logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami

Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami

Alfiyah


Chapter 1 Yogi Pergi

"Dimana Reza?" tanya Mas Yogi sepulangnya dari kantor.
"Di dalam Mas. Dia sedang belajar," jawabku yang tengah sibuk menyiapkan makan malam.
Mas Yogi segera melangkah menuju kamar Reza. Tak lama kemudian terdengar Reza berteriak.
"Gak mau! Aku gak mau Pa!" Teriakannya membuatku langsung berlari ke kamarnya.
Terlihat Mas Yogi sedang mengemasi baju Reza ke dalam koper.
"Mau dibawa kemana baju baju Reza Mas?" tanyaku heran.
"Reza akan tinggal bersamaku," katanya kemudian 
Aku  tidak tau maksud perkataannya. Tinggal bersamanya?
"Maksutmu apa Mas? Kita akan pindah? Kenapa kamu gak cerita dulu padaku?" 
"Reza ikut bersamaku. Aku akan menikah lagi!" katanya membuatku seakan tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Kamu bercanda Mas??"
"Aku serius!! Aku bosan hidup denganmu yang bisanya cuma di rumah! Gak ngapa-ngapain! Nggak bisa ngurus penampilan, makin hari penampilan makin kusut. Bagaimana bisa aku bertahan dengan wanita sepertimu?!!" hardiknya dengan suara keras.
"Gak ngapa-ngapain katamu???!!" 
"Iya, kamu memang gak ngapa ngapain di rumah. Kamu cuma melakukan pekerjaan rumah tangga yang sama setiap hari. menungguku pulang saat aku gajian, dan meminta uang gajianku," kata-kata mas Yogi yang sangat melukai hatiku.
"Aku tu pengen punya istri seorang wanita karir yang smart. Tidak hanya dirumah aja sepertimu!!" bentaknya lagi.
"Kamu pikir aku dirumah gak ngapa ngapain Mas??? Kamu pikir aku tidak capek mengurus rumah tiap hari??? Kamu pikir aku sekarang tidak cantik lagi karena aku malas mengurus diriku sendiri?? Kamu harusnya mikir!!! Aku berubah seperti ini karena aku mengurus keluarga kita setiap hari, sampai sampai gak sempat mengurus diriku sendiri!!!!" 
Mas Yogi diam dengan tetap mengemasi baju Reza.
"Harusnya kamu ngaca Mas!! Kamu itu sudah menjadi suami yang baik atau belum??!! Selama ini aku selalu menerima berapapun uang yang kamu berikan padaku!! Walaupun sebenarnya aku binggung ketika uang itu tidak mencukupi keperluan kita selama sebulan. Sekarang kamu menyalahkanku karena aku tidak bisa menjaga penampilanku?? Apa pernah kamu memberiku uang untuk biaya perawatan diri???!!" Aku melepas semua unek unek yang selama ini kusimpan rapi di dalam kepalaku.
"Sudaaaahhhhh!!!  Gak usah banyak bicara!! Reza pokoknya ikut aku!!!" katanya sambil menutup koper yang sudah terisi penuh. 
"Reza gak mau Pa! Reza mau sama Mama aja!" teriak putra semata wayangku itu.
"Kalau kamu ikut Mama, kamu gak akan bisa melanjutkan sekolah. Coba lihat Mamamu sekarang. Dia tidak bekerja, dari mana dia akan menghasilkan uang untuk menyekolahkanmu!!" teriak Mas Yogi keras.
Terlihat wajah Reza yang polos enggan untuk meninggalkanku. 
"Mas, jika kamu memang mau pergi, silahkan!!! Tapi biarkan Reza tetap tinggal bersamaku!" kataku berusaha untuk menahan putraku.
Aku berusaha menahan tangis sebisa mungkin. Aku tidak ingin terlihat lemah di depan Mas Yogi.
Mas Yogi tidak menjawab dan terus berjalan meninggalkanku dengan membawa putra semata wayangku itu.
"Pa, aku mau sama Mama aja," teriak Reza yang masih bisa kudengar.
"Baiklah Mas, jika memang itu maumu. Akan aku turuti. Akan kubuktikan padamu jika suatu hari nanti, jika aku bisa lebih hebat darimu!!!" kataku yang masih merasa sakit hati.
Mas Yogi tidak menceraikanku terlebih dahulu sebelum meninggalkanku. Itu artinya aku masih sah menjadi istrinya. 
Suatu saat aku yang akan meminta cerai darimu Mas, kataku dalam hati.
Bagaimanapun juga aku tetap sedih mendengar perkataannya. Kata-kata yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
****
Perasaan sedih masih menyelimutiku. Aku terus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa meneruskan hidupku. Tidak mungkin aku kembali ke rumah orang tuaku. Mereka pasti akan sedih jika mengetahui kondisiku. 
Selama ini aku tidak pernah sedikitpun berkata buruk di depan Ibu dan Bapak soal Mas Yogi. Aku selalu membuatnya terlihat baik di mata mertuanya itu.
Dalam kesedihanku itu tiba tiba terdengar seseorang memencet bel rumah. Segera kuberjalan dan melihat siapa yang datang. 
Ternyata Fida teman kuliahku. Tumben sekali dia datang kesini. 
Aku membuka pintu untuknya kemudian menyuruhnya masuk.
"Tumben banget kamu kesini, Da," kataku memulai pembicaraan.
"Iya nih re. Aku sedang bingung. Staff accounting kami tiba tiba resign tadi.  Managerku menyuruhku mencari staff pengganti," katanya kemudian terhenti.
"Trus? Apa hubungannya dengan pertanyaanku? Apa kamu kesini hanya untuk menceritakan kebingunganmu itu?" tanyaku lagi.
"Lha bukannya kamu dulu jurusan akuntansi ya re?" Katanya mengingatkanku jika aku pernah kuliah.
"Oh bener Da, aku aja sampai lupa. Maklum karena sekarang hanyalah emak emak berdaster yang tidak memikirkan masalah karir," jawabku seadanya.
"Oh ya gimana kalau kamu aja yang menjadi pengganti staff di kantorku, itu juga kalau suamimu mengijinkan sih."
Aku tidak berniat menceritakan masalah rumah tanggaku. Namun ku pikir akan lebih baik jika aku menerima saja tawarannya untuk menggantikan staff Accounting di kantornya.
"Boleh deh Da. Aku juga mulai bosan nih hidup di rumah mulu. Pengen deh kerja kaya kamu gitu," kataku beralasan. Selain saat ini aku memang butuh kerjaan, ini juga mejadi kesempatanku untuk memulai karirku. 
"Beneran nih? Mas Yogi gak akan marah kan?" tanya Fida yang tidak mengetahui jika dia sudah pergi.
"Gak akan marah Da, tenang aja." 
"Ya udah besok langsung datang aja. Pakai pakaian yang rapi." 
"Sip." Kataku.
Fida akhirnya berpamitan setelah hampir setengah jam berada dirumahku.
"Aku pulang dulu Re."
"Oke, makasih ya."
Rumah terasa sepi setelah mereka pergi. Ruang tv yang biasanya rame oleh teriakan mas Yogi dan Reza kini hanya hening.
Ku ingat perkataan Mas Yogi yang membuatku sangat sakit hati. Dia menganggapku hanyalah wanita manja yang hanya duduk dirumah. Menunggu suami pulang saat gajian dan meminta uang gajinya.
Pernahkah dia melihatku kecapekan saat membersihkan rumah? Pernahkah dia melihat susahnya aku mengasuh Reza ketika dia kecil? Pernahkah dia berpikir jika aku tidak pernah mengeluh atas semuanya? Kupikir dia tidak mungkin memikirkannya. 
"Sudahlah, biarkan dia pergi," Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.
"Mungkin memang sudah jalan hidupku seperti ini. Aku harus ikhlas." 
Aku tidak mau lama lama terpuruk dalam kesedihan. Aku ingin jadi wanita hebat, wanita yang tidak bergantung pada suami. 
Aku akan buktikan padanya jika aku mampu menjadi wanita seperti yang dia mau, bahkan lebih. Agar suatu saat nanti dia memohon-mohon untuk kembali padaku dan di saat itulah akan ku campakkan dia, ini janjiku pada diriku sendiri.
 

Book Comment (153)

  • avatar
    NurFaizah

    betui

    2d

      0
  • avatar
    Annisa Rahmadanny

    cantik banget

    9d

      0
  • avatar
    91Yappe

    5.0

    13d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters