logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BAB 6

Langit perlahan mulai berubah warna dari terang menjadi gelap. Aiko yang sebelumnya terlihat sangat bersemangat pun saat ini sudah mulai melemah.
Yuen beberapa kali melihat ke arah Aiko yang sedari tadi menguap sambil mengusap-usap kedua matanya dengan tangannya.
“Kenapa? Apa kau mengantuk Aiko?” tanya Yuen menghentikan langkah kakinya dan mencoba menatap Aiko dengan sangat intens.
“Iya kak.” Jawab Aiko kembali menguap dengan sangat lucu membuat Yuen jadi tersenyum melihatnya.
“Ya sudah. Ayok kakak gendong!” kata Yuen memberikan tas Aiko pada Nada dan segera dia bentangkan kedua tangannya sambil membungkuk pada Aiko.
Tanpa basa-basi, Aiko pun langsung mendekap Yuen dan Yuen pun langsung berdiri menggendong gadis mungil itu.
Nada yang menyaksikan hal itu pun hanya bisa tersenyum gemas memperhatikan interaksi dari Yuen dan Aiko yang terlihat sangat menggemaskan.
“Kasihan sekali, dia pasti sangat kelelahan.” Kata Nada sambil mengusap lembut kepala Aiko yang sudah tenggelam di celuk leher Yuen.
Terdengar suara dengkuran Aiko membuat kedua bola mata Yuen pun tiba-tiba membulat menatap Nada.
“Dia bahkan langsung tertidur, Nad.” Sahut Yuen terkekeh.
“Benarkah? Secepat itu?”
Yuen pun mengangguk merespon pertanyaan Nada hingga akhirnya keduanya pun terkekeh karena mendengar suara dengkuran Aiko yang semakin terdengar cukup keras.
“Ya sudah, kalau begitu kita beristirahat saja dulu di bangku itu. Aku akan memesan taxi online untuk kita pulang.” Kata Nada menunjuk sebuah bangku kosong di dekat jalan.
Yuen pun mengangguk dan mulai berjalan menuju ke arah bangku yang di maksud oleh Nada. Dan saat mereka sedang berjalan, tiba-tiba ponsel di saku celana Yuen pun berdering.
Yuen menghentikan langkahnya dan berbalik pada Nada, “Nad, maaf... ponselku berdering.” Kata Yuen meminta tolong pada Nada.
Nada ikut menghentikan langkahnya dan segera menghampiri Yuen.
“Hah, dimana?” tanya Nada yang kebingungan dan mulai meraba-raba dan membuat Yuen terkekeh karena geli.
“Di saku celanaku.”
“Ah, baiklah.”
Nada meraih ponsel Yuen di saku celananya. Sangat sulit, namun akhirnya bisa di raih olehnya.
“Siapa yang menelfon?” tanya Yuen dan Nada mencoba menatap layar ponsel Yuen dengan seksama dan setelah itu dia menunjukan layar ponselnya pada Yuen.
“Deva…” jawab Nada singkat.
“Tolong angkatkan untukku!”
Nada pun menuruti apa kata Yuen, dia mengangguk lalu mengangkatkan telfon dari Deva untuk Yuen dan langsung menempelkan ponsel Yuen itu ke telinga Yuen dengan sangat rusuh.
“Hallo, Dev?” sapa Yuen kesulitan menyeimbangkan telinga dan ponselnya.
Nada yang mendengar sapaan Yuen pada Deva hanya terkekeh kecil dengan wajahnya yang mulai meledeki Yuen diam-diam.
“Yuen, kau dimana? Apa kau dan Aiko sudah pulang?” tanya Deva di balik telfon.
“Belum, kami masih di taman hiburan. Temanku sedang mencoba memesan taxi online untuk kami pulang.” Jawab Yuen menjelaskan.
“Eh, tidak usah!”
“…”
Yuen hanya terdiam bingung.
“Kebetulan aku juga baru akan pulang. Jadi biarkan aku yang akan menjemputmu ke sana.”
“Oh begitu. Baiklah.”
“Ok, tunggu aku ya. Jangan kemana-mana.”
“Iya.”
“Bye.”
“Bye.”
Tut.
Hanya itu dan telfon pun berakhir.
Nada masih saja menempelkan ponsel itu di telinga Yuen.
“Nad, jauhkan ponselnya! Telfonnya sudah berakhir.” Protes Yuen menarik kepalanya sedikit ke belakang.
Nada pun terkekeh dan segera menjauhkan ponsel Yuen dari telinganya.
“Apa begitu caranya menelfon seseorang yang kau sukai, Yuen?” tanya Nada yang malah terdengar seperti pertanyaan yang meledek.
Yuen hanya diam tidak menjawab apa kata Nada, karena dia sangat tahu, jika dia menjawabnya, Nada pasti akan terus meledekinya.
Yuen mencoba mengabaikan ocehan Nada dan lebih memilih untuk memfokuskan dirinya melangkah menuju ke bangku yang menjadi tujuannya sebelumnya.
Karena jujur saja, walaupun Aiko itu baru berumur 7 tahun, tapi berat badannya cukup berat. Dan terlalu lama menggendong Aiko, Yuen pun mulai merasa pegal di bagian lengan dan punggungnya.
Sampai di sebuah bangku kosong, Yuen pun duduk dengan lengannya yang masih mendekap si gadis kecil Aiko. Nada yang melihatnya pun sampai gemas hingga dengan inisiatif, Nada mengambil gambar Yuen dan Aiko beberapa kali.
Fikirnya, sayang sekali jika kedekatan mereka itu di lewatkan begitu saja.
“Wah, kau memang calon kakak ipar idaman ya.” Ledek Nada menatap foto di layar ponselnya.
Mendengar pernyataan Nada, Yuen hanya mendelik ke arah Nada dengan tatapan tajam memperhatikan Nada yang sedang terkekeh.
Seperti tatapan yang mengintimidasi, perlahan kekehan Nada pun berhenti setelah dirinya melihat Yuen menunjukan wajah evil-nya pada Nada. Dan kini, Nada malah terlihat salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Terlihat sebuah mobil hitam melintas di seberang jalan. Mobil itu berhenti dan tidak lama keluar-lah sesosok pemuda yang menjadi favorit Yuen akhir-akhir ini.
Ya, Deva. Pemuda itu memang jadi manusia terfavorit Yuen sejak awal pertemuannya.
Deva menatap Yuen dari kejauhan, dan dia membeku melihat pemandangan yang membuat hatinya sedikit terenyuh. Ya, dia melihat Yuen menggendong Aiko yang tertidur di pangkuannya.
Entahlah, selama ini tidak ada gadis yang begitu dekat dengan Aiko kecuali Yuen. Karena, walaupun begitu banyak gadis yang mencoba mendekati Deva dan mencari simpati Aiko, tapi Aiko tidak pernah mau dekat apalagi menerima mereka untuk menjadi temannya.
Tapi, berbeda dengan Yuen, walaupun faktanya Yuen memang menyukai Deva, tapi rasa sayang Yuen terhadap Aiko juga bukan hanya untuk mencari simpati Aiko agar dia bisa dekat dengan kakanya, Deva.
Yuen begitu tulus menyayangi Aiko karena dia pernah merasa kehilangan seorang adik perempuan saat dia masih remaja. Itulah alasannya kenapa dia sangat menyayangi anak kecil seperti Aiko, karena Aiko mengingatkannya pada adiknya.
Deva menghampiri Yuen yang di ikuti oleh James yang juga baru turun dari mobilnya.
“Aiko tertidur?” tanya Deva.
Yuen mengangguk menatap Deva. Sementara Nada, dia terlihat antusias melihat interaksi dari sang sahabat dengan pria yang di sukainya.
“Sini, biar aku saja yang menggendongnya.” Kata Deva menarik pelan tubuh sang adik yang sedang tertidur pulas di pangkuan Yuen.
Yuen pun perlahan membantu Deva yang ingin mengambil alih untuk menggendong Aiko. Lagi pula, Deva benar-benar tidak enak pada Yuen karena Aiko sudah sangat merepotkannya hari ini.
“Yuen, aku minta maaf karena sudah merepotkanmu hari ini.” Kata Deva merasa tidak enak.
“Tolong jangan bicara seperti itu, Dev. Aku sama sekali tidak merasa di repot kan oleh siapapun.” Jawab Yuen.
“…”
“Aku bahkan senang melihat Aiko pun juga senang.” Lanjut Yuen mengusap lembut kepala Aiko.
Deva menatap Yuen dengan tatapan bangga. Entahlah, hanya saja Yuen memang berbeda dari gadis yang selama ini dia temui dan beberapa gadis yang mencoba mendekatinya.
Namun dalam sekejap, Deva pun tersadar dari lamunannya.
Tidak, aku tidak mungkin menyukainya. Jangan! Batin Deva yang langsung mengarahkan pandangannya ke arah lain hingga membuat Yuen pun merasa heran dan beranggapan kalau Deva tidak senang padanya.
***

Book Comment (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters