logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7. Suami Rahasia

Bab 7. Suami Rahasia
Tak berapa lama mobil yang mereka kendarai pun sampai di tempat tujuan, dan Gladis pun segera memarkirkan mobilnya. Lalu, Mona dan Gladis segera berjalan menuju ruang kerja Mona yang berada tepat di lantai tiga butik tersebut.
Sesampainay di ruangan Mona, ternyata di tempat itu sudah ada orang yang Mona kenal dengan sangat baik.
"Kalian! Jenny, Lala!" seru Mona terkejut dengan kedatang dua orang sahabatnya itu.
"Hai Say! Dari tadi di tungguin kemana aja, Beb?" ucap Jenny yang langsung memeluk tubuh Mona dengan erat, seolah mereka sudah lama tidak bertemu.
"Oh iya, gimana kabar suami? Sehat?" tanya Lala seraya ikut memeluk Mona dan Jenny.
"Ssstttttt .... Jangan bahas disini, ayo!" tutur Mona gelagapan, seraya membekap mulut Lala.
Mona masih merasa takut jika ada yang mengetahui pernikahannya dengan Ahmad yang terjadi kemarin malam, saat Brian tidak hadir dalam pernikahannya dan meninggalkannya seorang diri di pelaminan.
"Gladis, kamu urus dulu yang ada di sini ya!" perintah Mona kemudian.
"Baik Mbak!" jawab Gladis.
Gadis itu tampak kebingungan dengan tingkah atasannya, dan samar-samar tadi dia mendengar kata suami. Apa benar dengan apa yang dia dengar, jika sang atasannya itu telah menikah.
 "Suami? Siapa? Apa Mbak Mona sudah menikah? Kapan? Kok tidak ada pesta besar-besaran?" batin Gladis bermonolog.
Gladis merasa penasaran, dengan siapa sang atasannya itu menikah dan kenapa pernikahannya seperti ditutup-tutupi dari publik dan tidak ada seorang pun yang tahu.
Namun, Gladis tidak mau ikut campur urusan pribadi dari atasannya itu dan memilih untuk diam dan tidak mau tahu akan hal pribadi sang atasan.
"Oh iya, teman-teman Mbak Mona mau minum apa?" tanya Gladis kemudian.
"Seperti biasa saja," ucap Mona sambil menyeret kedua temannya menjauh dari toko, dan menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai paling atas gedung itu.
Setelah sampai di depan ruangan tempatnya bekerja, Mona langsung menarik kedua tangan temannya itu untuk masuk dengan terburu-buru, kemudian segera menutup rapat pintu ruangannya itu.
"Kalian ngapain sih tadi bahas-bahas si sopir itu!" gerutu Mona kesal, sembari menjatuhkan bobot tubuhnya di salah satu kursi di ruangan itu.
"Biar sopir gitu dia sekarang suami kamu Say!" celetuk Lala yang ikut duduk di samping Mona.
"Iya nih Mona, ngapain coba benci-benci gitu. Nanti jadi jatuh cinta, baru tahu rasa!" imbuh Jenny kemudian.
"Nggak bakal, dan nggak akan pernah!" tegas Mona memungkiri perasaannya sendiri di masa lalu.
"Kamu pernah dengar nggak kata orang bijak dulu, *Witing Tresno Jalaran Soko Kulino*. Cinta itu bisa datang karena terbiasa bersama, itu artinya bisa saja kamu jatuh cinta lagi ke Ahmad!" ucap Lala menggurui.
"Apa! Aku, jatuh cinta lagi ke dia? Dih, ogah! Lelah buk, yang di pikiran dia hanya gadis lain! Dia juga selalu bersikap dingin ke aku sejak dulu!" seloroh Mona melipat kedua tangannya di dada.
"Bagaimana kalau suatu saat nanti dia jatuh cinta ke kamu, terus menyatakan cintanya padamu. Apakah kamu akan menolaknya?" tanya Jenny kemudian.
"Itu ... Tidak mungkin sepertinya!" tukas Mona gamang, tidak yakin dengan perasaannya sendiri.
"Kamu juga selalu ketus ke dia, Mona sayang. Jangan begitu, sekarang dia sudah menjadi suamimu. Bersikaplah lebih baik ke dia mulai sekarang!" sahut Lala menimpali dan menasehati sahabatnya itu.
Lala memanglah berbeda dari sahabatnya yang lain, dia lebih dewasa dan sering menjadi tempat curhat semua sahabatnya juga sering memberikan solusi yang baik.
"Kalau kamu nggak mau, buat aku aja deh. Aku mau kok sama mas Ahmad, orang ganteng gitu kok!" tukas Jenny menimpali.
"Emang dia mau sama kamu?" cibir Lala menimpali ucapan Jenny, dengan senyuman tipis di bibirnya 
"Emang aku sejelek itu apa? Sampai Ahmad menolak pesonaku!" sambung Jenny mengibaskan rambutnya dengan percaya diri.
"Pesona apa? Orang masih jomblo gitu!" cibir Lala lagi dengan tawa yang mulai pecah'.
"Kamu boleh ambil dia, nanti kalau aku sudah lahiran. Aku bakal cerai dengan sopir itu, setelah bayiku lahir!" tutur Mona yang seketika mengejutkan dua sahabatnya itu.
"Apa maksud kamu Mona! Kamu serius?" tukas Lala tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar itu.
"Aku serius. Bahkan aku sudah membuat kontrak perjanjian dengannya semalam, dan kami sudah menandatanganinya. Setelah aku melahirkan, kami akan segera bercerai. Jadi, semua orang nggak ada yang tahu aku nikah sama sopir itu, kecuali keluarga inti dan kalian. Jadi jangan pernah sebut-sebut dia suamiku di depan orang lain!" terang Mona menjelaskan.
"Apa dia tidak keberatan dengan permintaanmu!" tanya Lala menyelidik.
Lala tidak menyangka jika Mona membuat keputusan sembrono yang didasari rasa keegoisan dan 
emosi sesaat tanpa memikirkan masa depannya sendiri.
"Ahmad tidak keberatan dan langsung menandatanganinya begitu aku memintanya, jadi dia akan menceraikan aku saat anak ini lahir!" jelas Mona kemudian.
"Harusnya kamu tidak membuat keputusan yang buru-buru seperti itu, Mona!" tukas Lala kemudian.
"Iya, kenapa tidak dicoba dulu menjalani hidup dengan Abang ganteng?" celetuk Jenny menimpali.
"Mau gimana lagi, bahkan semalam saja aku bertengkar dengannya. Aku juga tidak ingin status pernikahanku dengannya diketahui oleh orang lain, dan aku ingin merahasiakan ini dari dunia!" tutur Mona jujur kepada kedua sahabatnya itu.
"Jadi, dia suami rahasia kamu gitu!" ujar Jenny.
"Iya. Lagipula aku masih menunggu Brian, aku masih cinta sama Brian!" ucap Mona dengan wajah sedih.
"Aaahh jadi syeeediiih, peluk!" ucap Jenny dengan gaya manja sambil memeluk Mona dan Lala.
Begitulah Jenny, anaknya manja jika bersama orang terdekatnya. Sangat berbanding terbalik dengan tampilannya yang cantik dan elegan, juga profesinya sebagai foto model yang begitu sempurna di depan publik.
"Tapi aku berharap kamu bisa memikirkan kembali soal pernikahan kontrakmu itu, Mona. Ahmad adalah pemuda yang baik, bahkan yang terbaik untuk dijadikan suami. Aku ingin melihatmu bahagia bersamanya!" tutur Lala yang membuat Mona terkejut.
"Benar kata Lala, Mona. Lebih baik kamu pikirkan lagi, dan jangan terburu-buru untuk memutuskan berpisah dengan Ahmad dan menunggu seseorang yang tidak pasti!" tukas Jenny ikut angkat bicara dan membenarkan saran Lala untuk Mona.
"Tapi, bagaimana dengan perasaanku terhadap Brian?" sahut Mona menimpali.
"Apakah kamu yakin, jika perasaanmu pada Brian adalah cinta, dan bukan pelampiasan rasa cinta?" tanya Lala dengan raut wajah yang sangat serius.
"Oh iya, ngomong-ngomong. Kok Mariska tumben nggak ikut bareng kalian? Kemana dia? Waktu hari pernikahanku juga, dia nggak datang kan?" tanya Mona mengalihkan pembicaraan.
"Emm, Mariska ...!" jawab Lala dan Jenny menggantung.
"Itu sebenarnya yang mau kita omongin ke kamu sekarang, tapi kamu jangan kaget ya Mon?" tutur Lala.
"Sebenarnya, Mariska ....

Book Comment (262)

  • avatar
    ArifinMuhammad Ichsan

    👍good

    7h

      0
  • avatar
    NadhifiantoRaakan

    bagus novelah

    4d

      0
  • avatar
    MUTIARESKYMUTIARESKY

    bagus sekali

    6d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters