logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

02. Kepanikan

“JEAN.” Karina memekin ketika menaiki gerbong kereta dan melihat sosok yang dia kenal.
“Jean apa maksudmu?” Karina bertanya dan duduk di depan Jean.
Jean yang saat itu menunduk, mengangkat kepalanya dan menatap Karina yang ada di depannya.
“Masih bertanya alasan ku disini kenapa?” Jean balik bertanya. Karina menatap kesal.
“Bagaimana kau tahu aku ada disini dan bagaimana kau mengenaliku?”
“Aku adalah orang yang 24/7 bersama Putri Karina, tentu saja aku tahu tujuanmu. Dan kau meneriakiku. Jadi aku mengenalimu tentu saja.” Jawab Jean dengan santai.
“Ya, meskipun kau tak berteriak pun aku sudah tahu bahwa itu kau.”
Karina mengembuskan napas pasrah, tidak aneh jika Guard nya ada disini. Karena memang tugas Jean sebagai Guard adalah untuk menjaga dan melindunginya.
“Tapi, Jean. Kau tidak perlu ikut. Aku tahu kau tidak suka dengan manusia.”
“Suka ataupun tidak tugasku adalah melindungimu. Aku juga sudah berjanji pada Alpha Varo bahwa aku akan melindungimu.”
“Tapi bagaimana dengan Riza, mate-mu. Tunggu—“ Karina teringat sesuatu ketika nama temannya diucapkan oleh mulutnya sendiri.
“Jangan bilang kalau Riza yang memberitahumu bahwa aku pergi ke daratan manusia?”
Jean tidak menjawab.
“Padahal dia sudah berjanji tidak akan memberitahu siapapun tentang hal ini.” Karina melanjutkan ucapannya.
“Jangan salahkan dia, kau tahu sendiri aku adalah mate-nya. Tidak ada yang bisa dia sembunyikan dariku. Aku bahkan tidak perlu bertanya untuk mendapatkan jawabannya. Setelah dia sadar aku tahu rencana kepergianmu. Dia dengan senang hati menitipkan bestie nya padaku. Dia bahkan menitip oleh-oleh dari daratan manusia jika aku kembali nanti.”
Karina mengembuskan napas pasrah. Seharusnya dia memang tidak perlu memberitahu siapapun tentang kepergiannya. Dia tak mau memisahkan Riza dari mate-nya.
“Tidak perlu merasa bersalah, Riza sangat paham pentingnya melindungimu. Tuan Putri batu.”
“Heyy!!” Karina tak setuju dengan panggilan Jean padanya. “Jangan lupa stratamu, Jean.”
“Tidak biasanya kau membawa strata dalam pembicaraan kita. Padahal kau sendiri yang ingin agar aku tidak bersikap formal.”
“Aku sedang tidak mood.” Karina menjawab singkat. Raut wajanya memerengut kesal.
Karina memang orang yang bisa ditebak hanya dengan melihat raut wajahnya saja. Jean geleng-geleng kepala mengahadapi tuan Putri batu yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
Walaupun dalam ras serigala kedudukan masyarakat ditentukan oleh hierarki. Dan meskipun strata Karina lebih tinggi dari Jean. Jean sudah menganggap Karina sebagai adiknya sendiri karena dia sudah hidup bersama dengan Karina sejak masih kecil. Jean sudah menjaga Karina bahkan sebelum dia ditugaskan sebagai Guard Karina.
Kereta terus melaju. Karina memerhatikan gelapnya malam dari jendela disampingnya.
Bulan purnama tertutup sempurna oleh awan. Malam ini para manusia serigala merasakan kekuatan yang mengalir pada seluruh tubuhnya ketika melihat bulan purnama. Berkali-kali warna mata Jean dan Karina bersinar biru terang.
Mereka sudah terbiasa mengendalikan kekuatannya pada saat bulan purnama. Sehingga tidak ada manusia serigala yang lepas kendali ketika malam bulan purnama datang.
Di dalam gerbong kereta keberangkatan menuju daratan manusia. Tidak banyak yang pergi. Jika dihitung dalam gerbong yang sama dengan Karina saat ini berjumlah lima orang termasuk Jean dan Karina.
Bagi seluruh ras yang ada, memang tak banyak yang tertarik dengan daratan manusia. Tapi Karina tetap ingin pergi kesana. Sesuatu telah memanggilnya, apapun yang terjadi dia harus pergi ke daratan manusia.
Mungkin disana dia bisa bertemu dengan….. sesuatu yang spesial? Sesuatu yang belum pernah Karina temui dalam hidupnya. Sesuatu yang belum pernah Karina dapatkan dari sekian banyaknya permintaan yang sudah terkabul dalam hidupnya. Entahlah, siapa yang tahu apa yang akan terjadi nantinya?!
Sedangkan diistana keesokan paginya.
“Karina. Sudah siang. Bersiaplah untuk pelatihan bersama Ayahmu. Bukankah kau tak mau melewatkan hari yang sudah kau tunggu-tunggu? Dia akan melatihmu sendiri.”
Belum ada jawaban dari Karina. Ibunya melangkahkan kakinya menaiki tangga, menuju kamar Karina berada. “Karina, sudah siang. Bangun, sayang.”
Ibu karina menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Karina, namun yang didapatinya hanya guling tanpa kehadiran Karina.
“Karinaaaa.” Ibunya berteriak, dia mencari ke kamar mandi Karina namun tidak di dapatinya Karina ada di sana. Jika Karina pergi ke lantai satu harusnya dia tahu. Karena sejak pagi Ibunya Karina sudah ada di bawah. Beberapa pelayan masuk kedalam kamar Karina dengan panik.
“Apa yang terjadi Luna?” Salah satu pelayan bertanya.
“Kemana perginya Karina?” Ibu Karina bertanya pada semua pelayan yang ada disana.
Namun para pelayan diam dan saling tatap. “Kemana perginya Karina?” Ibu Karina yang juga sebagai Luna, sang ratu sekaligus istri dari Alpha pemimpin pack bertanya dengan nada yang cukup tinggi.
Para pelayan mengeleng. “Tidak tahu, Luna.”
“Kumpulkan semua penjaga istana dan semua pelayan. Buat regu untuk mencari Karina. Segera temukan dia secepatnya.”
“Baik, Luna.” Jawab pelayan serempak.
“Apa yang terjadi, Laila?” sang Alpha datang ke kamar Karina mendengar keributan yang terjadi dan bertanya kepada Luna tentang situasi.
“Karina hilang, Aris.” Mendengar jawaban sang Luna, Alpha Aris melongokan kepalanya kearah ranjang. Hanya sebuah guling dengan selimut yang sudah tersibak.
“Sejak kapan?”
“Sepertinya tadi malam. Aku bahkan masih mengantarnya tidur semalam Aris, dan Karina sudah tidak ada sekarang.”
“Kau masih memperlakukannya seperti anak kecil, Laila. Dia sudah 19 tahun. Dia sudah dewasa, kau terlalu memperlakukannya seperti anak kecil.”
“Tapii di mataku dia masih anak kecil, Aris. Aku khawatir dia pergi karena hanya dia yang belum bertemu dengan mate nya di usianya yang ke delapan belas tahun lalu. Belakangan aku sering melihatnya melamun. Dan itu membuatku khawatir.”
“Kau terlalu khawatir, Laila. Karina sudah besar, tidak mungkin dia terpuruk hanya karena hal sesepele itu.” Aris berjalan mendekat ke arah ranjang Karina, dan matanya menangkap sebuah kertas yang tergeletak di nakas.
Hal yang tidak di sadari oleh Laila sang Luna karena terlalu panic dengan ketidakhadiran Karina diatas kasurnya.
“Lihat ini, Laila.” Aris menunjukan surat yang dia temukan.
Laila membaca suratnya, dan kekhawatiran diwajahnya bertambah. “Aris, apa yang akan terjadi dengan Karina nanti, dia tidak pernah dibiarkan sendiri selama ini.”
“Tenang saja, sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan oleh Karina.”
“Alpha, Luna. Kami telah mengumpulkan seluruh pengawal dan pelayan kerajaan, mereka sudah berkumpul di lantai satu.”
Sang Alpha hanya mengangguk sebagai jawaban dan berlalu pergi ke lantai satu untuk memberikan komando selanjutnya.
Sesampainya dibawah, satu hal penting yang segera dia sadari adalah “Jean sepertinya mengikuti Karina, kau tidak perlu khawatir lagi. Laila.”
Sang Alpha kembali menenangkan Lunanya. Sang Luna menatap seluruh wajah pengawal dan pelayan dan bisa mengembuskan napas lega ketika yang dikatakan oleh Aris benar.
Setidaknya dia tidak khawatir dengan keselamatan Karina.
Dan kembali pada Karina yang kini sudah sampai di daratan manusia. Karina meregangkan badannya setelah perjalanan semalaman yang membuatnya hanya tidur sebentar.
Karina melangkahkan kakinya keluar dari Peron. “Yossshh, mari mulai perjalanannya.” Gumam Karina pada dirinya sendiri.
Tbc…

Book Comment (327)

  • avatar
    PuttKiim

    ceritanya bagus banget, lanjutkan 😘😘😘😘

    11/06/2022

      4
  • avatar
    DausFirdaus

    ⅕78965

    6d

      0
  • avatar
    Inami Itsuki Chan

    bagus

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters