logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 TUGAS

“Kalian lagi ngapain?” Tegur Novan mengagetkan Antik dan Rosa.
Tiba-tiba Novan sudah berdiri di belakang Rosa dan Antik yang sedang serius membungkus cendera mata. Rosa mengelus dadanya beberapa kali karena terlalu terkejut dengan kedatangan Novan secara tiba-tiba. Nafasnya seakan terhenti saat itu.
Antik berdiri dari duduknya lalu memukuli lengan Novan. Novan kesakitan mendapat pukulan yang bertubi-tubi dari Antik.
“Aduh.. aduh.. ampun.” Ucap Noval mengaduh, meminta ampunan Antik untuk segera menyudahi pukulannya. Novan menyilangkan kedua tangannya ke depan untuk menghindari pukulan Antik.
“Kamu tuh, masuk enggak ucapin salam, tau-tau udah nyelonong aja. Kaget tahu.” Antik memarahi Novan.
Namun yang dimarahi hanya cengar cengir enggak jelas. “Biasanya juga gitu, kan?” Novan menggaruk-garuk kepalanya bingung.
“Enggak sopan, kalau aku nggak pake kerudung gimana?” Antik semakin kesal. Bibirnya manyun, dan menyilangkan tangan di dadanya. Tanda kalau Antik sedang ngambek.
“Biasanya juga cuma pake baju tidur selutut udah sampai rumah tetangga.” Jawab Novan.
Antik memukuli Novan lagi dengan lebih keras. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memukulnya karena terlalu kesal pada Novan.
“Makanya kenalin dong. Punya temen cantik enggak bilang-bilang. Kasihan temenmu yang jomlo ini. Biarkan aku mengakhiri kejomloan yang menyiksaku ini.” Ucap Novan memelas.
“Dasar buaya, bisa-bisanya ngaku jomlo. Cewek-cewek yang kemarin ke mana?” Ucap Antik lantang, sengaja supaya Rosa dengar dan tidak berminat berkenalan dengan Novan karena tahu Novan seorang buaya darat.
“Cewek yang mana?” Tanya Novan bingung.
“Bukannya tiap hari selalu gonta ganti cewek. Entah yang mana.”
“Dia cuma fans aku. Aku enggan punya hubungan apa-apa sama mereka.”
“Aku lagi sibuk. Sana keluar.” Antik mendorong paksa tubuh Novan ke luar rumah.
“Aku cuma mau pinjam pompa sepeda.” Novan masih memaksa masuk ke rumah. “Ban sepeda aku kempes.”
“Nanti aku anterin ke rumah. Sana pulang dulu.” Usir Antik.
Novan masih celingak celinguk mencari alasan supaya tidak diusir. “Mama kamu masak apa? Aku laper.”
“Kamu mau numpang makan lagi? Enggak ada makanan. Mama ada acara di kantor papa, pulang entar sore atau malem, enggak tahu. Mbak juga libur hari ini. Enggak ada yang masak.” Jawab Antik sangat kesal Novan tidak mau pulang.
Antik tahu, sebenarnya Novan tertarik pada Rosa dan ingin berkenalan dengannya. Tapi Novan tidak pernah tahu, Novan adalah cinta pertama bagi Antik. Cinta sepihak lebih tepatnya. Novan tidak pernah tahu perasaan Antik padanya, dan menganggap Antik sebagai teman sejak kecil. Dan yang paling Novan tidak tahu adalah, dia sudah sangat menyakiti Antik dengan sikapnya yang sok akrab dengan perempuan lain.
Antik mengunci pintu rumahnya, dia masih terlihat kesal. Ada rasa sakit di hatinya. Novan tidak pernah seantusias itu terhadap perempuan.
Dengan jabatan dan kekayaan bapaknya, Novan bisa mendapatkan siapapun yang dia inginkan. Perempuan seperti apapun pasti luluh jika Novan mau. Namun selama ini Novan hanya pasif-pasif saja.
Jika Novan seantusias ini pada Rosa, berarti dia ada ketertarikan khusus pada Rosa. Antik menjadi semakin kesal.
“Sa, aku laper. Kamu mau makan apa? Aku orderin sekalian.” Kata Antik sambil mencari menu makan yang dia mau melalui aplikasi. Kebiasaan Antik, kalau dia kesal atau banyak fikiran, dia langsung melarikan diri ke makanan.
Sejak kecil, bisa dibilang Antik mengalami stress eating. Setiap kali dia mengalami stress, sedih, marah, kecewa, banyak fikiran, dia akan melampiaskannya dalam bentuk makanan.
“Kamu mau pesan apa?” Tanya Rosa tanpa memperhatikan Antik. Matanya masih fokus mengikuti tutorial menghias cendera mata dari aplikasi youtube. Tangannya mengikuti setiap arahan dari tutornya.
“Aku pengen pizza. Kamu mau?” Tanya Antik.
“Boleh.” Jawab Rosa singkat. Sebenarnya dia jarang makan pizza, namun kali ini untuk menghormati Antik yang sudah menawarinya, dia berusaha mengikutinya.
“Mau rasa apa? Aku pengen beef. Eh yang komplit aja deh, kayaknya enak nih. Kamu mau apa?” Tanya Antik mendekati Rosa.
“Apa ya?” Tanya Rosa sambil mengintip menu yang tersedia. Dia mencari yang harganya paling murah. “Itu aja yang original.”
“Oh ini yang ori ya.” Antik memencet tombol pesan. “Minumnya?”
“Es cokelat aja. Nah yang itu.” Rosa menunjuk gambar minuman coklat yang tampak menyegarkan.
“Mau pakai topping? Ini ada boba, keju, parutan coklat, cincau. Mau apa?”
“Enggak deh. Ori aja.” Rosa tidak begitu tertarik dengan topping yang disajikan karena otomatis akan menambah harganya.
“Ok.” Antik memencet pesanannya. Lalu meletakkan telepon selulernya di meja, dia mulai mengamati Rosa yang sibuk menghias.
Rosa terlihat sangat konsentrasi. Mungkin kalau ada uang jatuh di depannya, dia juga tidak peduli.
Sebenarnya Antik tidak akrab dengan Rosa, hanya saja Antik dan Rosa sama-sama yang masih gadis di kantor, sehingga mereka mendapat tugas mencari cendera mata untuk Pak Bagas. Mungkin mereka fikir, kalau sama-sama gadis bisa sekalian jalan-jalan, bisa mencari cendera mata yang bagus dan bisa menghias dengan cantik.
Rosa merupakan pegawai baru di kantor Antik. Dia baru bekerja hampir satu bulan ini. Sifat Rosa yang pendiam, membuat mereka bahkan hampir tidak pernah bertegur sapa.
Bagi Antik, Rosa merupakan tipikal cewek ideal. Lelaki mana yang sanggup menolak cewek seperti Rosa. Seandainya dia punya fisik seperti Rosa, mungkin dia lebih memilih menjadi artis atau model.
Tubuh Rosa yang tinggi menjulang, kulit sawo matang, langsing ideal dan mempunyai lesung pipit di kedua pipinya yang muncul ketika dia tersenyum menambah level kecantikannya.
Namun Rosa lebih memilih baju longgar yang membuatnya terlihat gemuk. Kerudung bergo ukuran jumbo yang semakin menunjukkan ketidak modisannya. Mungkin Rosa enggak tahu model terkini. Dia tampak sangat kuno.
“Kenapa liatin gitu? Nanti kamu naksir aku lho.” Ucap Rosa bercanda. Mata dan tangannya masih sibuk bekerja. Hanya sekilas dia melirik ke arah Antik yang terus memperhatikan dirinya.
“Kamu udah punya cowok, Sa?” Tanya Antik serius. Tatapannya masih terpaku pada wajah Rosa.
“Kamu beneran naksir aku?” Rosa begidik. Dipeluknya cendera mata untuk Pak Bagas, seolah melindungi dirinya dari Antik yang siap menerkamnya sewaktu-waktu.
Antik mendengus kesal. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Jangan, An, aku masih normal. Aku cewek lo, An. Aku masih suka sama lelaki.” Jawab Rosa pura-pura ketakutan.
“Aku juga masih normal.” Jawab Antik kesal. Dipukulnya Rosa menggunakan bantal sofa. Rosa tertawa.
“Kayaknya Novan naksir kamu deh. Dia penasaran banget sama kamu. Dia enggak pernah kayak gitu sama cewek lain. Dia biasanya pasif, cewek-cewek yang agresif.” Kata Antik lirih. Ada luka yang tergores di dalam hatinya saat mengucapkan itu. “Kamu gimana?”
“Novan siapa sih?” Tanya Rosa tanpa menoleh ke arah Antik.
“Cowok yang tadi ke sini.”
Rosa berfikir sejenak, dia tidak terlalu memperhatikan bagaimana rupanya, lalu dia menghela nafas dalam dan menggelengkan kepalanya tanda dia tidak tertarik sama sekali. Dia ingin segera menyelesaikan tugas itu dan pulang ke rumahnya. Dia akan mendapat masalah bila pulang terlalu sore.

Book Comment (159)

  • avatar
    Raden Ardy Isa Wisastra

    Bagus

    4d

      0
  • avatar
    Grant Mode

    mendapat kan diamon ff secara gratis

    7d

      0
  • avatar
    Muh Rifky Ananda Syafutra

    Menarik!

    9d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters