logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 HANYA TEMAN

Rosa memegangi kepalanya dengan kedua tangannya saat melihat hasil menghiasnya tidak sesuai ekspektasi. Ada rasa kecewa teramat sangat dalam hatinya. Namun dia sudah lelah.
“Kenapa?” Tanya Antik.
“Jelek.” Jawab Rosa pasrah. Sorot matanya tampak memelas. Seolah usahanya sejak tadi sia-sia.
Beberapa kali Rosa mendengus kasar, dia sangat kecewa dengan hasilnya. Diangkatnya cendera mata itu lalu dibolak baliknya, hasilnya tetap mengecewakan baginya. Tapi dia tidak bisa membuat yang lebih baik dari ini.
“Jelek apanya? Bagus gitu.” Antik membolak balikkan bungkusan cendera mata yang lebih cocok disebut seserahan pernikahan. “Kamu merendah.”
Antik mengambil beberapa foto cendera mata untuk Pak Bagas, lalu mengunggahnya di status whatsAppnya dengan caption “seserahan” dengan emoji gambar hati.
Dia yakin, pasti banyak yang akan mengomentari statusnya. Apalagi teman-temannya tahu dia belum punya rencana menikah dala waktu dekat.
Benar saja, tidak lama kemudian berbagai pesan masuk ke whatsAppnya mengomentari statusnya. Antik tertawa geli melihat respon teman-temannya.
Seno
‘Kamu nikah ya?
Kok aku enggak diundang, kamu jahat banget’
Samuel
‘Kamu lamaran hari ini?
Sama siapa?’
Dinnara
‘Antiiiik….
Kamu lamaran?
Sama siapa?
Ada yang mau sama kamu?
Dia lagi khilaf ya?’
Antik tertawa puas membaca komentar teman-temannya tentang status yang dia unggah baru saja. Dia sangat puas mengerjai teman-temannya.
Dia sengaja menjawab dengan emoji saja atau ucapan, “Doain ya.”
Masih banyak komentar lain yang belum dia baca. Antik benar-benar puas membuat sensasi.
“Ah aku nyerah. Gitu aja deh, enggak apa-apa ya? Udah kesorean, aku harus segara pulang.” Ucap Rosa menyerah.
Rosa berkemas, merapikan bahan dan alat yang sudah dia gunakan hari ini. Dia membuang sisa-sia bahan yang sudah tidak terpakai ke tempat sampah.
“Udah bagus banget kok. Enggak apa-apa.” Jawab Antik menenangkan. Dia masih asyik membaca komentar teman-temannya.
“Aku pulang dulu ya. Makasih dari tadi ditraktir terus.” Ucap Rosa sambil berjabat tangan dengan Antik untuk berpamitan pulang.
“Santai aja. Aku juga enggak bantuin bungkus. Aku nyerah kalau soal menghias gitu. Enggak ada jiwa seni sama sekali dalam diriku. He he he. Untungnya tugas sama kamu. Beres deh.” Ucap Antik lega.
“Tapi kayaknya enggak sesuai ekspektasi deh.” Rosa masih kurang puas. “Tapi bahannya udah habis semua. Tidak mungkin beli lagi. Udah sore.”
“Udah gitu aja udah bagus.” Antik beranjak dari duduknya dan meletakkan telepon selulernya di meja ruang tamu.
“Semoga aja sih. Sama-sama enggak punya bakat bungkus membungkus.” Rosa tertawa.
“Eh kamu pulang naik apa? Aku anterin ya?” Tanya Antik menawarkan.
“Aku udah pesan taksi online kok. Tuh udah sampai. Makasih, An, aku pulang dulu. Nitip besok bawain ya.” Jawab Rosa.
Antik mengantar Rosa ke depan rumahnya. Rosa naik mobil yang dia pesan melalui aplikasi.
“Siap. Hati-hati ya.” Antik melambaikan tangannya ke Rosa. Rosa membalas lambaian tangan Antik dari dalam mobil.
“Dia dijemput siapa?” Tanya Novan penuh curiga.
Antik kaget dengan Novan yang tiba-tiba berdiri di samping Antik. Padahal sejak tadi dia tidak melihat Novan di depan rumahnya.
“Suaminya.” Jawab Antik asal.
“Kamu PMS ya? Dari tadi marah mulu. Nanti cepet tua lho.” Ucap Novan mengejek.
“Bodo amat.” Jawab Antik kesal. Antik memukul bahu Novan lagi.
“Kasa banget jadi perempuan. Entar enggak ada yang mau sama kamu, jadi perawan tua, baru tahu rasa kamu.”
“Bodo amat. Jadi orang kepo banget sama urusan orang. Emang kenapa kalau aku jadi perawan tua? Kamu juga bakalan jadi jejaka tua.” Antik sangat kesal.
Usianya sekarang juga sudah menginjak 25 tahun, tapi belum pernah sekalipun dia membawa pacar ke rumahnya.
Meskipun teman lelakinya juga banyak, namun hatinya hanya milik Novan. Tapi Novan yang bodoh itu tidak pernah tahu perasaannya.
Antik masuk ke dalam rumahnya dengan kesal. Dia telungkup di atas spring bed dan menangis sejadi-jadinya. Hari ini dia sudah dibuat sangat kesal oleh Novan. Berkali-kali dia memukuli dinding kamarnya hingga tangannya terasa sakit.
Antik lelah merasakan cinta sepihak dengan Novan, sejak dulu cintanya pada Novan bertepuk sebelah tangan.
Novan yang sangat enggak peka dan hanya menganggap Antik sebagai sahabat sangat menyakiti perasaan Antik, namun dia begitu menikmatinya. Segala rasa sedih, senang, jengkel, bahagia, kerinduan, kemarahan, semua dia nikmati. Dia bahkan dengan rela merasakan semua rasa itu demi Novan.
Antik terus menunggu sampai suatu saat Novan menyadari perasaannya dan mengungkapkan perasaan Novan pada Antik.
Bagi Novan, Antik sudah seperti adik kecilnya sendiri. Sejak kecil mereka sering bermain bersama. Kadang kalau kedua orang tua Antik pergi tugas ke luar kota, Antik dititipkan di rumahnya, begitu pula jika orang tua Novan yang pergi ke luar kota, Novan dititipkan di rumah Antik.
Novan sudah hafal betul tabiat buruk Antik yang memang sangat antik. Antik sangat dimanjakan oleh kedua orang tua dan kakak-kakaknya. Oleh karena itu dia menjadi anak yang harus selalu mendapatkan apa yang dia mau. Kalau dia tidak mendapatkan apa yang dia mau, dia akan menangis keras, hingga semua maunya dituruti.
Kadang Novan sangat kesal dengan sikap manja Antik yang harus dituruti. Mau tidak mau, dia harus mengalah untuk Antik, karena usianya lebih tua dari Antik. Padahal sebagai anak tunggal, Novan pun juga keras kepala dan tidak mau mengalah.
Antik tidak pernah berfikir untuk menyatakan perasaannya pada Novan. Baginya sesuatu hal yang sangat memalukan dan merendahkan martabat perempuan bila ada seorang perempuan yang menyatakan perasaan pada lelaki terlebih dahulu.
Meskipun dia punya seribu alasan untuk mengungkapkannya, namun dia memilih untuk menyimpannya rapat-rapat.
Tapi kali ini, kekesalannya berubah menjadi kemarahan yang sangat dalam. Dia seolah membawakan jodoh pada orang yang dia cintai.
Dia bisa menerima itu semua. Dia sudah mencintai Novan sejak lama, dia tidak akan melepaskan begitu saja Novan untuk perempuan lain.
Novan yang sangat dia cintai sejak lama, jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis yang baru saja sekali di lihatnya. Sangat menyinggung egonya. Dia benar-benar marah kali ini.
Harusnya dia tidak pernah kenal Rosa. Harusnya Rosa tidak pernah datang ke rumahnya. Harusnya mereka tidak pernah bertemu. Harusnya Rosa menghias cendera mata di rumahnya. Antik memukul-mukul dinding lebih keras, lalu dia menangis histeris sendirian di dalam kamarnya.
Kekesalan Antik yang diabaikan Novan membuat dia membenci sosok Rosa. Dia berjanji untuk tidak dekat dengan Rosa lagi. Perempuan yang menjadi sumber masalah dalam hidupnya.
Sejak saat itu, Antik mencari kelemahan-kelemahan Antik yang bisa dia katakana kepada Novan, hingga Novan berhenti menyukai Rosa, bahkan membencinya.
“Meskipun kamu tidak bersalah, tapi kamu sudah menyinggungku. Aku akan buat kamu hancur sehancur-hancurnya.” Ancam Antik pada Rosa.

Book Comment (159)

  • avatar
    Raden Ardy Isa Wisastra

    Bagus

    4d

      0
  • avatar
    Grant Mode

    mendapat kan diamon ff secara gratis

    7d

      0
  • avatar
    Muh Rifky Ananda Syafutra

    Menarik!

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters