logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

The Darkness

The Darkness

nkrksw


Forewords

***
Taera adalah seorang perempuan biasa yang kehilangan identitasnya. Ia ditinggalkan dan dicampakkan oleh kedua orang tuanya. Besar di panti asuhan tidak menjadikannya perempuan yang kehilangan kasih sayang. Hingga di usianya ke-18, ia pun diangkat oleh seorang keluarga kaya raya. Ia hidup dan mulai merelakan masa lalunya.
Namun, misteri demi misteri yang terjadi padanya masih menjadi jawaban yang tak terpecahkan.
Tapi, kepada siapa ia harus mencari jawaban? Kepada siapa ia harus mengajukan pertanyaan? Dan, kepada siapa ia harus berbagi beban dan rasa sakitnya?
Kadang, ia menangis.
Ia tidak mengenali dirinya sendiri.
Di antara rasa sakitnya yang ia derita, ingin rasanya ia menghilang dari dunia. Tapi, sekali lagi, dunia tidak mengizinkannya untuk pergi. Seolah dunia masih ingin berlama dan mendekapnya dengan rasa sakitnya.
Ada luka yang ia simpan dan tidak ia perlihatkan.
Ada air mata yang ia sembunyikan.
Namun, ia menahannya. Belasan, bahkan hingga puluhan tahun.
Dan, akhirnya, satu per satu semua pertanyaannya terjawab.
Harus ‘kah ia menerima takdirnya? Atau, ia memilih untuk merelakan hidupnya?
***
Taera kecil lahir dengan darah keturunan vampire dan manusia. Ya, ia memiliki kedua orang tua yang berbeda. Di malam bulan purnama itu, ia terlahir dan untuk pertama kalinya melihat dunia. Sang ibu yang merupakan seorang manusia bertekad, bahwa ia akan membesarkan Taera kecil dengan cara yang lebih manusia. Ia percaya, bahwa Taera bisa tumbuh sebagai manusia biasa.
Sang ibu yang nyaris kehilangan nyawanya saat berjuang untuk melahirkannya itu membuat ayahnya, seorang vampire, marah. Sang ayah bahkan berusaha membunuh Taera kecil yang hampir membuat cintanya melayang.
Namun, sang ibu berhasil menghalanginya.
Dengan kekuatan yang tersisa, sang ibu memohon. Agar suaminya tidak membunuh Taera. Dengan airmata yang mengalir deras, ia memohon untuk membiarkan Taera kecil hidup. Sebagai bukti bahwa ia pernah ada. Dan, sebagai bagian dari dirinya yang ia tinggalkan untuk sang pujaan hati.
Tatapan mata yang memerah dan taring yang siap membunuh itu perlahan meredam amarahnya. Dengan airmata yang mengalir deras, sang ayah memegang tangan ibunya dengan erat.
“Jagalah, Taera,” katanya dengan suara parau. “Ku tinggalkan ia padamu, agar kau selalu mengingatku.”
“Aku tidak butuh anak itu. Aku butuh engkau,” kata sang ayah.
“Dia adalah bagian dari kita. Berjanjilah kau akan membiarkannya hidup.”
Sang ayah menggeleng.
“Ku mohon,” ucapnya dengan terbata-bata.
“Baiklah. Aku akan membiarkannya hidup.”
Dengan senyuman manis di wajahnya, sang ibu pun pergi meninggalkan keduanya. Untuk terakhir kalinya, Taera kecil menatap wajah sang ibu yang perlahan kehilangan kesadarannya.
Sang ibu meninggal.
Tapi, sang ayah membiarkan Taera kecil hidup. Dengan meninggalkannya di sebuah panti asuhan. Ia berusaha menjaga janjinya untuk membiarkan Taera kecil hidup. Tapi, tidak untuk menjaganya.
Taera kecil akhirnya tumbuh dan besar oleh kasih sayang panti asuhan. Beruntungnya, mereka tidak mengetahui identitas Taera yang sebenarnya.
Di ulang tahunnya yang ke-18. Taera menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengannya.
Ia mulai menginginkan darah. Ia mulai sulit mengontrol emosi. Dan, ia mulai tidak mengenali dirinya sendiri.
Di usia yang sama itu pulalah, ia meninggalkan panti asuhan dan diangkat menjadi anak oleh seorang keluarga yang begitu menyukainya. Menjadi seorang anak perempuan angkat di keluarga ternama. Taera sungguh beruntung.
Dengan kasih sayang yang berlimpah, ia berusaha menerima hidupnya. Ia tak lagi ingin mencari tahu tentang keluarganya yang membuangnya seperti ini. Ia merelakan semua rasa sakit masa lalunya, dan mencoba menjalani kehidupan masa kini.
Tepat di ulang tahunnya yang ke-25, Taera yang sedang melajukan mobilnya itu langsung terkejut dengan sergapan beberapa serigala di depan mobilnya. Ia menginjak rem dengan cepat sebelum mobilnya menabrak para serigala itu.
Malam itu bulan sedang penuh, kehadiran gerombolan serigala menyeramkan itu benar-benar menakutinya. Kaca mobil belakangnya pecah, saat salah satu dari serigala itu menyerang. Ia berteriak.
Lalu, serigala itu kembali menyerang dan memecahkan kaca mobil sebelah kirinya.
Taera masih berteriak sekuat tenaga dan berusaha menghubungi siapapun yang bisa ia hubungi saat itu. Namun, sialnya sinyalnya pun mendadak hilang. Ia menundukkan tubuhnya sambil terus menangis ketakutan.
Akhirnya, ia memutuskan untuk melarikan diri dari mobilnya dan keluar menuju jalanan untuk mencari pertolongan. Keadaan malam itu benar-benar sunyi. Taera yang masih mengenakan gaun ulang tahunnya itu berlari terseok-seok di tengah kejaran para serigala.
Lalu, secara tiba-tiba, ia merasakan tubuhnya diserang hingga terpental dan jatuh di jalanan. Tangannya luka dan berdarah. Ia ketakutan, namun pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.
Saat ia melihat para serigala itu akan menyerangnya secara bersamaan, datanglah serigala yang lain yang menolongnya. Serigala itu menghalau para serigala lainnya. Dengan raungan suara yang keras dan mata yang tajam, ia berhasil mengusir para kawanan serigala itu. Taera semakin terkejut saat ia melihat serigala yang menolongnya itu berubah jadi manusia tepat di hadapannya.
Ia tidak sendiri ternyata. Tepat di belakang Taera, ada seorang laki-laki lain yang juga sedang menjaganya.
Laki-laki yang baru saja berubah di hadapannya itu pun menghampirinya dan mengulurkan tangannya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Jiyong sambil tersenyum.
Taera ketakutan. Ia bahkan tidak berani menyentuh atau menatap Jiyong.
“Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu,” katanya.
Tubuh Taera gemetar.
Dengan perlahan, Jiyong menghampiri dan menyentuh tubuh Taera untuk membantunya berdiri.
“Terima kasih,” kata Taera dengan lirih.
“Kau terluka,” kata Jiyong yang memerhatikan luka Taera dengan serius.
Taera dapat melihat luka di tangan dan kakinya. Darah mengalir dengan sangat deras. Jiyong merobek pakaiannya untuk membalut luka Taera. Namun, beberapa detik kemudian, ia pun terkejut.
Jiyong mundur beberapa langkah dari Taera sambil menatap ke arah Taera.
“Kau... bukan manusia biasa,” kata Jiyong.
Luka Taera langsung sembuh seketika. Tanpa berbekas.
Taera hanya menelan ludah keringnya.
“Aku tahu,” kata Taera.
Kini, luka-luka itu sudah tidak lagi ia rasakan. Tubuhnya kembali normal. Dan, Taera pun dapat berdiri dengan tegap sekarang.
“Kau separuh manusia dan separuh vampire,” kata Jiyong.
Ucapan Jiyong barusan juga mengejutkan temannya, Choi.
“Jiyong, ia musuh kita,” kata Choi pada Jiyong. “Kita harus membunuhnya.”
Taera masih mematung saat mendengar ucapan Jiyong barusan. Setengah manusia – setengah vampire? Ia tidak mengetahui tentang apa pun saat ini. Termasuk identitasnya.
Saat Choi bersiap ingin menyerang Taera, Jiyong menahannya,”Tenang, sepertinya dia tidak berbahaya.”
“Tapi, dia vampire, Ji.”
“Setengah vampire. Dia bukan vampire seutuhnya.”
Jiyong berjalan mendekati Taera yang masih terdiam.
“Apa maksud ucapanmu? Aku bukan manusia?” tanya Taera dengan rasa gusar.
Pelupuk matanya mulai dipenuhi oleh air mata. Tubuhnya kembali bergetar. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat.
“Tenang. Jika kau panik dan ketakutan, kau bisa berubah jadi berbahaya. Aku akan menjelaskannya padamu. Oke?”
Taera memundurkan langkahnya saat Jiyong hampir mendekatinya.
“Aku manusia. Bukan vampire.”
“Iya, oke. Tenang,” kata Jiyong berusaha menenangkannya.
Tak lama, Taera merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia mulai merasakan hal aneh yang tidak ia kenali. Tangannya mendadak mengeluarkan kuku-kuku tajam dan salah satu matanya memerah.
Jiyong langsung memeluk Taera sebelum ia berubah menjadi vampire dan mengancam dirinya.
“Aku tidak akan menyakitimu, oke? Kau harus tenang,” kata Jiyong sambil mengusap punggung Taera.
Anehnya, pelukan Jiyong benar-benar memberinya ketenangan. Keanehan di tubuhnya mendadak pudar. Kuku tajam di jari tangannya kini menghilang. Dan, matanya kembali berubah menjadi hitam.
Saat menyadari Taera sudah kembali normal, Jiyong pun melepaskan pelukannya dan menatapnya intens.
“Kau berjanji tidak akan menyakitiku, ‘kan?”
Jiyong mengangguk.
“Siapa namamu?”
“Taera.”
“Aku Jiyong.”

Book Comment (45)

  • avatar
    Sadboykasman

    Keren Cerita nya

    21/07

      0
  • avatar
    iyeIrsan

    bagus

    19/07

      0
  • avatar
    Rasya Anugrah

    gembel

    16/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters