logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Virgo

Virgo

DeeBoo_


Bab 1 - Hari Pertamaku

"Bunda, sepatu Wawa dimana? Kok ngilang? Bunda jual ya?" Teriak seorang gadis yang berlari kecil menuruni tangga sambil menenteng tas ranselnya.
"Coba cek lagi di kamar kamu, cari yang teliti," kata Bundanya.
"Nggak ada, Bun. Tadi Wawa udah cari di kamar."
"Masa sih? Yaudah, nanti Bunda yang cariin, panggilin Kakak kamu dulu," kata Bundanya yang langsung diangguki Wawa.
Wawa segera melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas, untuk melaksanakan perintah dari Bundanya tadi, yaitu memanggil Kakaknya.
Saat berada di depan pintu kamar Kakaknya, ia segera mengetuk pintu kamar itu dengan bar-bar, seperti orang yang hendak mengajak berkelahi.
"KAK RARA, BANGUN! DIPANGGIL BUNDA!" Teriak Wawa dengan suara cemprengnya.
"Iya udah bangun kok, itu mulut atau toa, besar banget suaranya," sahut Kakaknya dari dalam kamar.
"Suara Kak Rara juga besar, jadi jangan nyalahin Wawa dong," teriak Wawa tak terima.
"Eh, anak gadisnya Bunda. Nggak baik teriak-teriak, bicaranya dipelanin," peringat Bunda yang menegur aksi teriak-teriakan dari kedua putrinya.
"Maaf Bun," kata Wawa dengan menampilkan cengiran giginya.
"Yaudah, ini... kamu pakai sepatunya, habis itu langsung ke bawah," kata Bunda sambil menyodorkan sepatu putih milik Wawa.
"Kok Bunda bisa nemuin sepatu Wawa sih?" Bingung Wawa
"Bunda ketemu sepatunya di bawah kasur, kayaknya ada yang sengaja nyembunyiin,” ucap sang Bunda yang membuat Wawa segera mengangkat dua jarinya, membentuk tanda peace.
"Emang sengaja Wawa sembunyiin, biar nggak sekolah," ucap Wawa dengan wajah tanpa dosanya.
"Udah dikasih libur lama, masih aja males sekolah," ucap Bunda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan pemikiran putri bungsunya.
"Nah, justru Wawa males sekolah karena itu Bun. Liburnya udah kelamaan, jadi bikin nyaman." Jawab Wawa dengan senyumannya.
"Udah, kamu ke bawah duluan, Bunda mau liat Kakak kamu dulu, kenapa lama banget," ucap Bunda yang diangguki oleh Wawa.
"Iya Bun."
Wawa pun segera berjalan cepat menuruni tangga, melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan yang sudah ada Ayahnya disana, yang membuatnya segera mendudukkan tubuhnya tepat di samping Ayahnya berada.
"Duh, putri bungsu Ayah udah masuk SMA aja nih," kata sang Ayah yang menyadari kedatangan putrinya itu.
"Iya dong Yah, masa Wawa mau di SMP terus sih," ucap Wawa.
"Loh, kirain masih TK," ucap Ayahnya dengan menunjukkan wajah yang dibuat seolah-olah terkejut.
"Ish Ayah nih," ucap Wawa dengan mengerucutkan bibirnya.
"Nah tuh kan, tingkahnya masih kayak anak TK ini," ucap Ayah dengan mencubit pipi tembam Wawa.
"Jangan cubit Yah, nanti melar, jadi kayak nenek-nenek," kata Wawa dengan segera menjauhkan wajahnya dari tangan jahil sang Ayah.
Mendengar perkataan Wawa membuat Ayahnya tertawa kecil, "Iya-iya."
"Oh iya yah, emangnya tingkah anak SMA itu kayak gimana?" Tanya Wawa yang merasa tak terima disamakan dengan anak TK.
"Tuh, liat Kakak kamu. Itu baru anak SMA," ucap Ayah sambil menunjuk ke arah Clara yang sedang berjalan menghampiri mereka bersama Bundanya.
"Kenapa?" Bingung Clara yang tak mengetahui apa-apa.
"Ih, nggak mau ah. Ribet, mendingan kayak gini," ucap Wawa yang membayangkan ia berpenampilan seperti Kakaknya yang setiap harinya harus disibukkan untuk mencatok rambutnya.
"Iya, kamu biar jadi anak TK aja," ucap Ayah yang sengaja menggoda Wawa.
"Biarin, anak TK kan ngegemesin, kayak Wawa," ucap Wawa yang kini tampak tak masalah disamakan dengan anak TK.
"Ayah sama Wawa ngebicarain apa sih?" Tanya Clara yang masih bingung dengan pembicaran Ayah dan Adiknya.
"Ngebicarain tentang udara yang tak terlihat." Jawab Wawa dengan asal yang membuat Clara semakin bingung.
"Udah, mendingan kita sarapan, nanti kalian telat sekolahnya," lerai Bunda yang sudah mendudukkan tubuhnya di depan sang suami.
Clara yang mendengar hal itu pun segera mendudukkan tubuhnya di samping Bunda, tepat di hadapan Wawa.
Mereka pun menyantap sarapan bersama, dengan sesekali Clara yang jahil dan mengambil lauk sang Adik, sehingga Wawa mengerucutkan bibirnya sambil menggerutu kecil.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Clara dan Wawa pun berpamitan kepada kedua orang tuanya karena hendak berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil Clara.
"Kak Rara, Wawa duluan ya," kata Wawa saat mobil itu telah terparkir di parkiran sekolah.
"Emangnya kamu tau lokasi kelasnya?" Tanya Clara
"Nanti Wawa cari kelasnya sendiri aja, Kak. Kan Wawa udah SMA, masa mau ke kelas aja dianterin," kata Wawa yang membuat Clara terkekeh kecil.
"Yaudah, nanti kalau bel pulang sekolah udah bunyi, tungguin Kakak di depan gerbang ya," kata Clara yang diangguki oleh Wawa.
"Wawa duluan ya Kak, mau melaksanakan sebuah misi penting."
"Hah? Misi apaan?"
"Misi mendapatkan cogan." Jawab Wawa dengan senyumannya yang langsung keluar dari mobil dan berlari kecil menuju ke halaman sekolah.
"Eh, kamu masih kecil, jangan pacaran," teriak Clara yang dapat didengar oleh Wawa dan juga beberapa siswa lain yang berada di parkiran.
Wawa yang mendengar teriakan sang Kakak hanya tertawa kecil dan tetap melanjutkan langkahnya menuju ke mading yang terletak di dekat ruang tata usaha.
Wawa membelalakkan matanya saat melihat begitu banyak kertas berisikan nama-nama murid baru di sekolahnya.
"Wah, banyak banget namanya, kalau tau gini aku minta bantuin Kak Rara tadi," gerutu Wawa yang segera menyesali keputusannya.
Meskipun bibirnya terus menggerutu, matanya tetap tak berhenti mengerjakan tugasnya untuk mencari namanya di setiap kertas yang tertempel disana.
Saat matanya sedang fokus mencari namanya dari sekian banyak nama yang tertera disana, ada seorang yang menepuk pundaknya yang membuatnya terlonjak kaget.
"Lo lucu banget kalau kaget gitu," ucap lelaki yang mengagetkan Wawa tadi.
"Aku emang selalu lucu, tapi jangan ngagetin gitu dong, kalau nanti aku kena serangan jantung gimana?" Ucap Wawa dengan wajah kesalnya.
"Tenang, kalau lo kena serangan jantung gue bakal tanggung jawab."
"Oke, tanggung jawabnya dengan membiayai pengeluaran aku seumur hidup, beliin rumah, mobil, tiket pesawat jalan-jalan keliling dunia dan beliin boneka yang banyak, kalau perlu sama gudangnya." Jawab Wawa yang membuat lelaki itu mengerjapkan matanya berulang kali.
"Kok gue merasa dirampok ya," gumam lelaki itu pelan.
***
Bersambung...

Book Comment (48)

  • avatar
    SusantoSigit

    joss

    21/08

      0
  • avatar
    JannahHurfatul

    bagus

    09/08

      0
  • avatar
    Rizal

    oke

    03/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters