logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

GEJOLAK CINTA DI ATAS DENDAM

GEJOLAK CINTA DI ATAS DENDAM

Ang Lin Hua


Chapter 1 PROLOG

Katanya cinta selalu memiliki cara untuk bisa menghadirkan diri. Semoga saja hal itu tidak terjadi padaku. Aku tidak ingin jatuh cinta, terlebih pada lelaki yang sudah merenggut nyawa dua malaikatku. Dia sudah membuat hidupku tak sempurna. Caesar Yan, lelaki yang pernah menjadi sosok akrab dalam lembaran kisahku. Tapi karena kegilaannya yang brutal, ia telah membuatku membunuhnya dalam hatiku.
“Setelah kau mengetahui siapa aku, akhir seperti apa yang kau inginkan, Aby? Kita berdua dia atas ranjang itu selamanya? Ataukah kita berdua di dalam liang lahat dengan dendam masing-masing?”
“Cuih, apa kau pikir aku seberharap itu kepadamu, Cessy Yan? Dulu kau memang adalah orang terdekatku, tapi sampai detik ini, kau adalah orang asing yang sama sekali tidak ku kenal. Dendam ini selamanya akan terus ada untukmu, terlepas apakah itu benar atau tidak kau yang sudah membunuh kedua orang tuaku. Yang tidak aku habis pikir, apa alasan kekejamanmu itu? Sampai kau menutup mata saat merenggut nyawa mereka dari raga? Keterlaluan!”
“Sudah berulang kali kukatakan, bukan aku yang membunuh mereka.”
“Tapi kaulah alasan mereka meregang nyawa!” sergah Aby.
***
Seorang gadis berusia dua puluh tahun. Rambut hitam bergelombang dan sebahu membalut wajah cantiknya. Dua puluh tahun, saat ia seharusnya menikmati masa remaja dan menuntaskan pendidikannya, tapi Abygail malah harus mendorong dirinya pada dunia hitam demi menemukan pembantai keluarganya, malam itu.
“Ayah, Ibu aku akan cepat kembali dari Study Tourku. Tidak akan lama,” kata Aby berpamitan pada sang ayah dan juga ibunya. Morgan Houston dan Venena Houston mengecup kening sang putri. Gadis kecilnya yang lincah kini tumbuh menjadi kupu-kupu bersayap cantik.
Abygail baru tersadar, jika hari itu adalah hari terakhirnya dengan orang tuanya. Sekembalinya dari Study Tour seharusnya ia membagikan cerita bagaimana ia berhasil mendapatkan sebuah prestasi. Namun sayang, hanya Lejer yang ditemukan.
“Apa yang terjadi Lejer?! Mana ayah dan ibuku?! Di mana mereka?!” sentak Abygail menggarang. Suasana duka memenuhi setiap sudut kediaman Houston. Dahulu, Aby harus menerima kenyataan akan kehilangan kakeknya. Dan sekarang kedua orang tuanya.
“Siapa yang melakukan ini, Paman?!” Abygail berpaling ke arah Desmon-pamannya. Lelaki yang berdiri di sisi peti jenazah kedua orang tua Aby sejak tadi.
Lelaki itu hanya diam, mempersembahkan pelukan kasih sayangnya pada dara malang yang harus menelan pahitnya duka kehilangan di usia yang sangat muda.
“Beberapa kelompok lelaki bersenjata menyerang kediamanmu, Aby. Mereka membantainya. Karena itu aku membawa jenazah mereka kemari untuk disemayamkan di sini. Rumahmu hancur,” jelas Desmon saat menenangkan Abygail.
Gadis dengan tangis yang sudah menumpah itu, menyimak dengan jeli setiap penggalan penjelasan yang diceritakan sang paman.
“Siapa mereka, Paman? Katakan!”
“Tidak sekarang, gadisku. Sebaiknya kita fokus pada pemakaman kedua orang tuamu saja dulu. Setelah kau tenang temuilah Paman. Paman akan menceritakanmu semuanya.”
Abygail melepaskan diri dari dekapan lelaki bertubuh besar itu. Aby menerawangkan pandangannya, merekam dua peti jenazah, Lejer yang me-murung. Dan beberapa pengawal lainnya.
Aby segera bersiap-siap. Desmon benar, saat ini ia harus menunaikan tugas pentingnya untuk kedua orang tua yang sudah menutup mata selama-lamanya. Menyelesaikan serangkaian ritual pemakaman merekan adalah keputusan yang tepat saat ini.
Abygail masih terduduk di sisi pusaran. Menatap dengan batin jauh ke dalam sana. Seakan memaksa dewa kematian untuk mengembalikan dua sosok terpenting dalam hidupnya itu. Andai ia bisa memutar sang waktu, andai penyekat dua dunia itu tidak ada, detik ini juga, kedua tangan kecilnya ingin sekali merebut jiwa Morgan dan Venena.
“Ayah … Ibu … kenapa kalian harus pergi dengan cara seperti ini? Hik hik hik … Kenapa kalian tidak menungguku? Aku hanya pergi sebentar. Kenapa kalian tidak sabaran sekali? Aku datang Ayah, Ibu. Aku sudah datang. Dan kalian tidak menjemputku. Hik hik hik!”
Lejer, sang pelayan setia keluarga Houston. Lelaki yang selalu menyampirkan serbet di lengan kirinya. Kini lelaki yang tak pernah tersenyum itu hanya menghela napas. Mendengkus berkali-kali, tanpa sanggup merangkai kata yang tepat untuk disampakan kepada nona kecilnya.
Ia hanya setia berdiri di belakang Aby. Menatap dengan penuh duka pada suara lirih dan perih dari si Nona kecilnya. Lejer berjalan mendekat.
“Nona ….” Panggilnya. Abygail membuka kaca mata hitamnya. Ia menoleh dan bangkit. Menatap getir pada Lejer.
Lelaki berstelan jas itu mengeluarkan sapu tangan. Memberikannya pada Abygail agar menyeka air matanya.
“Nona tidak perlu menangis. Air mata Nona akan menumpah sia-sia untuk kepergian mereka.”
“Kamu kemana saja? Kenapa Kamu tidak membantu orang tuaku malam itu?”
“Saya diminta Tuan besar untuk mengambil dokumen. Dan sekembali saya, rumah sudah berantakan dan menemukan Tuan dan Nyonya sudah tak bernyawa. Maafkan saya Nona kecil.” Lejer menunduk. Ia tidak sanggup memandang Nona kecilnya yang sangat disayangi itu.
“Bisa kau beritahu aku, siapa mereka Lejer?” Lejer mengangkat wajahnya. Menatap dengan semua kepastian hati, dan mengangguk.
“Jika Nona bersedia, saya akan membawa nona ke suatu tempat. Dan sudah saatnya Nona mengambil alih semua aset keluarga Houston.” Manik mata Lejer bertaut dengan manik mata Aby. Sebuah keyakinan mendalam ditemukan gadis itu pada pelayan setianya itu.
Mendung di kota Britania mengantar kesedihan Abygail yang sangat mendalam. Kehilangan kedua orang tuanya dengan cara yang keji. Sakit hati yang berujung dendam sudah terpahat apik dalam lembaran hatinya.
“Tempat apa ini, Lejer?” tanya Abygail saat memasuki sebuah gudang bawah tangan di salah satu vila milik keluarga Houston. Tidak ada yang mengetahui keberadaan Villa itu kecuali ayahnya Morgan dan Lejer.
Lejer terus berjalan. Membukan sebuah pintu berlapis. Setumpuk kebingungan bertahta di kepala Aby, Abygail terus mengikuti langkah lelaki itu. entah sudah berapa pintu yang dibukannya. Dinding pengap dan berbeton menandakan jika ini bukanlah ruangan yang biasa.
Pada ujung ruangan, mata Abygail dikejutkan oleh sekumpulan lelaki dan perempuan dengan tampang mirip preman. Berbagai gaya asesoris menempel di wajah mereka. Celak mata kontras berwarna hitam, tindik di mana-mana, dan tato yang melukis. Sarat dengan preman liar, atau lebih tepatnya preman jalanan.
“Siapa mereka, Lejer?” pertanyaan terakhir Abygail saat merekam satu persatu wajah mereka.
“Semuanya! Perhatian!” Lejer menderu. Tangannya menepuk dua kali. Kali ini bukan serbet atau handuk yang menyampir di tangan pelayan bertubuh kurus dan kecil itu. Abygail terperanga melihat sosok Lejer yang berbeda dari biasanya.
“Perkenalkan! Dia adalah Nona Abygail. Putri tunggal Morgan dan Venena Houston. Satu-satunya generasi Houston yang tersisa.”
Hati Abygail semakin berdebar-debar ketika semua bertepuk riuh. Tidak hanya itu, semua langsung berlutut dan menyilang sebelah tangan mereka di dada, sebagai tanda hormat mereka.
Untuk sesaat Abygail merasa jika dirinya adalah sosok yang disegani. Terbesit dalam benaknya sehebat apakah sang ayah hingga bisa membuat ia bak ratu sejagat saat ini di hadapan kumpulan mata asing itu.
“Terimalah hormat kami ketua,” seru semuanya serempak.
KETUA, nama yang taka sing tapi aneh jika ditujukan kepadanya. Lejer berbalik pada Abygail. Ia memanggil salah seorang yang paling ahli dan terpercaya juga setia diantara geng mafia.
“R! kemarilah!” namanya R, itu memang bukan nama aslinya. Tapi satu huruf itu sudah membuat ia terkenal di dunia mafia. R adalah lelaki bertubuh plamboyan, rambut pendek, ikal, dan berbulu dagu yang cukup tebal.
“Nona, ini adalah geng mafia Fire. Salah satu gangster yang dibuat oleh mendiang Tuan Morgan. Berkat gangster ini, seluruh bentuk aktivitas perusahaan Houston berjalan mulus dan meraih kesuksesan. Dan ini adalah R, dia paling hebat di sini. Katakanlah dia ini panglima.”
Abygail mengunci pandangannya pada pria yang sedang tersenyum miring, meremehkannya.
“Lejer, apa kau pikir ini main-main? Bagaimana bisa kita akan dipimpin oleh gadis ingusan seperti ini? Aku yakin, begitu dia memegang belati, dia akan langsung kencing berdiri,” ucap R meremehkan. Aby mendesah berat. Sangat wajar jika ia dipertanyakan leh anak buah ayahnya. Karena selama ini ia memang tidak pernah menyentuh pisua tajam kecuali pisau kue.
“Lejer, bisa kau jelaskan kepadaku kenapa aku harus kemari? Dan siapa orang-orang ini, lalu untuk apa semua ini.” Aby mengangkat suaranya. Lejer pun sadar, ia memang harus menjelaskan semua ini kepada sang Nona.
“Kami adalah orang-orang yang sudah berjasa membuat ayahmu dan seluruh generasi Houston hidup nyaman. Dan kami sedikit sedih dengan kematian ketua kami. Kami sudah mempersiapkan penyerangan pada si Naga gundul berekele itu! Kami sudah tidak sabar ingin mencincang-cincang tubuh mereka dan menjadikannya santapan makan malam kami,” ulas R memperagakan tangannya seperti memotong-motong.
“R, cukup!” teriak Lejer.
Abygail melotot ngeri, mendengar kalimat dendam lelaki itu. Kalimat-kalimat sarkas dan bernada kejam itu terasa asing di telinga seorang nona manja.
“Nona, inilah peninggalan keluarga Houston. Tuan sering datang kemari. Nona, sebenarnya ada begitu banyak ingin menumbangkan kerajaan bisnis keluarga Houston. Salah satunya adalah … keluarga Yan di Beijing.”
“Keluarga Yan?” Aby memicingkan matanya seperti mengingat sesuatu. Nama itupun terasa tidak asing, tapi seperti dejavu.
“Caesar Yan. Seorang pria berusia empat puluh tahun, ketua Naga Timur. Gangster yang membantai keluargamu, Nona,” Lejer memperjelas.
“Fire dan Naga Timur dulunya adalah rekan solid. Tapi sampai detik ini kami tidak tahu maksud penyerangan yang mereka lakukan. Malam itu, kami tidak tahu jika mereka datang merundung. Hingga … kami terlambat menyelamatkan ketua.” R tampak kecewa.
“Lelaki itu berbahaya. Tidak mudah mendekatinya. Penjagaannya sangat ketat. Jika sudah masuk, maka siapapun tidak bisa bebas darinya.” Tambah R lagi.
“Aku yang akan mendekatinya,” cetus Aby. Lejer dan R tersentak. Keduanya menatap focus pada Abygail. Meski tak yakin, tapi Aby sada. Saat ini dialah satu-satunya harapan mereka. Dengan sedikit keberanian ia yakin bisa melakukan dendamnya. R menyeringai mendengar keberanian yang muncul dari seorang gadis polos ketua geng mafia. Lelaki itu menemupuk tangan sambil berjalan mendekat.
“Jika demikian, Nona. Kau harus bisa meninggalkan pisau kuemu itu dan memengang belati untuk membunuh lelaki yang dijuluki Macan Asia.”
“Lalu apa gunanya Serigala Eropa, Lejer. Aku akan menjadi Serigala yang membawa api dendam demi nyawa kedua oran tuaku.” Abygail memindahkan pandangan gentarnya kepada R.
“R, ajari aku dunia gelap ini. Lejer, kau cukup membantu aku mengendalikan yang lain saja.”
“Nona, apa anda yakin? Kita belum tahu pasti jika Caesar yang melakukan ini.”
“Apa maksudmu bukan mereka?! Bukankah …?” Lejer menatap ragu dan takut pada R yang membalas dengan tatapan serius.

Book Comment (287)

  • avatar
    Farah Aida Ramli

    kadang sakit hati kadang kesian sama caesar dan aby..tp kenapa aby prgi😭

    07/07

      0
  • avatar
    01Riri

    the best❣️🔥

    22/04

      0
  • avatar
    AdeliaEcha

    kereeennnnnn

    04/11

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters