logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 6. Pesantren

"Ternyata takdir membawaku bertemu denganmu."
-Nadya Aira Khairi-
"Nad, lo serius lo mau ke pesantren?" mereka bertanya secara bersamaan.
"Iyalah, buat apa gue bohong."
"Pokoknya kalau udah sampe sana, jangan lupa telpon kita, kita bakal kangen sama lo." mereka berpelukan layaknya teletabis, sahabatnya tak sanggup jika harus berpisah seperti ini.
"Iya pasti, udah ya kalian jangan sedih, kan nanti bakal sering video call." Nadya berusaha tegar.
"Yaudah, sampai jumpa Nad." mereka melambaikan tangannya kearah Nadya.
Selesai berpamitan pada sahabatnya. Nadya pulang kerumah, ia terburu-buru kekamarnya. Nadya memilih dress yang akan ia kenakan. Hingga akhirnya ... Nadya memakai dress selutut menuju pesantren. Nadya terlihat anggun mengenakannya, Nadya memolesi sedikit makeup dan terlihat natural.
"Nadya kamu udah ganti baju? Kita siap-siap ke pesantren," panggil Hengky pada Nadya, agar mempercepat waktu.
"Iya Ayah, Nadya udah siap, tinggal ke bawah." Nadyapun turun dengan gayanya yang anggun.
"Jangan lama sayang! Waktunya mepet." nampaknya Hengky tak sabar.
"Iya Ayah sebentar!" teriak Nadya sambil menuruni anak tangga.
"Kalau udah siap turun dan makan!" seru Hengky.
Selesai sarapan, Nadyapun menuju Pesantren Sabilunnajah Bandung, dan ketika sampai, orang-orang heran melihat Nadya, itu karena Nadya hanya memakai dress, dan tidak memakai pakaian tertutup seperti perempuan lainnya.
"Nad, sebelum ke pondok kita kstempat lama sahabat Ayah ya," ajak Hengky yang ingin menemui sahabat lamanya.
"Iya Ayah."
"Nah ini tempatnya, sini Ayah kenalin." Hengkypun mengajak Nadya berkenalan dengan sahabat lamanya.
"Iya Ayah." Nadya mengangguk.
"Assalamualaikum, bro apakabar? Udahlama kita nggak ketemu, gimana keadaan pesantren disini?" Hengky melihat perubahan sahabatnya, ungguh berbeda.
"Wa'alaikummussalam, ternyata kamu belum berubah Ky, masih saja seperti dulu," timpal Dika, sahabat Hengky.
Hengky mengenalkan Nadya pada sahabat lamanya. Seorang ustadz pemilik Pesantren Sabilunnajah Bandung.
"Owh, iya jelas kenalin ini anak gue." Hengky merangkul Nadya.
"Masya Allah, ini siapa? Cantik sekali kamu Nak," Dika memuji Nadya kagum.
"Em, nama saya Nadya Aira Khairi." Nadya tersenyum.
"Sebentar saya panggilkan dulu Umi." Dika berlalu memanggil isterinya.
Beberapa menit kemudian, Dika memperkanalkan isterinya. Kedatangan Nadya membawa sisi positif. Karena sejak dahulu isteri Dika ingin memiliki anak perempuan. Mungkin jika Nadya berjodoh dengan Adnan. Isterinya akan menyayangi Nadya sepenuh hati, tanpa pilih kasih.
"Nah ini Umi Sarah, isteri saya. Kenalin Umi, ini anak temen Abi. Cantik kan? Kayaknya cocok sama anak kita Adnan," Dika mengenalkan Nadya pada isterinya.
"Abi bisa aja bercandanya, nggak baik Abi berbicara seperti itu. Apalagi bercanda didepan anak remaja," Sarah menasehati Dika, suaminya.
"Iya Umi maafin Abi hehe," Dika menyengir.
"Hem, udah sosweat-nya Dika?" Hengky menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sorry saya lupa, Umi perkenalan dulu dong, oh ya saya panggilkan Adnan."
"Iya Om."
"Siapa namanya? Masya Allah cantiknya, tapi lebih cantik berkerudung, kamu mau mondok disini?" Sarah bertanya seraya menatap kagum Nadya.
"Nama saya Nadya Aira Khairi. Em iya Bu, walaupun nggak mau. Tapi apalah dayaku, Ayah tetap memaksakan kehendaknya huft ..." dengus Nadya kesal.
Sarah tersenyum dengan tingkah polos Nadya. Biasanya anak zaman sekarang cenderung membicarakan oarang tuanya dibelakang. Tapi Nadya? Dia berbeda, Nadya sangat unik menurut Sarah. Nadya jujur apa adanya, tidak munafik dan tidak dibuat-buat.
"Masya Allah, tidak apa-apa Nak. Menimba ilmu agama kan itu bagus, pahalanya besar pula, selain untuk kamu ... Bermanfaat juga untuk orang tua kamu."  Sarah menasehati Nadya, seraya tersenyum.
"Iya Bu, makasih sarannya." Nadya tersenyum manis.
"Oo! Iya Nadya panggil Umi saja. Biar nyaman." Sarah menyarankan pada Nadya.
"Baik, Umi." Nadya mengikuti kemauan Sarah.
Sedangkan disekolah International Jakarta. Kevin mencari Nadya kekelasnya namun nihil, Kevin tak menemukan keberadaan Nadya. Kevin mencari sahabat Nadya. Karena Kevin ingin menemui Nadya, yang pergi tanpa pamit padanya.
"Nadya, lo dimana Nad?" Kevin berteriak didalam kelas Nadya, kebetulan hari ini jam kosong, semua guru rapat untuk kenaikan kelas.
"Berisik lo Vin, Nadya nggak ada." Silvia memberikan tatapan sinis.
"Nadya dimana Sil, lo tahu? Kenapa dia nggak pamit sama gue?" tanya Kevin mulai cemas.
"Mana gue tahu, emang gue emaknya." Silvia mengangkat bahunya acuh.
"Gue serius Silvia Azhari." Kevin geram melihat sikap Silvia.
"Cari aja di Arab Vin." Silvia berdecak kesal.
"Serah lo." Kevin muak dengan perkataan Silvia.
Sandra menatap tak tega, melihat Kevin kebingungan mencadi Nadya. Kemana saja Kevin selama ini? Bahkan Kevin tak tahu sama sekali bahwa sejak pagi Nadya kesekolah terlebih dahulu. Sandra kira Nadya berpamitan pada Kevin. Ternyata ... Memang Nadya sengaja tak memberi tahu Kevin
"Lo cari Nadya Vin?" tanya Sandra to the point.
"Lo tahu dia dimana?" Kevin ingin mengetahui keberadaan Nadya.
"Dia pergi ke Pesantren Sabilunnajah Bandung. Gue nggak tahu jalannya, lo search aja ke mbah google." Sandra memeberitahu alamat Nadya.
"Thank you so much San, gue pergi dulu." Kevin terburu-buru pergi untuk menemui Nadya. Kevin hanya ingin meminta penjelasan pada Nadya.
"San, kenapa lo kasih tahu? Nanti si Kevin malah nggak bisa move on." Silvia
"Kasian gue liatnya Sil, nggak tega." Sandra menampilkan puppy eyesnya.
"Penyakit lo dari dulu, nggak tegaan." Silvia menepuk jidatnya.
Sudah waktunya Hengky pamit pergi. Hengky ingin menitipkan Nadya pada sahabat lamanya. Hengky percaya mereka akan amanah menjaga Nadya.
"Kalau begitu saya pamit pulang, saya titipkan anak saya. Kalau dia nakal cubit aja! Saya ikhlas, terimakasih. Assalamaulaikum!" Hengky yang ingin hendak pergi, lengannya ditahan Nadya. Karena Nadya merengek tidak ingin di tinggal olehnya.
"Ayah mau pulang lagi, Nadya sama siapa disini?" Nadya memeluk Hengy, sembari menangis.
"Nad sayang, jangan nangis, Insya Allah satu bulan sekali Ayah akan berkunjung." Hengky berusaha menenangkan Nadya.
"Lama banget," Nadya nenangis sesenggukan.
"Udah ya, Ayah pamit sayang, jaga diri kamu baik-baik. Assalamualaikum." Hengky megecup pelipis Nadya. Sembari berpamitan pada keluarga Dika.
"Wa'alaikummussalam, tenang saja Pak. Kami akan menjaga Nadya seperti anak kami sendiri." Sarah tersenyun ramah.
"Terimakasih, saya pamit." Hengky merasa sedih harus jauh dari Nadya.
"Baik, hati-hati Pak."
Sementara Badya sedang menangis, datanglah Adnan, Pria yang menolong Nadya saat hampir tertabrak. Seketika tangisan Nadya terhenti karena terpesona oleh Adnan.
"Asalamulaikum, Umi Adnan pulang." Adnan menyalami punggung tangan Sarah.
"Wa'alaikummussalam, Adnan kenalin ... Ini anaknya sahabat Abi kamu, cantik kan orangnya? Tapi dia nangis, kenalan dulu saja. Siapa tahu cocok sama kamu," Sarah bercanda dengan Adnan.
"Masya Allah Umi! Adnan kan sudah punya calon isteri," Adnan menatap Sarah penuh tanda tanya.
"Iya, Umi cuman bercanda." Sarah terkekeh.

Book Comment (328)

  • avatar
    3Zyntaa

    cerita nya seru bgt🫂🙌

    18d

      0
  • avatar
    AllBang

    👍👍

    20/09

      0
  • avatar
    HiguanaMumud

    mah

    17/09

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters