logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Dimensi 3 : Mencari Tahu

"Nona, apa yang kau inginkan dariku?"
Akhirnya peri itu berhenti berlari. Kulihat semuanya ada di belakang, ikut berlari mengejarku bersama peri ini. Wajahnya ia dekatkan padaku, lalu telapak tangannya menempel di keningku.
"Aku ingin memilikimu! Ih, kau sudah memiliki pasangan?"
"I-iya."
"Kau juga sudah memiliki anak?"
"Kalau itu jelas saja, IYA!"
"Aah...aku salah ambil!"
Peri berwajah judes itu melepaskanku. Dia malah tenggelam dalam kekecewaannya. Menari-nari diatas jamur berwarna merah sambil dikelilingi kunang-kunang seolah menjadi lightdrop atau lampu diatas panggung.
"Artemis! Kau tidak apa-apa kan?"
"Ya, aku tidak apa-apa. Tapi, kenapa dengan dia?"
"Pixia, untuk apa memiliki manusia disini?"
"Mereka lebih menarik dan romantis dari laki-laki ras peri manapun. Hei, kau mengganggu pertunjukan menariku Sera!"
"Hihihi...aku hanya bermain dengan mereka, Pixia! Ingat, kita tidak boleh terlalu lama membawa manusia kemari."
"Kau mau bawa kami kemana sekarang?"
Peri bernama Sera mengatakan bahwa dia mau membawa kami menghadap rajanya. Sesuai dengan aturan kerajaannya kalau tak boleh ada manusia yang terlalu lama disini.
"Sudah berapa banyak manusia tersesat kemari? Kalau tidak segera keluar, kalian tak akan pernah kembali."
"Lalu menjadi peri seperti kalian?"
Sera mendekatkan wajahnya pada Arya yang baru saja bertanya. Tawa "hihihi" miliknya ia ulang kembali.
"Tidak, tampan! Untuk mengubah manusia menjadi peri sangat sulit sekali."
Akhirnya peri bernama Pixia itu berhenti menari, mengusir para kunang-kunang dan dia mengikuti kami. Sepertinya Pixia ini saingan berat Sera. Meski keduanya memiliki wajah sama cantiknya. Hanya perbedaannya lebih judes Pixia, itu saja!
"Jelaskan pada kami, tempat apa ini?"
"Uuh...manusia suka memaksa ya!"
"Kami bukannya sengaja tersesat. Benar-benar tak tahu kalau...."
"Kalian tak sengaja membuka portal dimensi lain. Kami juga sering ke dunia manusia Hihihi...."
"Memangnya apa pekerjaan kalian di dunia kami?"
Pixia menjelaskan sambil melipat kedua tangannya diatas dada. Mereka adalah Peri Musim Semi. Alam memberi tugas pada mereka untuk mengabarkan pada manusia bahwa musim semi telah tiba.
"Termasuk membuka mahkota bunga agar kalian semua tahu, ini sudah masuk musim semi."
"Tapi, bunga itu mahkotanya terbuka sendiri karena memang waktunya."
"Tidak. Ada bantuan dari kami! Satu peri membuka satu mahkota bunga. Baru bunga lainnya mengikuti."
"Nuuswantaara tidak memiliki empat musim seperti tempat lainnya. Itu berarti tidak ada peri seperti kalian."
"Hanya ada peri jenis lain yang melakukan tugas tertentu di tempatmu itu."
"Oh, kalian asli Nuuswantaara?"
"Itulah tempat kami tinggal saat ini. Kau pernah kesana, Pixia?"
"Tidak. Tapi bertemu dengan peri lain yang punya tugas disana. Mereka pernah cerita tentang negeri itu."
"Kalau kalian ada, kenapa selalu tidak nampak di mata kami?"
Sera bergantian dengan Pixia, menjelaskan pada kami kalau soal ukuran membuat manusia tak mampu melihatnya. Pixia juga bilang kalau ada sihir khusus yang menyelubungi tubuh mereka saat berada di dunia manusia.
"Kalian saja tadi dikejar kecoak sudah ketakutan. Nah, bagaimana dengan kami jika nampak di mata kalian?"
"Sera, ada manusia yang bisa melihat kita!"
"Oh, ya? Tapi itu hanya satu dari seribu manusia, Pixia!"
"Tidak. Mereka yang masih kecil mampu melihat wujud kita."
Aku lantas berpikir, jika Eleanor nanti balita jelas bisa melihat para peri ini. Dia masih dalam gendongan Serenada. Hanya Atla yang sudah bisa berjalan.
***
"Kita akan naik batu melayang ini?"
Kepalaku mendadak pusing, apa disini hilang gaya gravitasinya sehingga batu saja bisa melayang dalam batang pohon yang mereka sebut Pohon Misterius Guarda.
"Ini istana raja kalian?"
"Ya, inilah istana raja kami. Yang Mulai Raja Yorda."
"Lalu padang rumput disekitar sini?"
"Oh, itu Padang Rumput Xana."
"Kita benar-benar ada di dimensi lain, aku tak pernah menemukan nama semacam itu di peta dunia."
"Hihihi...jadi selama ini kalian kira ini dimana?"
"Ih, inilah kalau manusia dewasa. Mereka susah sekali percaya dengan entitas seperti kita, Sera."
"Kami tahu sedikit informasi dari kalian karena ada manusia yang membuat cerita tentang peri."
"Lalu kalian tetap tidak percaya?"
"Iya, dulu tidak percaya! Karena itu kisah dongeng, Pixia."
"Apa itu dongeng?"
"Kami menyebutnya semacam cerita pengantar tidur untuk anak-anak."
Obrolan kami terhenti saat batu yang kami tumpangi itu telah sampai di lantai paling atas. Terdapat peri penjaga laki-laki yang membuka jalan untuk menuju ke singgasana raja peri. Ternyata raja peri ini tidak seperti raja pada manusia.
"Salam Yang Mulia Raja Yorda!"
"Salam untukmu, Pixia dan Sera. Tapi, aku belum memberi kalian tugas. Lalu siapa para manusia ini?"
Raja peri itu berpenampilan sangat tampan. Rambutnya berwarna coklat tua bercahaya. Mahkotanya tak terlalu besar seperti mahkota raja lainnya. Baju kebesarannya berwarna hijau lumut berbahan lembut.
Sera dan Pixia berebut mau menjelaskan tentang apa yang terjadi. Raja Peri bernama Yorda itu nampak pusing. Dia akhirnya mencoba melerai mereka berdua dengan lembut.
"Mereka tersesat kemari, Yang Mulia Raja."
"Hei, aku yang bicara duluan!"
"Sera sudah menjelaskannya, Pixia. Baiklah, silahkan kalian duduk disini. Tugas kalian berdua sudah selesai."
Dua peri itu pergi meski masih saling sikut satu sama lainnya. Aneh sekali, kupikir makhluk semacam itu akan selalu lembut pada sesamanya.
"Pelayan, bawa makanan apapun serta minuman kemari."
"Maaf, Yang Mulia Raja. Kami tidak lapar, kurasa berlebihan kalau...."
"Tidak. Kalian adalah tamuku disini. Nah, mereka sudah datang. Ayo, makanlah dulu!"
Iya, aku tak merasakan lapar padahal sudah sejak semalam sampai dengan pagi disini. Dunia ini sangat aneh bagiku! Kulihat teman-teman hanya tersenyum sambil melihat makanan sebanyak apa disajikan disini.
"Sst...! Teman-teman, jangan makan apapun selama disini."
"Kenapa, Arya?"
"Kalian akan terjebak di dimensi peri ini selamanya. Itu aturan mereka."
Raja Peri Yorda tersenyum. Sepertinya dia tahu apa yang dibisikkan oleh Arya pada kami. Segera, pelayan tadi diminta untuk mengambil makanan yang telah mereka hidangkan.
"Kalian manusia yang cerdas! Bagaimana kalau ini?"
Aku tersadar, raja peri ini hendak menguji kami semua. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Aku memanggil nama teman-teman termasuk Nyonya Rira. Tidak ada tanggapan sama sekali dari mereka.
"Suamiku, kau kenapa?"
Tepukan lembut mendarat di pundakku. Astaga, aku tak percaya ini! Serenada ada disini, ia tengah menggendong Eleanor. Atla berlarian kesana kemari. Benarkah ini rumahku?
"Tapi kan tadi aku sedang ada di...."
"Sedari tadi kau sedang berada di rumah, sayang."
"Oh, eh, tapi ini tidak mungkin!"
"Aku ini istrimu!"
"Tidak, Serenada yang asli tak pernah berkata seperti itu! Pergilah kau dari sini!" Pergiii...!"
Aku berteriak sambil menutup mata. Saat ada yang mengguncang tubuhku, baru berani melihat lagi. Ah, aku sudah kembali ke istana peri yang ada di Pohon Misterius Guarda.
"Artemis, kau tidak apa-apa?"
"Itu tadi hanya ilusi kan?"
"Apa yang kau lihat baru saja?"
"Istriku, juga anak-anakku ada disini."
"Syukurlah kau segera tersadar! Kami juga mengalami apa dan siapa yang ingin kami temui."
"Kalian para manusia yang luar biasa! Setahuku, manusia itu serakah dan mudah sekali untuk digoda. Selamat, kalian telah lulus ujianku."

Book Comment (143)

  • avatar
    ZalRizal

    500

    11d

      0
  • avatar
    Aj Mi

    mantap

    25d

      0
  • avatar
    SptrTristan

    bagus sekali

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters