logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

05. Manusia Baik

“Jean.” Pikir Karina. Tapi baunya. Dia bukan. Dan Karina hilang kesadaran.
Karina terbangun di sebuah kamar dengan cahaya yang minim. Keningnya berkerut ketika matanya melihat cahaya lampu setelah sebelumnya tidak sadarkan diri.
Mata Karina mengerjap beberapa kali sampai terbiasa dengan cahaya lampu bohlam. “Mmmh, dimana aku?” Karina bertanya entah pada siapa.
Salah satu tangan Karina memegang kepalanya yang berdenyut sakit. “Apa yang terjadi?”
“Ah, kau sudah bangun rupanya.” Seorang pria menginterupsi pertanyaan Karina yang sebelumnya tidak terjawab.
“Siapa kau?” Karina memundurkan tubuhnya. Takut-takut kejadian seperti semalam terjadi lagi. Dia lengah, dan terlalu naïf untuk memercayai manusia.
“Jangan takut.” Kata pria itu lagi.
Karina seperti pernah mendengar suara ini. “Kau—“ Karina mengingat-ingat kejadian semalam.
“Hentikan!!” Seseorang berseru dari ujung gang membuat semua orang termasuk Karina menoleh ke sumber suara.
Karina mengingatnya. “Kau adalah orang yang menyelamatkanku dari manusia semalam, kan?” Karina mengajukan pertanyaan.
“Sepertinya begitu.” Seorang pria jangkung dan kurus yang menyelamatkan Karina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Apa kau baik-baik saja?” pria itu bertanya. Karina diam sejenak, berpikir apakah dia harus percaya dengan manusia yang menolongnya ini.
“Aku adalah Aksa. Sulit untuk mempercayai pria setelah kejadian yang menimpamu semalam. Aku bisa mengerti.” Pria dengan nama Aksa kembali berbicara.
“A—aku adalah Karina. T—terimakasih sudah menyelamatkanku tadi malam. Tapi bukan berarti aku sudah memercayaimu.”
Aksa mengangguk maklum menjawab pernyataan Karina.
Karina saat ini masih memakai pakaian pelayan, dari sejak kemarin Karina belum berganti pakaian karena kopernya dia tinggalkan.
Kruuuk~~ perut Karina berbunyi. Sejak kemarin Karina belum makan dan sekarang dia kelaparan.
“Aku sudah menyiapkan bubur untukmu. Aku akan mengambilnya.” Setelah mengatakannya Aksa beranjak dan keluar kamar.
Sementara Aksa mengambil makanan. Karina menatap sekeliling kamar. “Sempit.” Satu kata yang Karina deskripsikan untuk kamar yang dia tinggali semalaman ini. “Sangat berbeda dengan kamarku.” Karina mengembuskan napas.
Jika di tempatnya mungkin pria bernama Aksa ini memiliki strata paling bawah di kalangannya. Sangat miskin. “Adu-du, punggungku sakit.” Karina bergumam sambil memelengkungkan punggungnya. Karina menatap nanar kasur lantai yang sangat tipis.
Dia tidak menyangka bisa semalaman tidur ditempat tidak nyaman seperti ini.
“Aku ingin pulang.” Karina bergumam lemah.
Beberpa menit kemudian Aksa datang membawa sebuah nampan berisi mangkuk dan satu gelas.
“Makanlah selagi panas.” Aksa menyodorkan mangkuk dengan sendok kepada Karina.
Karina menerima mangkuk tersebut dan menatap buburnya. “Aku mau daging.” Ucap Karina manja dan menyodorkan kembali mangkuknya pada Aksa.
‘Wanita yang merepotkan, sudah baik aku tolong semalam dan ku beri makan dan sekarang malam mengeluh’ kalimat Aksa dalam hati.
“Aku tidak punya. Makan saja yang ada. Kalau kau tidak mau. Terserah.” Aksa beranjak pergi keluar kamar. Karina hanya menatap punggung Aksa dari duduknya.
Sekali lagi Karina menatap bubur yang dibuatkan Aksa. Dan sekali lagi perutnya berbunyi, menandakan minta diisi. Setelah mengembuskan napas pelan Karina mulai memakan buburnya dengan tenang.
Setelah suapan pertama Karina memakan buburnya dengan lahap. “Enak.” Karina berucap ditengah lahapnya dia makan.
Dia tidak menyangka jika bubur yang baru saja dia makan rasanya sangat luar biasa enak. “Kepala koki di rumah saja tidak bisa membuat makanan seenak ini. Aku seperti orang jahat saja telah menolak bubur ini sebelumnya.” Karina bergumam.
“Di dunia manusia ini sepertinya aku tidak dizinkan untuk bermanja.” Karina mengeluh. “Jean, aku ingin pulang.”
Setelah Karina memakan buburnya dan minum, dia keluar dari kamar sempit tersebut membawa nampan berisi mangkuk dan gelas yang sudah kosong.
Sambil berjalan, Karina menatap sekeliling ruangan. “Disini juga sempit.” Gumam Karina.
Cat dari temboknya sudah pudar, beberapa retakan terlihat merambat dihampir seluruh permukaan tembok. Ada satu meja yang dikelilingi tiga kursi di dekat pintu.
Disamping kamar yang Karina tiduri semalam ada sebuah kamar lagi. Kedua kamarnya tidak berpintu, hanya tirai yang menutupi sebagai pengganti pintu.
“Dimana Aksa?” Karina mengedarkan pandangan mencari sosok Aksa. Namun tidak didapatinya Aksa dimanapun.
Setelah menyimpan nampan di tempat yang Karina anggap seperti dapur. Karina kembali mencari Aksa. Dia menyelusuri rumah kecil tersebut, di sebelah ruang tamu yang berisi kursi ada sebuah sekat penghalang yang menghubungkannya dengan area dapur dan kamar mandi.
Ada ruangan lain disebelah dapur yang juga terhalang sekat. Karina mendekat kearah ruangan dan melihat Aksa sedang membuat sesuatu dengan tanah liat.
Beberapa hiasan dan pernak-pernik ada yang sudah jadi dan tersusun rapi. Bentuknya sangat indah dan terlihat memiliki nilai jual. Mungik tembikar-tembikar itu adalah hasil dari tangan Aksa.
“Aksa.”
Mendengar namanya dipanggil, Aksa menoleh ke sumber suara dan mendapati Karina sedang menatapnya dan berjalan mendekat.
“Kau sudah selesai makan?”
Karina menjawab dengan anggukan. “Kau boleh pergi kalau begitu.”
Aksa mengusir Karina. “Kalau itu aku—kalau bisa, aku ingin tinggal disini. Mungkin aku bisa membantu.” Karina mengusulkan ide.
“Tidak.” Aksa menjawab tegas. “Aku tidak memiliki kewajiban untuk mengurusmu.”
“Tapi aku tidak tahu harus pergi kemana.” Karina tetap keukeuh.
“Bukankah kau tidak memercayaiku, Karina?”
“Itu hal yang berbeda, Aksa. Jika kau mengijinkanku tinggal mungkin aku akan mempercayai bahwa kau orang yang baik.”
“Tidak perlu, terserah kau percaya padaku atau tidak, aku hanya tidak ingin kau menambah beban hidupku.” Aksa menjawab dengan tegas lagi. Tangannya dengan telaten membentuk tanah liat yang ada di meja putar.
Karina mengembuskan napas. “Disini aku tidak punya tempat tinggal, Aksa.”
“Kalau begitu kembali ke tempatmu berasal.”
“Kalau itu aku belum bisa, aku tidak tahu kemana jalan pulang. Dan juga—“
‘Aku tidak mungkin kembali tanpa kekuatan, dan terlebih aku tidak tahu arah dari sini ke stasiun perbatasan. Dan Jean, aku tidak tahu dimana dia sekarang. Tidak mungkin aku kembali tanpa Jean.’ Karina membatin.
“Dan juga apa?”
“Aku tidak punya uang.” Hanya itu yang keluar dari mulut Karina.
“Sekali lagi, aku tidak peduli. Kau boleh beristirahat disini sampai siang nanti, kau harus pergi malam ini.”
Sekali lagi Karina mengembuskan napas. “Biarkan aku meminjam kamar mandimu, tubuhku rasanya lengket sekali.”
Setelah mendapat persetujuan berupa anggukan dari Aksa, Karina pergi dari ruangan tersebut dan menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri.
Karina mandi sambil berpikir apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dia terlalu takut untuk pergi sendiri tanpa perlindungan mengingat kejadian kemarin dia hampir di perkosa tiga manusia asing.
Tidak banyak orang-orang baik seperti Aksa yang Karina temui di daratan manusia ini. Tetap mengikuti Aksa pun Karina tidak diperbolehkan.
Ah Aksa. Karina teringat wajah Aksa yang sedikit babak belur. Sepertinya terlibat perkelahian antara Aksa dengan tiga orang yang memerkosa Karina kemarin malam. “Sepertinya aku harus meminta maaf dan berterima kasih kepada Aksa dengan benar.” Karina menggumam.
Knock knock~~
“Ya.” Karina menjawab ketika mendengar pintu diketuk.
“Aku membawa handuk dan baju ganti untukmu.” Suara Aksa terdengar dari luar “Aku meletakannya diatas kursi.” Aksa berbicara kembali.
“Ya.” Karina menjawab dari dalam ‘Aksa memang orang baik.’ Dalam hati Karina menggumam.
Setelah memakai kaos dan celana pendek milik Aksa yang pas ditubuhnya. Karina bercermin di kamar Aksa. Karina juga sudah menyisir rambut panjangnya. Dia sudah terlihat cantik dan segar sekarang.
Aksa masuk ke dalam kamar membuat Karina tersadar akan kehadirannya dan menoleh.
“S-Siapa kau?” Ucap Aksa.
Tbc…

Book Comment (327)

  • avatar
    PuttKiim

    ceritanya bagus banget, lanjutkan 😘😘😘😘

    11/06/2022

      4
  • avatar
    DausFirdaus

    ⅕78965

    6d

      0
  • avatar
    Inami Itsuki Chan

    bagus

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters