logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BALAS DENDAM

BALAS DENDAM

Dewi Pooh


Chapter 1 TEMAN SEJAK OROK

Antik dan Rosa memasuki sebuah gang perumahan elit. Rosa belum pernah memasuki kawasan itu sebelumnya.
Tampak deretan rumah mewah dan kokoh dengan gaya arsitektur yang menawan dan elegan. Siapapun yang melihatnya pasti bisa menebak, para pemilik rumah itu tidak punya uang recehan.
Mereka berhenti di depan sebuah rumah berwana perpaduan silver dan putih, dengan pagar tinggi berwarna hitam gelap.
Antik memarkirkan mobil sedannya di depan rumahnya. Dia bersama Rosa, teman satu kantornya, berencana membungkus cendera mata di rumahnya.
“Akhirnya sampai rumah. “ Ucap Antik.
“Alhamdulillah.” Ucap Rosa bernafas lega.
“Kakiku pegel banget muter-muter hari ini. Harus pijit nih, biar bisa tidur nyenyak.” Antik memijit-mijit betisnya yang terasa kaku. “Kamu sudah bekerja keras hari ini, jadi kamu dapat hadiah.”
“Turun yuk. Pengen rebahan segera.” Kata Antik seraya keluar dari mobil.
Antik melihat Novan, tetangga depan rumahnya, yang sedang menyiram beberapa pohon yang ada taman depan rumahnya. Timbul rasa iseng Antik ingin menggoda Novan.
“Tumben rajin amat. Kamu kesambet ya? Biasanya hanya bermalas-malasan.” Ucap Antik kepada Novan. Mereka sudah berteman sejak lahir karena rumah mereka berdekatan. Jarak usia mereka yang hanya satu tahun, bisa dibayangkan betapa akrabnya mereka.
“Habis jalan-jalan, Bu? Ngabisin duit teruuuuuus.” Ucap Novan ganti menggoda Antik.
“Healing dong. Kerja melulu. Kamu nganggur ya? Enggak punya duit? Kok sekarang jadi tukang kebon?” Antik masih tidak mau kalah menggoda Novan.
“Dasar.” Novan mengarahkan selang airnya pada Antik.
“Ih basah. Novan ih. Jahat banget.” Antik berusaha menghalangi semprotan air dari Novan di wajahnya dengan kedua tangannya..
“Rasain. Luntur tuh dempul.” Umpat Novan, lalu tertawa penuh kemenangan.
“Air kotor kan itu?” Antik mengomel. “Mukaku bisa getel-gatel nih.”
“Enak aja. Air sumur nih.” Jawab Novan tidak mau kalah.
“Air sumur kan kotor.” Antik kesal pada Novan. Dia tidak pernah memakai air sumur di rumahnya untuk mandi.
“Biasanya kan kamu mandi pake air comberan atau air kali. Air sumur jauh lebih bersih.” Novan kembali menyiram Antik hingga seluruh tubuhnya bas.
“Novan. Basah semua nih.” Antik kesal digoda Novan.
“Biar mandi sekalian. Udah sore.” Jawab Novan mencibir.
Sejak dulu Antik dan Novan memang tidak pernah rukun, saling mencela satu sama lain. Tapi mereka bahagia dan tidak pernah marah walaupun mendapat celaan seperti apapun karena celaan-celaan itu yang membuat mereka semakin akrab satu sama lain.
Meski mendapat siraman air comberan sekalipun dari Novan, Antik tetap bahagia. Senyumnya mengembang. “Novan nyebelin.” Umpatnya senang.
Rosa, teman kerja Antik, turun dari mobil, diambilnya bungkusan besar dari dalam bagasi mobil, yang tadi dia beli bersama Antik di mall. Dia tersenyum dan geleng-geleng melihat Antik dan tetangganya yang sedang bersenda gurau.
Menurut Rosa, Antik memang ramah pada siapapun, tidak ada kesombongan sedikitpun meskipun dia berasal dari keluarga kaya. Dia juga pandai bergaul dengan siapapun. Sangat berbeda dengan dirinya, yang minder dan malu untuk bergaul seperti Antik.
Bagaimana Rosa tidak minder, dari status ekonomi mereka jauh berbeda. Bagai bumi dan langit. Antik yang selalu menggunakan barang-barang dengan merk ternama dengan harga yang cukup fantastis dibandingkan dengan dirinya yang hanya memakai baju sekedar kebutuhan primer untuk menutupi auratnya..
Antik bahkan memiliki mobil pribadi yang kisaran harganya diatas 300 juta, sedangkan dirinya hanya menggunakan kendaraan umum setiap hari. Di keluarganya, Rosa hanya memiliki satu sepeda motor yang digunakan ayah dan kakaknya secara bergantian. Itupun motor butut yang sudah puluhan tahun setia dan sangat berjasa bagi keluarganya.
Bagi Rosa yang bekerja memang untuk mendapatkan uang, bagi Antik, bekerja mungkin hanya untuk menghilangkan kejenuhan di rumah sendirian. Kedua orang tua Antik merupakan pejabat pemerintahan di propinsi yang sibuk bekerja dari pagi hingga petang.
Apalagi dengan orang yang baru dikenalnya, Antik bisa dengan leluasa bercanda. Berbeda dengan Rosa, dia berubah menjadi patung jika bertemu dengan orang yang tidak dia kenal, atau orang yang baru pertama dia temui. Makanya dia lebih sering disebut sebagai gadis sombong, judes, angkuh dan sebagainya.
Sebenarnya Rosa tidak berniat sombong, dia hanya takut bertemu dengan orang baru. Dia lebih memilih menyendiri dari pada bergaul dengan orang-orang baru. Dan juga, berkenalan bukanlah hobi Rosa. Ada ketakutan dalam dirinya yang begitu besar hanya sekedar berkenalan. Dia bisa mati kutu dan langsung menjadi sangat canggung.
“Masuk yuk. Itu rumahku.” Antik menunjuk rumahnya yang megah pada Rosa.
Rosa mengangguk, lalu berjalan memasuki pagar rumah Antik.
“Selamat bekerja pak tukang kebon. Bekerja yang rajin ya, siapa tahu nanti dapat bonus dari pemilik rumah, lumayan bisa buat healing.” Ucap Antik masih meledek Novan. Dia melambai-lambaikan tangannya ke arah Novan. Sebenarnya dia masih ingin ngobrol dengan Novan, tapi ada tugas yang harus segera dia selesaikan bersama Rosa.
“Siapa dia? Kenalin dong.” Tanya Novan melihat seorang gadis di samping Antik. Gadis yang cantik menurut Novan, hingga membuat rasa penasarannya muncul.
“Ih kepo. Dasar buaya, liat yang bening dikit langsung tertarik. Kapan kamu tobat?” Antik menggandeng Rosa masuk ke dalam rumahnya dengan terburu-buru. Dia enggan menjawab pertanyaan Novan lagi.
Novan kesal dibuatnya. “Awas kamu ya. Aku bakal cari tahu sendiri. Aku pasti bisa dapetin dia tanpa bantuan kamu.” Ancam Novan.
Antik menjulurkan lidahnya ke arah Novan hingga membuat Novan semakin kesal. Antik juga kesal karena Novan begitu perhatian sama Rosa yang memang lebih cantik darinya. Sebenarnya Antik cemburu, namun Novan tidak pernah tahu.
“Duduk dulu, Sa. Aku ganti baju dulu ya. Basah nih.” Antik mengibas-ngibaskan bajunya yang terkena semprotan air. Dilepasnya kerudung segi empat warna merah muda motif bunga. Rambut ikal panjangnya tergerai indah seperti iklan sampo di televisi.
Antik dan Rosa mendapat tugas dari Pak Kusumo, kepala sekolah mereka, untuk mencari cendera mata sekaligus membungkusnya. Dua hari lagi hari perpisahan Pak Bagas, teman kerja Antik dan Rosa.
Rosa mengeluarkan kain batik dan tas laptop sebagai cendera mata untuk Pak Bagas, yang akan dia hias bersama Antik. Dia searching di internet contoh-contoh tutorial membungkus kado yang cantik. Dia mencari cara membungkus yang mudah namun terkesan elegan dan mahal.
“Udah dapet, Sa?” Tanya Antik mengintip layar telepon genggam milik Rosa.
“Belum, masih bingung. Yang bagus susah, yang gampang hasilnya enggak bagus.” Jawab Rosa sambil terus fokus pada layar telepon genggamnya.
“Yang ini kayaknya bagus deh, Sa. Kita juga punya semua bahannya.” Antik menunjuk pada salah satu video tutorial membungkus.
“Kita coba deh. Mudah-mudahan kita bisa bikinnya.” Ucap Rosa serius. Dia belum pernah membungkus cendera mata selama ini.
“Kita? Elu aja kali. Aku enggak bisa bikin-bikin kayak gituan.” Ucap Antik nyerah.

Book Comment (159)

  • avatar
    Raden Ardy Isa Wisastra

    Bagus

    4d

      0
  • avatar
    Grant Mode

    mendapat kan diamon ff secara gratis

    7d

      0
  • avatar
    Muh Rifky Ananda Syafutra

    Menarik!

    9d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters