logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

2

***
Taera duduk di kursi dengan gusar. Sementara itu, Jiyong mengendarai mobil Taera dengan pelan. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.30.
Tidak setuju dengan keputusan Jiyong yang melindungi Taera, Choi pun dikirim pulang oleh Jiyong. Ia takut jika Choi akan nekat untuk menyakiti Taera.
Malam kini semakin sunyi. Hanya terdengar suara angin yang masuk lewat kaca yang pecah akibat serangan serigala tadi.
“Jadi, selama ini kau tidak tahu tentang identitas dirimu?” tanya Jiyong pada Taera.
Taera menggeleng,”Aku hanya merasakan beberapa keanehan pada tubuhku. Dan, apa yang baru terjadi, itu tidak pernah terjadi sama sekali padaku.”
“Kau tidak pernah bertanya pada kedua orang tuamu?”
Taera tertawa pahit,”Orang tua kandungku meninggalkanku di panti asuhan. Jadi, aku tidak tahu apa-apa tentang diriku.”
Jiyong mengangguk, ia merasa iba,”I’m sorry to hear that.”
Taera tersenyum kecil.
Senyumnya membuat Jiyong mengamati wajah perempuan itu dari sudut ekor matanya. Entah, sejak pertama melihatnya, ada sesuatu di dalam dirinya yang menginginkan perempuan yang kini ada di sampingnya. Namun, ia sendiri tidak dapat menjelaskan apa arti dari rasa itu.
“Jadi, sekarang kau bisa beritahu aku tentang apa itu setengah vampire dan setengah manusia?” tanya Taera.
“Mereka adalah keturunan dari pernikahan silang antara vampire dan manusia. Saat ini, pernikahan seperti ini sangat jarang. Karena, ini merupakan sebuah pernikahan terlarang.”
“Terlarang?”
Jiyong mengangguk. Ia menepikan mobilnya perlahan. Dan, mengarahkan wajahnya pada Taera yang masih menatapnya dengan bingung.
“Bisa kau beritahu ku lebih dulu di mana alamatmu? Karena, aku tidak tahu harus mengendarai mobil ini ke mana,” sela Jiyong.
Terlihat dengan jelas keraguan Taera di wajahnya.
“Jangan khawatir, aku sudah berjanji tidak akan menyakitimu.”
Setelah yakin, barulah Taera memberitahu Jiyong di mana alamat ia tinggal. Dan, Jiyong pun kembali melajukan mobilnya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku,” kata Taera.
Jiyong tertawa kecil,”Karena, anak dari pernikahan silang itu bisa jadi makhluk yang mengerikan yang tidak bisa mengendalikan dirinya.”
Taera tertegun.
“Lalu, aku...”
“Tapi, anehnya, aku belum melihat itu darimu. Kecuali tanda perubahanmu yang tadi hampir saja terjadi.”
Taera diam. Ia masih mencerna kata per kata yang diucapkan Jiyong.
“Apa kau bertaring?” tanya asal Jiyong.
Taera menggeleng dengan terkejut.
“Kau pernah minum darah?”
Taera juga menggeleng.
“Tidak, tapi hampir saat dulu usiaku 18 tahun. Tapi, belakangan ini, rasa keinginanku meminum darah semakin meningkat.”
“Apa ini pertama kalinya kau diserang serigala?”
Taera mengangguk.
“Berapa usiamu sekarang?”
“25 tahun.”
Jiyong langsung menginjak rem sacara mendadak dan menoleh ke arah Taera.
“Pantas saja para serigala itu menyerangmu. Biasanya, para anak pernikahan silang mulai menunjukkan identitasnya di usia 25 tahun. Dan, di bawah 25 tahun, mereka tidak dapat mencium aroma identitasmu.”
Taera mengangguk. Kini, satu per satu pertanyaan itu terjawab. But, wait...
“Aroma?”
Jiyong mengangguk,”Bagi kami para serigala, vampire, human, atau manusia setengah vampire sepertimu memiliki aroma yang berbeda.”
“Mana yang lebih menggoda bagi para serigala?” tanya Taera dengan penasaran.
“Manusia setengah vampire.”
Glek.
Taera menelan ludah kering. Ia mendadak memalingkan wajah dari Jiyong sambil meremas gaunnya. Takut.
Jiyong tertawa.
“I’m not gonna hurt you,” kata Jiyong sambil melirik ke arah Taera.
Jalanan yang mulai sepi ini menambah kesunyian di antara mereka. Namun anehnya, bersama Jiyong, Taera merasa aman. Meski jika harus menaik benang kenyataan, Jiyong adalah musuhnya. Dan, bisa saja tanpa sadar ia menyakitinya.
Sepanjang jalan, Jiyong memerhatikan bulan purnama yang masih nampak di langit tanpa bintang itu.
“Kau harus selalu waspada pada waktu-waktu tertentu. Terutama saat bulan penuh seperti ini.”
“Kenapa?”
“Karena, di saat seperti inilah serigala memiliki kekuatan lebih. Dan, biasanya mereka berburu di saat bulan penuh seperti ini.”
“Di antara vampire dan manusia setengah vampire, mana yang paling berbahaya untukmu?”
Jiyong membelokkan kemudi hingga bertemu perempatan jalan. Ia memberi isyarat tanda tanya melalui matanya yang menatap Taera.
“Belok kanan,” kata Taera yang dibalas dengan senyuman.
“Vampire seutuhnya itu sangat menyeramkan. Karena, mereka bahkan sudah menunjukkan identitasnya sebagai vampire meski usia mereka masih kecil. Namun, yang sulit terdeteksi itu adalah manusia setengah vampire. Karena, kita tidak bisa mendeteksinya hingga mereka berusia matang. Sepertimu.”
“Lalu?”
“Manusia setengah vampire itu lebih tidak berbahaya dibanding vampire seutuhnya. Namun, di saat tertentu, saat mereka sudah menunjukkan identitasnya, mereka sulit mengontrol dirinya. Hingga bisa menyebabkan keributan bahkan pembunuhan secara brutal. Itu sebabnya para serigala selalu memburu manusia setengah vampire,” jelas Jiyong.
“Jadi, aku tidak berbahaya?”
“Belum. Bukan tidak.”
Taera mengangguk. Dari sudut matanya, ia mencoba memerhatikan Jiyong. Namun, ia enggan menatapnya langsung.
“Apa aku juga akan menjadi abadi seperti vampire kebanyakan?”
Jiyong menggelengkan kepalanya,”Manusia setengah vampire tidak bisa hidup abadi. Mereka sama seperti manusia. Ada batasan usia yang tidak bisa mereka lampaui.”
Taera menghela napasnya, sedikit merasa lega.
“Kenapa kau menghela napas?”
Taera tertawa kecil,”Setidaknya, aku tidak sepenuhnya seperti vampire.”
Mendengar ucapan Taera, Jiyong pun langsung tertawa. Suasana di antara mereka secara perlahan pun mencair. Taera yang tadinya tidak berani menatap mata Jiyong secara langsung dan lama, kini mulai berani menoleh dan menatap wajah laki-laki itu lebih lama.
Di sana, di mata Jiyong, ia menemukan keamanan yang tidak bisa ia jelaskan.
“Kau harus sebisa mungkin mengendalikan amarahmu dan rasa takutmu,” kata Jiyong disela-sela Taera yang mencuri pandang padanya.
“Kenapa?”
“Karena, jika kau terusik dengan perasaan-perasaan itu, kau tidak akan bisa mengontrolnya. Dan, berbahaya bagi orang lain,” jelas Jiyong dengan perlahan.
Taera mengangguk. Melihat Taera yang sudah bisa mengurangi rasa takutnya, Jiyong pun melebarkan senyum tipisnya.
“Lalu, kau tinggal dengan siapa sekarang?” Jiyong berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
“Sendiri. Aku sudah memiliki kedua orang tua angkat. Tapi, mereka tinggal jauh dariku. Dan, aku pun sudah memutuskan untuk hidup sendiri.”
Jiyong mengangguk.
”Kenapa?” tanya Taera.
“Tidak apa-apa. Tapi, kau akan mengalami masa-masa berat. Jadi, memang ada baiknya jika kau tinggal terpisah dari orang lain sampai kau benar-benar bisa mengontrol rasa haus yang akan semakin menggerogoti dirimu,” jelas Jiyong.
Drrt.
Secara tiba-tiba, mobil yang dikendarai Jiyong pun berhenti mendadak. Taera panik.
“Tenang, ada aku,” kata Jiyong yang berusaha untuk membuat Taera untuk tidak panik.
“Aku takut ada serigala lagi,” katanya lirih.
“Mereka tidak akan menyentuhmu selagi ada aku.”
Ucapan Jiyong jelas menenangkan Taera. Hingga membuat senyuman di wajah perempuan itu mengembang tanpa sadar.
“Ah, abis bensin,” gerutu Jiyong.
Taera pun mendekatkan wajahnya untuk melihat jarum indikator yang menunjukkan ke angka merah.
“Aku pasti lupa mengisinya tadi,” kata Taera yang langsung menoleh ke arah Jiyong yang hanya berjarak sepersekian centimeter dari wajahnya.
Canggung, Taera pun langsung menjauhkan wajahnya dan memalingkannya ke luar mobil dengan salah tingkah.
“Aku, akan pergi ke supermarket itu,” kata Taera dengan salah tingkah.
“Baiklah, hati-hati,” balas Jiyong dengan sedikit tertawa yang melihat tingkah Taera.
Saat Taera sudah mulai menjauh dari mobilnya. Jiyong pun mengambil rokok di dalam kantung celananya dan mulai menyalakan api. Ia menikmati rokok di tangannya dengan santai sambil memerhatikan Taera dari kejauhan.
Taera memasuki supermarket dan langsung menuju ke rak berisikan makanan. Ia merasa lapar. Ia mengambil beberapa makanan instan untuknya dan Jiyong. Karena ia tidak tahu makanan apa kesukaan Jiyong, jadi ia membali makanan apa saja untuk laki-laki itu.
Saat Taera sudah bersiap untuk membayarnya di kasir, tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan. Tidak jauh dari ia berdiri, salah seorang penjaga supermarket sedang kesakitan karena tangannya berdarah terkena barang di supermarketnya.
Salah satu mata Taera langsung berubah jadi merah. Taringnya keluar dengan tidak sengaja. Indera penciumannya langsung tajam mencari aroma yang menyegarkan untuknya.
Awan hitam mendadak berkumpul di sekitar supermarket di mana Taera berada. Bulan purnama itu berubah menjadi warna merah seketika.
Jiyong yang menyadari perubahan aneh dan mencium dari kejauhan aroma darah ini, langsung mematikan rokoknya dan berlari secepat mungkin menuju ke Taera. Saat Jiyong sampai, Taera sudah bersiap untuk menggigit penjaga supermarket tersebut. Dengan sigap, Jiyong langsung menahan Taera dan berusaha menahannya.
“Taera, jangan!” teriak Jiyong dan membiarkan tangannya tergigit oleh Taera sebelum ia menggigit manusia yang sedang ketakutan di hadapannya saat ini.

Book Comment (45)

  • avatar
    Sadboykasman

    Keren Cerita nya

    21/07

      0
  • avatar
    iyeIrsan

    bagus

    19/07

      0
  • avatar
    Rasya Anugrah

    gembel

    16/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters