logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

04. Tanah Jahanam

Sementara itu, Karina pergi ke lain tempat. Setelah meminum obat yang diberikan oleh kakek Hal sebelumnya, dia merasa tubuhnya tidak sekuat sebelumnya. Dia tidak bisa berlari dengan cepat. Indra penciumannya juga tidak sesensitif sebelumnya.
“Ah, akhirnya aku terbebas dari Jean, dia pasti akan mengawasiku dan selalu mengomel dengan apa yang aku lakukan jika aku tidak meninggalkannya. Dengan tersegelnya kekuatan dia oleh obat yang diberikan kakek Hal dia tidak akan menemukanku dengan mudah.”
Karina bermonolog setelah dia terbebas dari mata Jean. “Yosh, harus mulai darimana aku memulai penelitian tentang daratan manusia?”
Selama perjalanan, Karina menatap sekeliling. Dia berjalan dari arah stasiun menuju tempat dengan banyak manusia tanpa membawa apapun. Koper favoritenya bahkan dia tinggalkan.
Karina berjalan tanpa tujuan. Dia juga tidak mengerti dengan apa yang dia cari di daratan manusia. hanya saja nalurinya mengatakan bahwa dia harus pergi ke daratan manusia.
Hal pertama setelah dia keluar dari area stasiun adalah sebuah pasar. Matahari sudah diatas kepala. Karina dengan penuh semangat berlarian diantara kerumunan manusia, sekali dua kali dia menabrak orang. Tanpa meminta maaf Karina berkali-kali di omeli dan di marahi, namun Karina tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya .
Karina sudah seperti orang gila saja.
Karina dengan kekuatannya yang tersegel dapat mencium aroma manusia walau hanya sedikit. Aroma yang jauh berbeda dengan lingkungan yang biasa dia tinggali.
Karina merasa senang. Namun kesenangannya memudar ketika perutnya berbunyi, dia sedang menatap sebuah celengan berbentuk kucing yang digelarkan di tanah.
Setelah meletakan celengan kucingnya kembali ke karpet yang ada diatas tanah, Karina beranjak darisana berniat mencari makanan. “Aaa~ lapar.. aku ingin daging. Tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.”
Karina mengembuskan napas, harusnya diia membawa uang saku tadi. Eh tapi bukankah mata uang mereka berbeda.
“Atau aku menjual ini saja, setahuku berlian sangat berharga di daratan manusia. mungkin dengan menjual ini aku bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan.”
Karina duduk di sebuah kursi panjang yang ada di ujung pasar. Setelah berjalan cukup lama, dia tiba diujung pasar. Manusia disini tidak sebanyak ditengah-tengah pasar tadi.
Karina masih menimbang keputusannya untuk menjual cincin berlian yang melingkar di jari tengahnya. “Ahhhh ~, tapi ini adalah pemberian nenek. Tidak mungkin aku menjualnya hanya untuk makan.”
“Tapi aku lapar, jika saja aku tidak meninggalkan Jean. Mungkin tidak akan seperti ini jadinya.” Mata Karina berkaca-kaca. Dia terbiasa dengan makanan yang selalu ada. Apapun keinginannya selalu terwujud. Dan hari ini dia kelaparan, hal itu membuatnya sadar bahwa selama ini dia selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Dia meragukan kemampuannya untuk bertahan hidup sebagai seorang yang mandiri.
“Jeaaaan.” Karina menangis.
“Atau aku temukan Jean saja, tapi aku terlalu malu untuk bertemu dengannya. Aku juga tidak tahu mencarinya kemana.” Karina menangis. Menangkup wajahnya dengan kedua tangan.
“Aku tidak boleh terlalu bergantung pada Jean. Maafkan aku, Nek.” Karina beranjak dari kursinya ketika hari sudah mulai sore. langit mulai menguning dan pasar sudah mulai sepi. Beberapa pedagang juga sudah pergi meninggalkan pangkalanya.
Karina berniat untuk menjual cincin peninggalan neneknya. Toh Karina masih punya beberapa barang berharga yang neneknya tinggalkan sebelum dia meninggal.
Setelah berjalan untuk mencari tempat jual-beli perhiasan dan bertanya kepada beberapa orang mengenai tempat tersebut. Karina tiba disebuah toko.
Karina melepaskan cincin dengan mata berlian pemberian neneknya dan menatapnya sendu. “Maafkan aku nek, tapi uang hasil penjualannya akan Karina gunakan dengan baik.”
Belum Karina masuk kedalam toko tersebut. Seseorang dengan kendaraan bermotor melintas disampingnya dan mengambil cincin yang sebelumnya Karina pegang.
Karina hanya menatap kepergian dua orang yang mengendarai sepeda motor itu pergi menjauh dengan membawa cincinnya, hingga akhirnya dia sadar dengan apa yang terjadi kepadanya. “Pencuri.” Karina berteriak sekuat tenaga dan berlari mengejar si pengendara.
Namun sudah jelas, Karina tertinggal jauh. Jika kekuatanya tidak tersegel, Karina pasti sudah mengejar kendaraan itu dan menghabisi orang yang dengan berani mencuri perhiasan miliknya.
Seperti pepatah, sudah jatuh tertipa tangga pula. Sudah kelaparan, barang berharga milik Karina juga dibawa oleh pencuri.
“Aku benci manusia, benar kata semua orang di desa. Ini adalah tanah jahanam. Kenapa tindak kriminal bisa sampai terjadi begitu mudahnya. Bagaimana dengan rajanya. Apa tidak bisa mendisiplinkan masyarakatnya.”
Karina mengeoceh kesal. Dia sudah kelaparan dari siang hari dan sekarang sudah malam hari dia benar-benar ingin memakan para manusia saat itu juga.
Setelah tragedi cincinnya dicuri, Karina kembali ke tempat kursi panjang sebelumnya dia duduk. Di ujung pasar dia kembali termenung, meratapi nasib yang sangat sial hari ini. Jika saja dia tidak penasaran dengan daratan manusia, mungkin dia tidak akan mengalami hal seperti ini.
“Kau hanya perlu persiapan sebelumnya saja.” Karina mengingatkan dirinya sendiri.
“Aku terlalu naïf dengan pikiran mereka akan menerimaku dengan ramah, ck.. harusnya aku tahu bahwa di ras serigala aku memiliki kedudukan yang tinggi, tapi di daratan manusia?! huh.. mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Dasar makhluk individu.”
Karina lelah menangis dan mengeluh. Hari sudah malam dan dia tak tahu harus tidur dimana malam ini. Hingga beberapa orang pria mendekatinya.
“Hai, cantik.” Sapa pria yang paling besar dengan wajah yang cukup menyeramkan, pakaiannya serba hitam dengan jaket kulit yang cukup ketat sampai menampilkan bentuk tubuh gempalnya.
Karina menatap si pria yang memanggilnya. “Sedang apa disini?” Tanya seorang lainnya dengan tubuh yang sama besarnya dengan orang yang sebelumnya bertanya.
Karina hanya diam tak menjawab. Dia juga tidak tahu apa yang dia lakukan disini. Dia kebingungan. Perutnya sudah lapar sejak pagi minta diisi. Kemudian Karina menggeleng.
“Apa kau lupa jalan pulang?” kali ini yang bertanya adalah pria dengan wajah kurus yang terlihat cukup ramah dan bersahabat. Seperti tampilan orang biasa kebanyakan.
Ketiga pria tersebut saling tatap dan tersenyum. “Mau aku antar pulang, atau kau memiliki suatu masalah? Mungkin aku bisa membantumu?” pria berwajah ramah kembali bertanya.
“Aku lapar.” Karina menjawab singkat.
Ketiga pria itu menyeringai. “Kami akan memberimu makan, ikutlah.”
Mata Karina berbinar. “Benarkah?” tanyannya dan langsung berdiri.
“ternyata kakek benar, di daratan manusia ada orang baik juga.” Ucap Karina dalam hati.
Dua pria berbadan besar berjalan di depan, dan Karina mengekori keduanya. Pria berwajah ramah mengikuti Karina dari belakang.
Setelah cukup jauh berjalan, Karina tersadar dia dibawa ketempat yang cukup sepi. Tidak ada siapapun disana. Jalanan gelap dan rumah-rumah juga gelap. Seperti tempat yang tertinggal.
“Dimana kita akan makan?” Karina bertanya kepada dua orang didepannya.
“Sebentar lagi sampai.” Yang menjawab adalah orang yang berada dibelakang Karina.
Karina mengikuti pria berbadan besar untuk memasuki gang yang tak lebar ukurannya. Dahinya membentuk kerutan.
“Dimana kita akan makan?” sekali lagi Karina bertanya, namun salah satu tangan dari tiga pria besar itu menyentuh tubuhnya.
Karina tersentak dan menghindar. Namun Karina ditahan dan dipegangi oleh dua pria berbadan besar. Mereka mengunci pergerakannya membuat Karina sulit untuk bergerak.
“Apa yang kalian lakukan?” Karina takut-takut bertanya. Dia sudah meronta-ronta.
“Bos, tubuhnya terlihat sangat nikmat.” Kata salah satu pria besar yang memegangi Karina.
“Yaa, aku tahu. Tubuhnya sangat indah. Aku akan memuaskannya duluan.” Pria berwajah ramah yang dipanggil bos menatap Karina dengan lapar.
Karina semakin ketakutan dan meronta, namun dia tak bisa apa-apa tanpa kekuatan serigalanya, dia ketakutan.
“Toloooong…”
“Tolooooong..”
Karina berteriak minta tolong.
“Siapapun, toolong!!”
“Jean, aku takut.” Karina menangis.
Mulut Karina dibungkam. “Diam.” Kata orang yang membungkam mulutnya. Karina menggigit tangan besar itu dan berteriak lagi.
“Toolong.” Suaranya serak.
Pria berwajah ramah menyumpal mulut Karina dengan gumpalan kain.
Karina hanya bisa meringis jijik dan menangis diperlakukan seperti itu oleh para manusia rendahan. Dia benci manusia.
“Hentikan!!” Seseorang berseru dari ujung gang membuat semua orang termasuk Karina menoleh ke sumber suara.
“Jean.” Pikir Karina. Tapi baunya. Dia bukan. Dan Karina hilang kesadaran.
Tbc…

Book Comment (327)

  • avatar
    PuttKiim

    ceritanya bagus banget, lanjutkan 😘😘😘😘

    11/06/2022

      4
  • avatar
    DausFirdaus

    ⅕78965

    6d

      0
  • avatar
    Inami Itsuki Chan

    bagus

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters