaha menutupinya. Bagaimanapun rasa sakit yang kurasakan, tapi aku masih berusaha untuk menutup aib keluargaku.
"Mas Yogi masih kerja di Telkom?"
Aku hanya mengangguk. Tidak ingin dia bertanya lebih lanjut lagi.
"Oh ya Da, Apa aku langsung mulai kerja hari ini ya? Atau cuma wawancara doang?"
"Ya langsung kerja dong. Kan kantorku memang butuh staff akuntansi Re, gimana sih? Kalau cuma wawancara ya mungkin pak Rendi gak menyuruhku buru buru nyari orang dong," katanya sambil fokus menyetir.
"Dia menyuruhku karena dia percaya padaku. Aku pasti bawa orang yang benar benar kompeten, benar benar bisa diandelin," sambungnya.
Aku mangut mangut seraya mengeluarkan map coklat yang berisi dataku untuk melamar pekerjaan.
"Buat apaan?" tanya Fida lagi.
"Ya buat lamaran lah, ini CV ku," jawabku.
"Kan udah ku bilang. Itu gak perlu! Pak Rendi udah percaya sama aku." 
"Ya buat jaga jaga aja. Takut nanti ditanyain." 
Fida kemudian membawaku menuju kantor tempatnya bekerja. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk.
"Turun dulu. Aku parkirin mobil bentar. Jangan kemana-mana, masuknya bareng aku!" perintahnya bertubi tubi.
"Siap boss," kataku sambil mengangkat tanganku, seperti melakukan hormat pada bendera.
Aku turun kemudian Fida mengendarai mobilnya ke parkiran. Selang lima menit dia sudah kembali.
"Yuk masuk!" 
Kuikuti langkahnya menuju ruangan yang bisa terbilang besar itu.
"Ini ruangan Pak Rendi. Jangan terpesona jika melihatnya nanti," katanya bercanda.
"Takut ada saingan ya?" Aku menggodanya.
Dia tidak menggubris omonganku lalu pergi meninggalkanku untuk kembali ke ruangannya.
Aku menunggu hampir lima belas menit. Namun pak Rendi itu belum juga kelihatan.
Setelah menunggu sedikit lama akhirnya datang seorang pemuda tampan dengan jas hitam yang menutupi kemeja putihnya yang masih kelihatan. Dasi berwarna biru melingkar juga di lehernya membuatnya terlihat lebih gagah.
"Kamu Reina bukan?" 
"Iya Pak," jawabku dengan sedikit gugup.
"Saya Rendi. Saya Manager disini," lanjutnya.
"Fida sudah menceritakan banyak tentang kamu. Saya pikir kamu tepat mengisi jabatan ini." Dia meneruskan.
"Kamu langsung kerja aja ya! Selamat bergabung diperusahaan ini," lanjutnya tanpa meminta berkas lamaran yang sudah ku bawa.
"Terima kasih pak." Jawabku.
Pak Rendi segera mengantarku ke ruangan yang akan menjadi ruanganku itu.
"Ini ruanganmu ya," ujarnya setelah kita sampai di sebuah ruangan.
"Baik pak." 
Setelah mengantarku dia segera kembali ke ruangannya. 
Ternyata apa kata Fida tadi benar.  Selain dia tampan dia juga baik. Sepertinya aku akan betah kerja disini.
____________
"Re," panggil suara itu.
"Kamu toh." Ternyata Fida yang menghampiri ke ruanganku.
"Gimana kamu seneng dengan ruanganmu?"
"Iya lah. Beneran terasa jika aku kerja di kantoran loh sekarang," kataku kemudian tertawa.
"Makasih ya Da, kamu sudah menjadi jalanku untuk bisa bekerja disini," kataku melanjutkan.
"Sama sama. Dulu kamu juga sering bantuin aku kok pas kuliah, aku ingat betul. Kamu lah pahlawanku, Re," jawabnya sambil memelukku.
"Udah sana kembali kerja. Nanti dimarahi bos."
"Bos disini gak pernah marah marah Re, kamu udah lihat sendiri kan pak Rendi tadu, dia baik kan?" 
"Iya dia baik."
"Ganteng juga ya," katanya mulai genit.
"Ihhh kamu tu, dasar." 
Tak disangka pak Rendi sudah berdiri didepan pintu, dia berniat memberiku pekerjaan pertama. 
"Fidaaa, Kembali ke ruanganmu," Katanya dengan nada lembut.
"Hehe, siap pak," jawab Fida sambil cengengesan.
Fida kembali ke ruangannya. Pak Rendi mulai memberi tahuku apa saja tugasku.
"Ini tugasmu yang pertama ya Re, kamu disini yang bertugas untuk mencatat semua keuangan. Baik itu pengeluaran maupun pendapatan." 
"Baik pak."
"Ini komputermu, di sini sudah ada data keuangan kantor kita yang sebelumnya sudah dikerjakan oleh staff accounting yang dulu. Kamu tinggal nerusin aja jika ada laporan masuk."
"Baik pak."
"Coba kamu kerjakan pekerjaan pertamamu ini. Setelah selesai bawa ke meja saya ya," katanya seraya memberikan sebuah Map yang didalamnya terdapat beberapa dokumen.
"Baik pak."
Setelah menjelaskan pak Rendi kembali meninggalkanku. Aku paham jika harus mengerjakan laporan keuangan. Itu adalah makananku sehari-hari ketika aku kuliah dulu.
Aku mengerjakan tugas pertama yang diberikan pak Rendi tadi dengan sangat teliti.
Setelah hampir satu setengah jam ku kerjakan akhirnya selesai juga. Ku temukan laba bersih dari perusahaan. 
Dengan percaya diri aku segera menyerahkan pekerjaan pertamaku pada pak Rendi. 
"Ini pak. Sudah selesai saya kerjakan," kataku sembari menyerahkan dokumen yang kubawa.
"Cepat sekali Re, kamu cekatan banget ya. Baru juga satu setengah jam sudah selesai," ucapnya memujiku.
"Coba bapak cek dulu." 
Pak Rendi kemudian membuka dokumen yang tadi kuberikan. Dia terlihat tersenyum dan kagum dengan dokumen yang baru saja kuselesaikan itu.
"Memang Fida gak salah memilih kamu. Good job, Reina." 
Aku bahagia bisa membuat kesan baik dihari pertamaku kerja. 
" Ya udah saya kembali bekerja lagi, Pak. Masih ada dokumen yang harus saya kerjakan," kataku kemudian.
"Baik silahkan," katanya sambil masih tersenyum sendiri.
Aku kembali dengan hati bahagia. Inilah awal dari kesuksesanku, pikirku.
_______________________

Book Comment (153)

  • avatar
    NurFaizah

    betui

    2d

      0
  • avatar
    Annisa Rahmadanny

    cantik banget

    8d

      0
  • avatar
    91Yappe

    5.0

    13d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters