logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

01. Pelarian

Suara langkah kaki mendekat ke sebuah kamar dengan pintu yang sedikit terbuka. Sebentar, seseorang terebut melongok ke dalam kamar, dia melihat tubuh yang tertutup selimut dari atas sampai kaki, karena yang terlihat hanya pucuk kepalanya saja.
“Selamat tidur, sayang.” Suara lembut perempuan terdengar pelan, mengucapkan pengantar tidur pada sang anak yang terbaring di ranjang. Dengan perlahan pintu tertutup dan langkah kaki terdengar menjauh.
Karina, seorang yang sedang berada ditempat tidur, menurunkan selimut yang menutupi wajahnya dan membuka sebelah matanya. Dia memastikan langkah dari sandal rumah tersebut benar-benar menjauh, tanda bahwa tidak ada orang di sekitar kamarnya.
“Masih memperlakukanku seperti anak kecil saja. Huh.” Karina berbisik pelan, bermonolog dan mengembungkan pipinya kesal.
Dia menyalakan lampu. Tidak akan ada orang yang sadar jika dia kembali terjaga setelah sebelumnya pura-pura tidur untuk mengelabui ibunya yang datang memastikan sudah lelap kah Karina dalam tidurnya. Karena kamar Karina berada di lantai dua.
Dengan berhati-hati, karina bergerak tanpa suara agar Ibunya tidak sadar bahwa dia kembali terjaga. Karina bergerak berjalan menuju lemari besar yang ada di sisi kiri ranjangnya, kemudian membukanya dan mengeluarkan koper besar yang sudah Karina siapkan dari beberapa waktu yang lalu.
Karina menaruhnya di lantai, dan memastikan bahwa tidak ada satu barang pentingpun yang tertinggal. Matanya bergerak mengelilingi ruangan, memerhatikan mungkin ada yang belum dia masukan kedalam koper besarnya.
“Ah, hampir lupa.” Karina teringat sesuatu dan berjalan ke arah nakas yang tak jauh dari lemari, nakas yang berada tepat di samping kepala tempat tidurnya.
Tangannya merogoh guci kecil yang terletak diatas nakas sebelah jam weker, mengambil kunci yang tidak begitu besar ukurannya, Karina membuka laci nakas dengan kunci tersebut dan mengambil sebuah liontin.
Karina membuka bandul liontin tersebut yang memerlihatkan foto dia, Ibu dan Ayahnya. “Mungkin aku akan merindukan mereka.” Katanya masih berbisik.
Dia duduk di meja depan nakas tersebut dan menulis sepucuk surat;
Aku akan pergi.
Jangan khawatir. Ayah, Ibu. Aku akan baik-baik saja.
Jaga kesehatan kalian.
Salam, Karina.
Dengan kekuatannya, karina mengangkat koper yang lumayan besar tersebut kearah balkon. Dia harus buru-buru agar Karina tidak terlambat untuk naik kereta terakhir menuju tempat tujuannya.
Beberapa saat setelah melihat-lihat sekitar dan memastikan sekitarnya aman, Karina melompat dari balkon yang tinggi tersebut dan ~HUP, pendaratan yang sangat sempurna. Karina memastikan bahwa koper merah jambu favoritnya tidak lecet dan tidak tergores.
“Huhhh, Safe.” Karina mendesah lega ketika koper kesayangannya dan dirinya baik-baik saja. Hal seperti ini bukan apa-apa.
Karina menepuk-nepukkan kedua tangannya seperti sedang membersihkan debu, dan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari sekitar istana. Tapi belum genap lima meter dari pendaratannya seorang penjaga mencegahnya.
“Mau kemana kau membawa koper itu? Bukankah itu milik Putri Karina?” seorang penjaga bertanya kepada Karina.
“Saya disuruh untuk mengantarkannya ke rumah Tuan Louis oleh Putri Karina.”
Dada karina berdegup kencang ketika melihat penjaga menatapnya curiga. “Saya permisi.” Ucap Karina lagi dan mulai melangkahkan kakinya menjauhi Penjaga.
“Tunggu. Apa kamu pelayan baru disini?”
Karina mengangguk. “Iya, saya datang tiga hari yang lalu untuk menjaga dan melayani Putri Karina. Saya permisi, saya buru-buru mengantarkan koper ini kepada tuan Louis.”
Penjaga masih curiga dan kembali mendekat, mengendus-ngendus di sekitar Karina. “Baumu seperti Putri.”
“Itu karena saya sepanjang hari bersama Putri dan sekarang saya juga membawa kopernya. Jadi, biarkan saya lewat. Saya buru-buru.”
“Mervin, biarkan dia lewat. Dia memang diperintah Putri untuk mengantarkan koper itu.” Penjaga yang dipanggil Mervin menoleh kesumber suara.
Karina menatap seseorang yang menyelamatkannya, “Riza.” Ucap Karina tanpa suara. Riza adalah salah satu pelayan yang dekat dengannya dan tahu tujuan Karina sebenarnya. “Terimakasih.” Karina kembali berkata tanpa suara.
“Huh, Baiklah.”
“Double Safe.” Karina tersenyum kemenangan ketika sudah melewati penjaga tersebut, beruntung dia ahli dalam bermake-up dan mengubah dirinya menjadi tidak dikenali dengan penampilan baru dan memakai seragam pelayan yang dia pinjam.
Dengan menggunakan wujud manusianya, karina berlari cepat seperti angin, bahkan seperti teleportasi. Begitu cepat dan buru-buru. Dia benar-benar dikejar waktu.
“Akhirnya sampai, huh huh huh.” Karina berhenti di stasiun dengan napas yang tidak teratur. Dia berjalan ke tempat pembelian tiket.
“Tujuannya kemana?” Tanya seorang penjaga tiket.
“Daratan manusia.” Jawab Karina cepat.
“Atas nama?”
“Reina.” Karina menjawab asal.
Karina menerima tiket yang di sodorkan penjaga. “Kereta akan terlambat satu jam di karenakan ada kendala.”
Karina mengangguk sebagai jawaban, tahu seperti itu. Mungkin karina tidak perlu buru-buru mengejar waktu untuk sampai disini.
Sembari menunggu, karina membaca salah satu buku yang dia ambil dari koper nya. Di stasiun antar perbatasan ini ada beberapa ras lainnya selain ras dirinya. Karina tidak terlalu peduli. Karena sejujurnya dia tidak sabar untuk sampai di daratan manusia.
Seseorang duduk di sebelah karina. “Mau kemana?” karina mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dia baca.
“Daratan manusia.” Jawab karina singkat.
Yang bertanya tersenyum remeh, “Manusia, makhluk rendahan yang egois dan berbuat semaunya. Mereka tidak tahu aturan. Sebaiknya kau hati-hati ketika disana. Manusia tidak seperti yang kau pikirkan.”
Karina mengangkat bahu. “Ya, aku akan memastikannya kalau begitu.”
Tidak sedikit yang mengatakan hal sama seperti yang pria di sebelah karina ini ucapkan. Tapi tetap saja, hal tersebut selalu membuat karina penasaran. Jika benar manusia seburuk itu. Kenapa kakeknya dulu selalu antusias ketika menceritakan tentang sahabatnya yang berasal dari daratan manusia.
Karina hanya penasaran dan ingin memastikan sendiri apa yang dikatakan kakeknya adalah kebenaran. Bahwa tidak semua manusia itu buruk perilakunya. Oleh karena itu karina bersikukuh untuk tetap pergi sebesar apapun resikonya. Dia sudah membulatkan tekad.
“Tidak sedikit manusia serigala seperti kita yang bertahan lama di daratan manusia. Aku sudah memperingatkanmu, jadi berhati-hatilah jika kau pergi kesana.”
Karina tersenyum. “Terimakasih atas peringatannya paman. Aku menghargainya.”
Pria disamping karina pergi ketika kereta yang akan dia naiki sudah tiba dan karina sendiri melanjutkan membaca buku sambil menunggu kereta nya datang, dadanya berdegup kencang tak sabar.
Rasa penasarannya membuat dia gelisah tak karuan. Hingga…
Ding-dong~ kereta terakhir untuk pergi ke daratan manusia akan tiba dalam lima menit lagi. Kepada para penumpang harap untuk bersiap. Sebelumnya kami minta maaf atas keterlambatannya,
Sekali lagi kereta terakhir untuk pergi ke daratan manusia akan tiba dalam lima menit lagi. Kepada para penumpang harap untuk bersiap. Sebelumnya kami minta maaf atas keterlambatannya.
Karina menutup bukunya dan berdiri, melangkah mendekati peron kereta. Matanya menatap bulan yang saat itu purnama, mata birunya bercahaya terang. Karina begitu bersemangat untuk petualangannya di daratan manusia nanti.
Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ketika menginjakan kakinya di tanah nista yang dia sebut daratan manusia.

Book Comment (327)

  • avatar
    PuttKiim

    ceritanya bagus banget, lanjutkan 😘😘😘😘

    11/06/2022

      4
  • avatar
    DausFirdaus

    ⅕78965

    6d

      0
  • avatar
    Inami Itsuki Chan

    bagus

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters