logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Mata Mata

Di dalam hati Rose panik, namun ia tidak memperlihatkannya secara terang-terangan. Rose sudah berlatih sekian tahun untuk menyamar. Dan mengatasi Luke seharusnya bukan hal yang sulit. Ini adalah ujian pertama yang harus dilaluinya sebagai calon pemimpin perusahaan.
"Tuan, saya minta maaf. Saya membuatkan teh itu untuk Tuan Denzel tapi saya meminumnya karena Tuan Denzel pergi meeting. Maafkan kelancangan saya," jawab Rose dengan kepala tertunduk.
Luke maju mendekat sambil memicingkan mata.
"Lain kali jangan coba berbohong padaku. Itu tidak akan berhasil."
"Sekali lagi saya minta maaf, Tuan," jawab Rose tanpa memandang Luke.
"Kenapa Denzel mempekerjakan gadis muda yang suka berbohong sepertimu? Atau mungkin dia memilihmu karena kamu dan Miss Black punya sifat yang sama. Sama-sama pintar berbohong," tukas Luke.
Perkataan pedas Luke membuat panas telinga Rose. Entah mengapa lelaki ini membenci Miss Black dan berani menuduhnya sebagai pembohong padahal mereka tidak saling kenal. Apakah mungkin Luke marah karena harus berbagi harta warisan dengannya?
"Saya permisi dulu, Tuan. Silakan duduk. Saya akan membereskan meja ini," ujar Rose menyingkirkan cangkir teh itu.
"Mau kabur setelah ketahuan berbohong?" sindir Luke. Rose berusaha tidak menghiraukannya. Ia tidak mau terpancing emosi apalagi terlibat pertengkaran yang tidak penting dengan pria sombong seperti Luke. Yang harus dia lakukan adalah pergi secepat mungkin dari ruangan itu.
Rose melangkah keluar dengan membawa cangkir di tangannya. Ia hendak menghubungi Denzel, tapi pria itu sudah muncul di depan pintu. Gurat kekhawatiran tampak jelas di wajah Denzel.
"Nona, Anda tidak apa-apa? Saya langsung kembali kesini setelah mendengar kedatangan Tuan Luke."
"Iya, dia masih ada di dalam ruang CEO. Tadi dia memergoki aku dan mencurigai aku sebagai Miss Black. Terpaksa aku harus membohonginya," jelas Rose.
"Kalau begitu Nona pulang saja. Biar saya yang menghadapi Tuan Luke."
"Terima kasih, Daddy. Pekerjaanku yang tertunda akan kuselesaikan di akhir pekan," jawab Rose.
"Hati-hati, Nona. Nanti malam saya akan menjemput Nona jam tujuh untuk makan malam."
Rose mengangguk. Tak ayal lagi Denzel adalah sang penyelamat yang selalu siap menolongnya setiap kali dibutuhkan.
***
Rose menggunakan dress pendek berwarna merah muda dan menambahkan aksesoris kalung di lehernya. Malam ini ia ingin tampil lebih cantik untuk merayakan keberhasilannya melewati audisi bersama Denzel.
"Daddy, aku sudah siap."
Denzel berdiri dan memandang Rose. Ia menekuk sebelah lengannya, mempersilakan Rose untuk menggandeng tangannya.
Rose tersenyum lalu mengikuti kemauan walinya itu. Ia sudah terbiasa memahami segala isyarat dari Denzel, begitu pula sebaliknya. Seolah pikiran mereka memang terkoneksi satu sama lain.
Denzel membawa Rose makan malam di restoran Perancis yang mewah. Ia ingin Rose menikmati suasana baru selepas semua ketegangan yang dialaminya hari ini.
"Semua makanannya kelihatan enak, Daddy. Aku jadi bingung harus pilih yang mana. Iringan musik klasiknya juga indah," puji Rose sambil membolak balik buku menu.
"Biar saya yang memilihkan menu untuk Nona. Saya pernah beberapa kali makan bersama klien penting di restoran ini. Jadi saya sudah tahu mana yang sesuai dengan selera Nona."
"Aku kira Daddy pergi berkencan bersama kekasih Daddy," celetuk Rose.
"Saya tidak punya waktu untuk itu Nona," jawab Denzel datar.
Denzel memang jarang sekali membahas kehidupan pribadinya dengan Rose. Terkadang Rose merasa pria itu menyembunyikan sesuatu darinya. Entah karena dia merasa sungkan atau ada sebuah rahasia yang ingin disimpannya sendiri. Tapi Rose tidak akan memaksa bila Denzel tidak ingin menceritakannya.
Rose pun mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Daddy apa yang Luke tanyakan setelah aku pergi?"
"Dia mengorek keterangan tentang jati diri Nona. Saya mengatakan Nona adalah mahasiswi semester akhir yang magang di kantor sebagai sekretaris."
"Apa dia menyinggung soal Miss Black?" tanya Rose.
"Iya, saya menjawab Miss Black ada di luar negri dan tidak mau diganggu oleh siapapun."
"Dia percaya begitu saja dengan penjelasan itu?" tanya Rose penasaran.
"Saya yakin tidak. Dia pasti mencari bukti-bukti tentang Nona. Nona harus lebih berhati-hati sekarang. Jangan muncul dulu di kantor untuk sementara waktu."
"Daddy, saat aku bertemu Luke, aku merasa dia sangat membenci Miss Black. Apa Daddy tahu kenapa dia tidak suka padaku?"
Denzel mengedikkan bahunya.
"Saya tidak tahu banyak tentang masa lalu Tuan Louis dan Tuan Luke. Tuan Louis hanya bercerita kalau dia memiliki seorang anak angkat. Tapi putranya itu pergi bersama istrinya ketika mereka bercerai."
"Mungkinkah dia membenciku karena aku anak haram?" pikir Rose sedih.
Sudah lama Rose menduga bahwa ibunya adalah orang ketiga dalam pernikahan Louis dan Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa mengakuinya sebagai anak di hadapan publik. Ia adalah anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan, bukan dari pernikahan yang sah.
"Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bagian dari masa lalu," ucap Denzel menghibur Rose.
"Daddy, apa perlu aku mengaku pada Luke dan meminta maaf atas nama ibuku? Aku ingin menghapus kesalahpahaman dan luka yang pernah ditorehkan ibuku terhadap Nyonya Jessica."
Raut wajah Denzel berubah tidak senang saat mendengar ide yang dicetuskan Rose. Ia langsung menggenggam tangan Rose dengan posesif.
"Nona tidak perlu melakukan itu. Semua yang terjadi bukan kesalahan Nona. Justru Nona-lah yang menjadi korban."
"Saya melarang Nona untuk dekat-dekat dengan Luke Brown apalagi membuka identitas asli Nona. Kita tidak tahu bagaimana sifat aslinya. Mungkin saja dia bermaksud jahat atau berusaha mencelakakan Nona," tukas Denzel memperingatkan Rose.
"Iya, aku berjanji akan mematuhi larangan Daddy," kata Rose patuh.
Dari intonasi suara Denzel, pria itu nampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan Rose tidak ingin sekalipun mengecewakan Denzel.
Rose menghentikan segala pertanyaan tentang Luke. Ia kembali menikmati ice cream yang dipesankan Denzel sebagai makanan penutup. Namun mendadak ia merasakan jemari Denzel menyentuh sudut bibirnya.
"Ada sisa ice cream di bibir Nona," ucap Denzel lembut.
"Oh iya," jawab Rose merasa malu.
Tindakan Denzel membuat Rose jadi salah tingkah. Baru kali ia merasa diperlakukan secara berbeda oleh pria itu.
***
Denzel mengantarkan Rose sampai di depan gerbang rumahnya. Setelah itu, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke apartemen. Hari ini tubuhnya sangat lelah karena banyaknya pekerjaan. Selain itu ia terganggu dengan kedatangan Luke Brown yang tiba-tiba. Terlebih Luke terlihat cerdik sekaligus menjengkelkan. Karena itu ia harus memastikan Luke tidak akan menjadi penghalangnya. Ia tidak akan tinggal diam bila pria itu sampai mengusik Rose dan perusahaan Brown Group.
Ketika sampai di apartemen, ponsel Denzel bergetar. Ia melihat nama Tuan X muncul di layar ponselnya yang berkelap-kelip. Denzel mendesah panjang lalu mengangkat panggilan tersebut.
"Kenapa menelponku malam-malam?" tanya Denzel kesal.
"Sejak kapan aku harus memiliki alasan untuk menelpon putraku sendiri. Aku hanya ingin bertanya kapan kamu akan menikahi gadis itu?" balas Tuan X dari balik telpon.
"Jangan mendesakku, Pa. Rasanya sudah ratusan kali Papa menanyakan hal yang sama. Aku baru pulang makan malam dengan Rose. Biarkan aku beristirahat," jawab Denzel melepas jam tangannya.
"Makan malam? Kamu terlalu lamban, Denzel. Sampai berapa tahun lagi kamu akan mengulur-ulur waktu. Apa waktu tujuh tahun belum cukup bagimu? Jika ayahnya saja percaya padamu bukankah lebih mudah menaklukkan putrinya," tanya Tuan X dengan nada meninggi.
"Sudah kubilang aku akan menunggu sampai Rose lulus kuliah. Setelah itu aku pasti menikahinya," tandas Denzel.
"Baiklah, aku akan bersabar sekali lagi. Selama ini aku mengikuti cara halus yang kamu lakukan. Tapi jika kamu tidak kunjung bertindak, maka ayahmu ini yang akan mengambil alih. Dan kamu tahu benar bagaimana sifatku dan cara apa yang akan kutempuh," ancam pria itu.

Book Comment (175)

  • avatar
    Aisyah ZhaThan

    cerita nya seru dan bikin penasaran

    01/06/2022

      0
  • avatar
    SahlaArum

    semangat yup

    10d

      0
  • avatar
    ardian putra

    Sangat luar biasa

    17d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters