logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Persiapan Perang

Kubuka mata dengan pelan. Kemudian, melihat ke sekeliling. Ruangan itu hanya diterangi oleh empat lilin, yang tinggal setengah lagi akan mencapai dasar candle holder. Lilin di atas meja itu ada di samping rak buku; beberapa buku tergeletak acak di lantai; Helcia nampak tertidur pulas di pinggir ranjangku.
"Di mana aku? Kenapa aku ada di sini?" gumamku seorang diri.
Aku bingung, karena itu bukan di Kerajaan Wolf. Seingatku, tidak ada ruangan berdinding batu bata dengan penerangan yang minim, di sana.
Tempat itu sangat kecil. Beberapa alat perang seperti: pedang, tombak, dan busur panah, tertumpuk di antara buku-buku kuno. Beberapa sampul buku itu berwarna hijau, sepertinya berisi tentang pengendalian kekuatan alam. Semuanya terlihat berantakan; berbagai benda berserakan di mana-mana.
Aku pernah membaca buku hijau itu di akademi. Kitab magic semacam itu, biasanya digunakan untuk setingkat elf dua—kekuatan peri yang bisa menyembuhkan dengan cepat, tetapi tidak berefek pada serangan mematikan tingkat tinggi.
Krek!
Suara pintu yang terbuka, mengalihkan kefokusanku. Aku melihat pria berambut cokelat, dengan poni yang berbentuk seperti tanda koma, berdiri di ambang pintu. Setelah mata kami beradu pandang untuk beberapa saat, ia kemudian berlari menghampiriku.
"Kapan kamu sadar, Achilio? Apa baru saja?" Pria dengan bola mata hazel—campuran hijau dan oranye, itu membantuku bersandar.
"Apa yang telah terjadi padaku, Austin?" Aku memegang dahi. Sedikit rasa sakit masih muncul di sana.
"Aku akan menceritakan semuanya. Jadi, dengarkan baik-baik, ya!?" Austin duduk di samping Helcia seraya menyelimuti gadis itu, dengan selimut yang dia bawa.
Aku pun mengangguk pada Austin.
*
Aku—Austin, melihatmu, Achilio, meringis kesakitan saat tanganmu menggenggam pecahan ke-lima. Tidak lama setelahnya, kamu tiba-tiba jatuh pingsan.
Aku dan Helcia berusaha menyadarkan, dan memanggil namamu berulangkali. Namun, kamu tidak kunjung bangun.
"Ayo, kita harus cepat membawanya ke Kerajaan Wolf!" Aku berubah wujud menjadi serigala, lalu Helcia mengangkat tubuhmu ke punggungku.
Sesampainya di kerajaanku, Emily—elf medis kepercayaanku, menyatakan bahwa kamu telah terkena racun, yang berasal dari pecahan ke-lima.
"Obat penawar itu hanya ada di Ligeum, Yang Mulia. Jika Pangeran Achilio tidak bangun secepatnya, dia akan tidur selamanya," ucap Emily menerangkan pada kami. Seketika Helcia pun langsung menangis, saat itu juga.
Aku tidak ingin kehilangan orang-orang penting dalam hidupku lagi. Akhirnya, dengan tekad yang penuh pertimbangan, suatu keputusan pun dapat kuambil. Hari itu juga, aku memutuskan untuk mencari penawar di Ligeum—wilayah penghasil obat di Sorcgard, sedangkan Helcia menjagamu, dan menyelidiki tempat persebaran kristal.
Aku pergi bersama sembilan belas serigala omega lainnya. Hanya dalam waktu tiga hari perjalanan, kami sudah berhasil menemukan bunga perak—bunga langka yang hanya tumbuh tujuh abad sekali.
"Beraninya penyusup masuk ke wilayah Kaisar Harvey. Semuanya siapkan senyata kalian, dan cepat serang mereka!" Panglima perang Darkiles, dan pasukannya menghadang kami di gerbang utama Ligeum.
Pada akhirnya, aku memang berhasil selamat seorang diri. Namun, menyaksikan mereka terbunuh di depan mata, masih menyisakan duka yang amat mendalam.
Saat aku pulang, Helcia telah berhasil mendapatkan pecahan ke-enam. Nyonya Preisy—bangsawan terkenal dari Middleside, memberikannya sebagai balas budi atas pertolongan Helcia.
Kemudian, Emily mengalirkan energi bunga perak pada tubuhmu. Namun, kamu masih tak kunjung sadarkan diri. Di samping itu, kabar bahwa Kaisar Harvey telah menyempurnakan kekuatannya, membuat kami semakin berputus asa.
Sejak hari itu, bangsa wolf semakin diburu oleh pasukan Darkiles. Populasi kami setiap harinya semakin berkurang. Akhirnya, bangsa kami terpaksa menyelamatkan diri, dan bersembunyi di wilayah paling ujung Blood Forest.
Hanya dalam waktu tiga hari, kami telah berhasil membangun istana sementara, dan pusat pertahanan yang cukup kuat di sana. Setiap hari, aku juga selalu memantau keadaanmu. Malam ke-tujuh kamu koma, aku memutuskan untuk memeriksamu lagi.
Ketika aku membuka pintu kamarmu, terlihat Helcia telah tertidur lelap di pinggir ranjangmu, mungkin dia kelelahan setelah melakukan penyelidikan seharian. Kemudian, pandanganku beralih padamu, yang ternyata telah sadarkan diri. Tanpa pikir panjang, aku pun berlari menghampirimu.
*
"Terima kasih banyak atas perjuangan, yang telah kalian lakukan untukku." Aku—Achilio, menatap haru pada Austin. Air mata berjatuhan membasahi selimut, yang menutup setengah tubuhku.
"Tidak usah berterima kasih layaknya orang asing. Kami hanya melakukan tugas, selebihnya bukan untuk diapresiasi olehmu, Guardian."
"Setiap hal besar yang kalian lakukan perlu dihargai, Austin. Terutama, jika itu mengorbankan banyak nyawa—tewasnya teman-teman Austin. Kalian telah berjuang mati-matian untuk membangunkanku dari koma. Aku minta maaf, karena masih belum bisa melindungi seperti halnya sang guardian, di dalam sejarah."
"Lupakan tentang semua pemikiran konyolmu itu! Anggap saja, kamu tidak pernah koma, dan kami tidak pernah memperjuangkan apa pun. Oh iya, aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Sekarang beristirahatlah dulu, Achilio! Besok ada hal penting yang ingin kusampaikan." Austin menggendong saudarinya—Helcia, lalu menghilang sepenuhnya di balik pintu.
Aku mengangguk sambil tersenyum pada pria itu. Austin dan Helcia adalah orang kedua yang sangat peduli padaku, setelah Nona Lily. Malam itu, aku memutuskan untuk tidur, dan memulihkan energi. Suatu hari, aku akan membalas kebaikan mereka.
*
"Sean mempunyai kekuatan paling hebat di antara kami. Menurut ramalan sembilan belas tahun yang lalu, dia harusnya telah berenkarnasi. Jika kamu adalah reinkarnasi Sean, lalu mengapa kamu tidak memiliki kekuatan magic sepertinya?" Austin menatap seakan penuh selidik padaku, saat menemuinya di gua werewolf—markas rahasia para wolf—ujung Blood Forest.
"Semua orang menganggapku Sean, hanya karena kami memiliki wajah yang sama. Namun, aku bukanlah dia." Aku tersenyum pahit, dengan tangan kanan mengepal erat gelas wine. Rasanya ingin sekali menumpahkan kesedihan, tetapi aku telah berjanji pada Austin untuk tidak menangis lagi.
"Aku akan tetap membantumu, mengalahkan Kaisar Harvey, Achillio." Pria yang memakai kemeja hitam itu, menyilangkan tangan. "Meskipun, kamu bukanlah reinkarnasi Sean," lanjutnya.

Aku menunduk lesu. "Kekuatan Kekaisaran Darkiles jauh lebih kuat daripada kita. Sejujurnya, aku tidak yakin dengan kekuatan yang kumiliki, Austin. Rasanya aku ingin menyerah saja dengan keadaan sesulit ini."
"Kamu belum mencobanya, tetapi sudah bilang menyerah. Kegagalan itu urusan belakangan, kita akan mengalahkannya bersama, Achilio." Tangan kiri Austin menepuk pundakku. Sementara itu, tangan kanannya menuangkan wine ke gelasku.
"Terima kasih banyak, Austin. Aku sedikit lebih baik sekarang." Aku meminum wine dengan satu tegukan. Ya, rasanya sedikit lebih tenang, setelah mendapatkan motivasi dari Austin.
"Setiap keberhasilan membutuhkan waktu dan proses, Achilio. Kaisar Harvey pernah dikalahkan, itu berarti ada peluang untuk membunuhnya. Seminggu lagi, kita akan membalaskan dendam bangsa werewolf." Austin mengembangkan seulas senyum yang terlihat mengerikan.
"Aku akan selalu ada di pihakmu, Austin."
Aku pun keluar dari gua, setelah menghabiskan segelas wine bersama Austin. Di depan mulut gua, aku menyaksikan banyak werewolf, yang berlatih keras untuk perang pembalasan. Kepemimpinan Austin sepertinya menjadikan mereka tak terkalahkan. Namun, musuh bebuyutan mereka—bangsa vampir, juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ketika memikirkan tentang bangsa vampir, aku kembali teringat akan Zay. Sungguh, aku tidak menyangka bahwa, dia akan menjadi musuhku. Tidak lama setelahnya, aku memutuskan untuk ikut berlatih bersama para werewolf—sebagai pelarian dari segala beban.
"Aku harus membuang rasa kasihan untuk dapat memenangkan perang," pikirku, saat itu.

Book Comment (41)

  • avatar
    Hermon

    wekio

    18h

      0
  • avatar
    Azumi

    banyak aksinya itu yang aku suka....

    3d

      0
  • avatar
    WulanRanggga

    bagus

    26/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters