logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

6. Rencana Leony

"Ayah bawakan hadiah untuk Leony! Suka, kan?"
"Ayo main keluar bersama Ayah, Leony."
"Leony ingin pergi berlibur ke mana? Ayah akan menuruti semua permintaan Leony."
"Hadiah? Maaf Ayah tak sempat membelikannya untukmu."
"Ayah sibuk, bermainlah dengan pelayan."
"Kau pikir Ayah ada waktu untuk liburan? Pekerjaan di kantor sangat menumpuk sekarang."
"Leony, kenalkan ini Annabelle Margareta, istri baru ayah sekaligus ibumu."
Suara-suara itu memenuhi kepala Leony sementara ia duduk dengan wajah menelungkup di antara lutut. Tak bisa dipungkiri jika bayangan masa lalu bersama ayahnya terasa menyakitkan, alih-alih menjadi kenangan indah.
Leony pikir dirinya akan selalu hidup bahagia bersama sang ayah, walaupun tanpa ibu yang telah meninggal akibat melahirkan. Ditambah ayahnya pun bersikap baik, sangat baik sampai ia terbuai dan memiliki pemikiran seperti itu.
Hingga suatu hari sikap ayahnya mulai berubah. Tak ada lagi kelembutan dalam suaranya, bahkan dahinya pun berkerut ketika bicara seolah mereka adalah orang asing. Setelah semua sikap buruk Leony tetap yakin sang ayah akan kembali seperti dulu.
Namun, keyakinan tersebut dihancurkan oleh kedatangan istri baru ayahnya, sekaligus ibu tirinya. Batas kesabarannya habis sehingga Leony memilih untuk meracuni wanita bernama Annabelle. Hanya saja malah ia yang mati lalu hidup lagi di cerita buatannya sendiri.
"Dasar boneka Annabelle sialan! Ini semua karena wanita jelek itu," umpat Leony mengangkat wajahnya dan menatap ke atas.
Gadis itu sudah pasrah sekarang. Tak apa ia mati hari ini, lagi pula dirinya tidak punya alasan untuk hidup. Ingatan sang ayah membuat semangat hidupnya luntur. Masa bodoh dengan masuk ke novel atau apalah itu.
Leony sungguh tak peduli. Akan tetapi, ia sedikit berharap ketika secercah cahaya muncul di atas sana. Mungkin itu malaikat maut pikirnya hilang harapan. Jika benar demikian maka ia telah siap pergi ke neraka, mengingat semasa hidup dosanya begitu menumpuk.
"Aku banyak dosa, sepertinya aku tak akan masuk surga," gumam Leony tersenyum kecut saat berpikir kematiannya semakin dekat.
"Hei, kau tidak apa-apa?"
Suara itu terdengar tak asing. Benar saja, Leony melihat seorang pria berjalan mendekat. "Abel?" tanyanya ragu.
"Iya, ini aku," jawab pria itu kemudian berhenti tepat di depan Leony dan mengulurkan tangan. "Ayo pergi dari sini."
Tampak kelegaan di wajah Leony saat hendak menerima uluran tangan Abel. Namun, ekspresinya berubah curiga dan tak jadi ikut bersama pria itu. Ia sadar belum tahu betul tentang ruang kematian. Singkatnya ia lupa mengenai latar yang dibuatnya sendiri dalam cerita.
Bagaimana jika ternyata tempat aneh ini menciptakan sebuah ilusi? Kalau begitu pasti Abel yang muncul juga hanya angan-angan saja, alias tidak dapat dipercaya. Leony enggan terjebak lebih jauh andai memang benar ada ilusi di sini.
"Kenapa diam saja?" tanya Abel menatap tangannya yang tak disambut.
Leony memicingkan mata waspada. "Bisa saja kau ini ilusi! Hal seperti itu mungkin sekali terjadi di sini."
"Tenanglah, di sini tak ada ilusi atau apa pun yang ada dalam pikiranmu."
"Apa aku harus percaya padamu?"
"Kau sungguh tak percaya rupanya. Jujur aku bingung bagaimana menjelaskan padamu, tapi aku benar-benar Abel Saveri, tinggiku 185 sentimeter dan 15 sentimeter."
Mendengar itu sontak Leony bertanya dengan alis berkerut, "Apanya yang 15 sentimeter?"
"Pedangku," jawab Abel enteng.
"Hah? Pedang?"
"Eh, maaf aku kurang fokus, yang kumaskud tadi adalah panjang belati." Abel mengeluarkan pisau runcing miliknya dan lanjut berkata, "Sebuah ilusi tak mungkin tahu panjang belatiku, kan?"
Walaupun terdengar aneh, tapi Leony setuju dengan perkataan barusan. Oleh karena itu, ia berdiri disertai ekspresi yakin, kini harapannya kembali melambung tinggi. Tiba-tiba saja gadis itu mempunyai minat untuk hidup lagi.
Di kehidupan sebelumnya Leony menderita akibat ulah sang ayah, maka kali ini ia akan membuat hidupnya berakhir bahagia, sekalipun itu hanya dalam cerita karangannya. Mungkin di sini lebih baik ketimbang dunia nyata yang selalu memberinya kesengsaraan.
Leony menatap Abel lekat-lekat, berpikir harus melakukan apa lagi supaya mendapat perhatian kaisar itu. Rencana jangka panjangnya tentu saja hidup bahagia dengan banyak harta. Untuk mewujudkan rencana ini ia perlu menempel pada orang kaya.
Dan tak ada yang mampu menandingi kekayaan seorang kaisar, setidaknya itulah isi pikiran Leony. Setelah membuat Abel jatuh cinta dan memberi banyak uang ia akan kabur, berlari ke tempat jauh hingga tak seorang pun dapat menemukannya, kemudian hidup sebagai wanita kaya yang menjanda.
"Kenapa melamun? Ayo pegang tanganku, ini cara untuk keluar dari sini."
Leony terhenyak dari khayalannya lalu menerima uluran tangan Abel. Setelah saling berpegangan tiba-tiba mereka berpindah tempat, tak ada lagi suasana kelam dan suram, udara terasa lebih segar dibanding barusan.
"Wow, kita kembali ke istana!" seru Leony girang. Ia melepas genggaman dari tangan Abel untul berlari menyusuri istana.
Setelah puas berkeliling akhirnya gadis itu yakin telah keluar dari ruang kematian. Fakta bahwa dirinya masih hidup terasa melegakan, padahal beberapa waktu lalu ia pasrah dan berpikir ingin mati saja. Namun, saat melihat langit yang cerah pikirannya langsung berubah.
Leony harus menikmati banyak hal terlebih dahulu sebelum mati, contohnya memborong banyak gaun dan perhiasaan agar para gadis iri. Selain itu ia juga masih penasaran dengan semua tokoh di cerita karangannya. Yang paling membuat penasaran adalah Aileen, si tokoh utama perempuan.
Ketika menciptakan Aileen yang ada dalam bayangan Leony adalah seorang aktris cantik, saking cantiknya ia sampai berpikir untuk menjadi laki-laki dan menikahi Aileen. Singkatnya karakter Aileen pasti memiliki kecantikan paripurna yang tiada dua.
"Lagi-lagi kau melamun," celetuk Abel menghampiri Leony yang menatap langit dengan hampa. "Kau sedang memikirkan apa memangnya?"
Leony beralih dari hamparan langit supaya bisa menyelisik ke iris Abel. "Saya sedang memikirkan seseorang," akunya bicara formal setelah tahu pria di depannya adalah kaisar asli.
"S-siapa yang kau pikirkan?"
"Perempuan cantik. Saya sangat ingin bertemu dengannya."
Muncul kelegaan di wajah Abel setelah tahu bila Leony tidak memikirkan seorang pria. Tunggu sebentar. Untuk apa ia merasa lega dengan hal tersebut? Dirinya kan tak punya urusan tentang apa yang dipikirkan Leony.
"Kalau begitu temui saja dia," ucap Abel berdeham canggung, berharap Leony tak melihat perubahan ekspresi wajahnya tadi.
Di sisi lain Leony yang fokus memikirkan Aileen jadi kurang memperhatikan Abel. Sambil tetap membayangkan sosok pemeran utama ia berkata, "Kalau saya bertemu dengannya maka saya akan cetaka."
"Apa dia perempuan cantik yang jahat dan harus dibunuh?"
"Tidak, Yang Mulia," mata Leony melirik Abel jenaka, "dia adalah perempuan cantik yang baik. Hanya saja kami tak boleh bertemu dalam waktu cepat."
"Eh, kenapa?"
'Karena jika kami bertemu maka alur cerira akan rusak.'
Leony menjawab dalam hati karena tak mungkin baginya untuk berkata jujur. Ia akan menyimpan sendiri tentang cerita yang dibuatnya tentang Abel dan Aileen. Setelah rencananya tuntas ia berniat mempertemukan pasangan asli itu, kemudian mereka bisa bersama seperti dalam cerita.
Menurut pada alur aslinya maka Abel akan bertemu Aileen enam bulan dari sekarang, di sebuah teater musik. Sampai waktu itu tiba Leony bertekad untuk tidak melibatkan perasaan. Ia telah banyak membaca cerita tentang seseorang yang masuk ke novel.
Kebanyakan ceritanya berakhir sama. Tokoh perempuan malah jatuh cinta dan alur cerita asli rusak. Leony tak ingin mempunyai akhir yang sama seperti tokoh dalam novel bergenre transmigrasi. Alih-alih merebut Abel yang merupakan hak Aileen, ia memilih untuk hidup damai sebagai orang kaya.
"Kau melamun lagi seperti tadi," tegur Abel agak jengkel.
Sementara itu Leony langsung melempar senyum minta maaf. "Mungkin karena masuk ke tempat aneh saya jadi kurang fokus. Ditambah kepala saya sedikit pusing. Apa saya boleh istirahat duluan, Yang Mulia?"
"Tentu saja boleh." Abel menyahut cepat, tiba-tiba perasaan gelisah membuncah di benaknya.
"Kalau begitu saya pamit undur diri."
"Aku akan menyuruh pelayan untuk mengantarmu."
Tanpa bisa dicegah tubuh Leony mendadak tegang, ingatan tentang pelayan yang mendorongnya masuk ke ruang kematian seketika melintas. Jujur berada di tempat aneh itu memberinya sedikit trauma.
Leony tak bisa berkompromi dengan apa pun yang ada di ruang kematian. Apalagi saat di sana dirinya mendapat kenangan buruk dengan sang ayah. Hal tersebut membuat perasaannya makin kacau, ia sungguh kesal sekaligus ngeri.
"Kepalamu sakit sekali, ya?" tanya Abel begitu melihat wajah Leony berubah pucat.
Namun, gadis itu menggeleng sebagai pertanda bila pertanyaan tadi sangat salah. "Tidak usah menyuruh pelayan mengantar. Saya bisa pergi sendiri," katanya.
"Turuti aku demi kebaikanmu. Istana ini pasti asing bagimu, mungkin saja kau juga masuk lagi ke tempat aneh tadi. Karena itu pergilah bersama pelayan."
"Apa Anda tahu jika saya masuk ke tempat aneh itu akibat ulah pelayan?"
Abel mengerjap tak percaya. "Seseorang berani membuatmu masuk ke sana? Aku akan memberi pelajaran padanya!"
"Jangan terlalu keras, Yang Mulia. Dia melakukan itu gara-gara ucapan Anda."
"Ucapanku?"
Setelah mengumpulkan keberanian Leony pun berkata dengan nada menyindir, "Dulu Anda mengumumkan pada penghuni istana untuk menindas saya. Ternyata mereka sungguh melakukannya. Pelayan di sini memang patut diacungi jempol!"
Kemudian gadis itu pun pergi karena tak ingin melihat bagaimana reaksi Abel. Ia takut bila sang kaisar tersinggung lalu mengamuk dan membunuhnya. Jika benar terjadi maka percuma saja dirinya menyusun rencana panjang.
Sementara itu, Abel yang ditinggalkan sendiri hanya dapat berdiri kaku, dengan pikiran yang melayang ke masa lalu. Terdengar embusan napas kasar setelah mengingat semuanya. Memang benar dulu ia pernah menyuruh para pelayan menyiksa Leony, dengan maksud agar istrinya menderita.
Akan tetapi, sekarang Abel mempunyai maksud lain di hatinya. Ia berniat untuk menyambut Leony tanpa ada permusuhan. Bisa saja gadis itu benar-benar tahu cara menghilangkan kutukannya. Walau sampai sekarang ia tetap ragu, tapi setidaknya masih ada waktu untuk mencoba percaya.
"Sepertinya aku harus membuat peraturan baru di sini," gumam Abel yang kemudian memanggil Albert supaya menyeret semua pelayan ke hadapannya.
Beberapa waktu lalu pria itu kembali ke istana untuk mengambil cap kerajaan yang tertinggal. Namun, ia merasa seseorang telah masuk ke ruang kematian, tanpa diketahui olehnya. Ternyata kejadian buruk yang menimpa Leony adalah ulah salah satu pelayan.
Dan sekarang Abel akan mencari hama yang berani menimbulkan keributan di istananya.

Book Comment (111)

  • avatar
    Najwaaa

    bagus

    2d

      0
  • avatar
    Dek Septa

    cerita istimewa dan bagus

    5d

      0
  • avatar
    MaulanaRohan

    apk ini bagus

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters