logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 4

Angga sedang duduk makan malam bersama Aarav. Seperti biasa, mereka hanya diam dan memakan makanannya tanpa berkata apa-apa. Sikap dingin mereka membuat suasana menjadi sunyi.
Aarav memakan makanannya dengan lahap kemudian pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Angga yang melihatnya merasa kesal. Dia memandang kepergian Aarav dan menggelengkan kepalanya pelan kemudian melanjutkan makannya.
Selesai makan, Angga pergi ke ruang kerjanya. Di sana di lantas membuka laptopnya dan segera membuka berkas-berkas yang ada di dalamnya kemudian menyelesaikan kekurangan pekerjaannya tadi sore.
Angga mengerjakan pekerjaannya dengan fokus dan cepat diiringi dengan pertanyaan dan bayangan akan sosok wanita yang tadi dia temui. Wanita itu benar-benar telah membuat Angga menjadi gelisah.
Dengan perasaan kesal. Angga menggerakkan bola matanya ke kanan atas sembari berpikir mengingat apa yang terjadi padanya waktu itu.
#Flashback
Angga merasa bahagia. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa bekerja sama dengan Audrey, rekan bisnisnya sekaligus teman dekatnya.
Suatu siang, Angga hendak pergi menemui Audrey di restoran untuk membicarakan proyek mereka sembari memakan makanan yang ada di sana untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Mereka terlihat sangat akrab sehingga membuat suasana tidak canggung.
Meski kerap bersenda gurau, Angga dan Audrey tidak melupakan tugas dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Setelah bekerja, Angga dan Audrey memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pekerjaannya besok. Tapi saat Angga mengendarai mobilnya, tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan.
Dia memukul alat setirnya karena kesal dengan tangannya dan menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya, berharap ada keajaiban agar dia bisa pulang ke rumah tepat waktu karena rasa rindunya akan istri tercinta dan anaknya.
_tok tok tok_
Suara ketukan kaca mobil membuat Angga tersadar dari lamunannya. Dia membuka matanya dan segera membuka jendela sambil menatap Audrey dengan heran.
"Kau?"
Audrey tersenyum kecil.
"Iya aku. Aku lihat mobilmu dari tadi diam saja. Apa yang terjadi?"
Angga mengembuskan napasnya.
"Mobilku mogok. Aku tidak tahu harus berbuat apa," keluhnya.
"Hanya itu? Kau kan bisa, bilang sama aku. Ayo sini masuk ke mobilku, biar aku yang akan mengantarkanmu pulang ke rumahmu..."
Mendengar ucapan Audrey, Angga tersenyum merasa senang.
Dia lalu keluar dan masuk ke mobil Audrey sedangkan Audrey hanya diam dan tersenyum kecil kemudian mengendarai mobilnya itu.
Di perjalanan, Angga dan Audrey terus saja mengobrol bersama dengan bercanda dan tertawa hingga karena asyik mengobrol tanpa memperhatikan jalan, mobil Audrey tidak sengaja menabrak sebuah truk yang ada di depannya dan mengalami kecelakaan.
***
Di rumah sakit, Audrey dan Angga sedang berada di UGD untuk dirawat.
Mendengar sang suami mengalami kecelakaan, Vira datang ke rumah sakit untuk menjenguk suaminya. Di sana dia terus meminta dokter agar Angga bisa selamat.
Tanpa disadari, di saat Vira ke rumah sakit, ada juga seorang wanita yang juga meminta tolong pada dokter agar mau menyembuhkan suaminya.
Dokter dan perawat berusaha menyembuhkan pasien mereka itu dan menyelamatkan nyawa mereka sebaik mungkin, tapi Tuhan berkata lain. Audrey tidak bisa diselamatkan lagi dan dinyatakan meninggal karena kehabisan banyak darah.
Hal ini membuat Aretha, istri Audrey menjadi hancur. Hampir setiap hari, dia menghabiskan waktunya dengan menangis sedih mengingat kenangan bersama suaminya itu. Hati yang terluka terus saja membuatnya meneteskan air mata, membuatnya menjadi sakit akibat patah hati karena kehilangan orang yang dia cinta.
Selain Aretha, Angga dan Vira juga merasakan duka. Apalagi Angga yang kehilangan sahabatnya itu untuk selamanya. Mereka berdua juga menghibur Aretha agar tidak terus bersedih dan berusaha menenangkannya.
#Flashback off
Angga mengembuskan napasnya berat. Perlahan dia membuka matanya dan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 21.30 WIB. Dia mengusap wajahnya kasar kemudian sorot matanya melirik ke arah jendela yang masih terbuka lebar sehingga membuat angin bisa masuk dan merasa kedinginan. Angga menutup laptopnya tersebut dan menyimpannya kemudian beranjak dari duduknya. Dia melangkahkan kakinya ke arah jendela untuk menutupnya. Kemudian pergi meninggalkannya ruangan dan bergegas ke kamar untuk tidur dan istirahat.
***
Aarav sedang tiduran sambil memainkan ponselnya. Di sana dia asyik menscroll aplikasi di layar handphonenya dan kemudian membuka tiktok. Karena hanya di tiktok lah dia bisa menemukan hiburannya dan tertawa meski cuma sebentar.
Video lucu tentang kucing, kejadian unik, dan lainnya membuat Aarav yang tadinya lesu kini kembali ceria.
Kesunyian yang dulunya sering dihiasi tangis, kini juga dihiasi oleh tawa. Meski pun hambar, tapi setidaknya Aarav kembali menemukan kebahagiaan hatinya sehingga perlahan rasa sedihnya mulai hilang.
Di saat sedang menonton video, tiba-tiba Aarav mendapatkan chat dari seseorang. Segera dia membuka isi pesan dari orang tersebut:
Tiara [Hai, besok bisa tidak belajar bersama?]
Aarav mengembuskan napasnya berat. Dia berusaha menjawab pesan Tiara dan mengetik. Tapi sebelum pesan itu dikirim, dia terus saja menulis dan menghapus sehingga membuat Tiara menjadi penasaran karena tak kunjung mendapat balasan.
Di sisi lain, jemari Aarav ingin mengatakan sesuatu dengan menjawab pesan Tiara, tapi otaknya terus saja menolaknya dan berniat untuk mendiamkannya saja.
Karena dilema antara jari dan otaknya, Aarav pun memutuskan untuk berpikir sambil memejamkan matanya, tanpa disadari, dia sudah mulai tertidur pulas di ranjangnya sehingga membuat Tiara gelisah.
------
Aarav berangkat ke sekolah. Sesampainya di sana, dia segera memakirkan motornya dan melepas helmnya. Kemudian merapikan seragamnya sejenak. Sekilas Aarav memandangi bunga-bunga yang ada di halaman sekolah sambil tersenyum kecil.
Aldo, teman Aarav datang menghampirinya dan menepuk bahunya.
Aarav berbalik dan menatap Aldo sambil tersenyum kecil.
"Iya? Ada apa?"
"Ayo berangkat ke kelas sama aku!" ajak Aldo.
"Baik!'
Aldo pun menggenggam tangan Aarav dan mengajaknya masuk ke kelas bersama.
***
Saat istirahat, Tiara jajan di kantin bersama Annisa.
Bisa dikatakan, Tiara dan Annisa Mereka berdua adalah sahabat dekat, setiap hari, bahkan setiap saat mereka selalu bersama. Dimana ada Annisa disitu pasti ada Tiada. Kadang karena kedekatan mereka, mereka sering disebut saudara yang tak terpisahkan.
Tiara memandangi sate yang ada di depannya. Dia memegang sate tersebut kemudian pergi menemui ibu kantin untuk membelinya. Selain sate, dia juga membeli minuman untuk menghilangkan rasa harusnya setelah makan.
Annisa dan Tiara duduk di sebuah bangku yang ada di sekitar kantin. Tanpa disadari, ternyata Aarav juga ada di sana sambil duduk santai dan meminum jusnya.
Tiara tersenyum menatap Aarav. Beberapa detik berlalu, tapi tatapan matanya masih terus tertuju pada sosok laki-laki yang ada di depannya ini.
Annisa yang melihat hal itu menjadi kesal. Dia melambaikan tangannya di depan Tiara. Seketika Tiara mengedipkan matanya pelan dan menolehkan pandangannya ke arah sahabatnya.
"Iya?"
"Sudah, Ra. Kamu jangan kaya gini terus. Ingat kamu harus move on!" tegur Annisa.
Tiara mengerutkan keningnya.
"Hah? Move on? Memangnya kapan aku sama dia ada hubungan? Kapan kita putus? Tidak pernah. Aku cuma ingin cinta dia," jelas Tiara.
Annisa menatap Tiara kesal.
"Move on bukan berarti putus cinta . Kamu harus sadar, dia tidak mencintai kamu. Berhenti berharap sama dia. Masih banyak cowok lain selain dia, ada yang lebih baik daripada dia, kenapa harus dia?" tanya Annisa dengan nada tinggi seperti memarahi.
Tiara menunduk. "Tapi aku--"
Annisa beranjak dari tempat duduknya dan memukul meja dengan sedikit kesal.
"Sudah ya, aku tidak ingin mendengar omong kosong mu itu. Sekarang daripada harus bertengkar, lebih baik aku pergi saja!" pungkasnya kemudian berjalan pergi meninggalkan Tiara.
Tiara menggaruk rambutnya pelan. menjadi tidak nyaman dengan Annisa. Dia mengalihkan pandangannya, sekilas dia menatap Aarav sambil tersenyum kemudian pergi menyusul Annisa di kelas.
***
Sepulang sekolah, Tiara segera mengemasi barang-barangnya dan langsung keluar kelas tanpa mengajak Annisa. Sedangkan Annisa yang melihat itu menjadi kesal. Dia benar-benar merasa marah dengan sahabatnya itu.
Sambil menunggu seseorang, dia berulangkali menatap ruangan yang ada di samping kelasnya itu. Tiba-tiba di saat sedang menunggu, kaki Tiara menjadi sedikit pegal. Dia pun memutuskan untuk duduk di bangku sembari menunggu Aarav.
Beberapa saat kemudian, Aarav berjalan keluar kelas. Melihat hal itu, Tiara langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari menghampiri Aarav kemudian menepuk bahunya.
Aarav menoleh. Dia terkejut melihat Tiara.
"Eemm. Aku boleh tanya tidak?" pinta Tiara.
"Apa?"
"Kamu sudah baca pesanku belum?" tanya Tiara.
Aarav terdiam sejenak. Dia mengangguk pelan.
"Iya. Sudah."
"Terus jadi tidak?"
"Tidak. Maaf, aku tidak bisa," tolak Aarav kemudian pergi meninggalkan Tiara sendirian di halaman sekolah sedangkan Tiara hanya terdiam sambil melamun.
***
Hari semakin sore. Matahari yang tadinya tersenyum ceria menyinari bumi, kini kian memudar. Selain itu, langit juga gelap dan mendung menandakan bahwa nanti akan hujan. Tiara yang melihat hal itu menjadi cemas. Dia segera membuka tasnya untuk mengambil payung, tapi tak kunjung ketemu. Dia mengacak rambutnya karena kesal.
Perlahan, rintik hujan turun membasahi bumi disertai angin membuatnya semakin deras dan membuat makhluk di sini menjadi kedinginan sekaligus basah . Banyak orang terutama para berteduh di pinggiran untuk memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan mereka.
Tiara yang merasakan tangannya basah akibat terkena air hujan menjadi semakin gelisah. Dia pun duduk di sebuah tenda yang ada dekat sekolah sembari menunggu jemputan.
Angin kencang tersebut membuat Tiara menggigil kedinginan. Dia berulang kali menggosok-gosok tangannya untuk menghangatkan tubuhnya.
***
Kebetulan, Aldo juga sedang ada di jalanan untuk membeli makanan dengan mengendarai motornya. Di tengah jalan, dia tidak sengaja melihat Tiara yang sedang termenung sendirian dan segera memakirkan motornya itu di pinggir jalan kemudian berjalan menghampirinya Tiara.
"Kau belum pulang? Kenapa?"
Tiara tersenyum kecil menatap Aldo.
"Aku belum dijemput dari tadi," ucapnya.
Aldo tersenyum.
"Ya sudah. Bagaimana kalau kau aku antar pulang?"
Tiara menatap Aldo. Dia menggelengkan kepalanya dan hendak menolaknya karena merasa tidak nyaman dengan kebaikannya tersebut.
"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok, lagian, nanti juga ada yang jemput," tolak Tiara.
Aldo tersenyum.
"Sudah, jangan seperti itu. Aku tahu, kamu tidak ada yang jemput, lagian ini hujan, jalanan juga gelap,
mana mungkin kamu pulang sendiri seperti ini?" Aldo berusaha membujuk Tiara untuk menerima ajakannya.
Tiara yang tidak bisa lagi berpikir lama karena merasa lelah itupun setuju.
Aldo tersenyum kecil. Dia lalu meminjamkan Tiara jas hujan dan mengantarkannya pulang ke rumahnya dengan motornya.

Book Comment (34)

  • avatar
    Nia Fitriyani

    semakin penasaran untuk membacanya

    12d

      0
  • avatar
    WisnonoAgus

    cerita yang seru

    16d

      0
  • avatar
    RusmiyatiFransisca

    bagus

    04/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters