logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 PERDEBATAN PERDANA AVRIL

Satria yang dipanggil menoleh mencari orang yang memanggil namanya. Setelah tahu siapa yang memanggil namanya, Satria berbicara.
"Eh, sini!" Orang itu menghampiri meja Satria.
"Gue cariin ternyata lo udah ke kantin duluan."
"Sorry, lupa. Yaudah sana pesen!"
"Tenang, gue udah pesen sebelum gue panggil lo. Tinggal tunggu pesenannya dateng aja." Dan benar setelah orang itu selesai berbicara pesanannya datang.
"Duduk Lio!" Mega berucap dan Lio menurutinya.
Setelah duduk Lio berucap kembali. "Ouh ya? Ada cewek cantik, kenalin gue Lio Saputra mau dipanggil sayang juga boleh," ucapnya sembari mengulurkan tangan.
Putri menyambut uluran tanggan Lio "Gue Putri,"
"Avril."
Cewek-cewek itu kembali berbicara sembari memakan makanannya.
"Lo kok, kaya yang akrab banget sih sama mereka?" tanya Lio bingung.
"Mereka sahabat SMP gue," jawab Mega dan dibalas anggukan kepala berkali-kali dari Lio.
"Gue juga sahabatan sama Satria dari orok malah, ya kan Sat?"
"Dah tahu," samber Mega ketus.
"Orang gue kasih tahu sama mereka." Lio berkata dengan nada kesal.
"Mereka gak nanya."
"Mau makan gak?" Avril angkat suara ketika melihat Mega dan Lio yang sepertinya tidak akan menghentikan percekcokan unfaedahnya itu.
Mereka yang mendengar suara Avril yang seperti menahan kekesalan tidak menjawab lagi. Mega dan Lio spontan menghentikan percekcokan. Mega yang tahu kebiasaan Avril menunduk merasa bersalah.
Setelah acara perkenalan dan obrolan tidak penting, mereka melanjutkan memakan makanannya dengan keadaan hening karena kejadian yang tadi menjadi canggung, mau bicara takut kena semprot Avril jadi mereka mencari aman dengan cara diam.
Avril yang sudah selesai memakan mekananya melihat ke sekeliling area kantin dan melihat Jayyen yang sedang makan tanpa ada yang menemani.
Ia yang tiba-tiba penasaran, bertanya pada Putri yang berada disebelah kananya.
"Put, kok Jay makan sendiri gak ada temennya? Kirain pas nolak tawaran lo dia mau bareng sama temen yang lain," tanya Avril dengan pelan agar orang lain tidak salah paham karena dirinya bertanya tentang orang lain dan orang lain itu cowok yang baru Avril kenal kemarin.
Putri mengedarkan netral coklat kelam mencari objek pembicaraan sang sahabat yang pertama kalinya bertanya tentang orang lain, setelah ketemu, Putri menghadap Avril dan berbicara pelan juga.
"Tumben lo nanya yang gak peting,"
"Emang salah? Tinggal jawab aja," ucap Avril dengan nada jutek nya.
Sebelum menjawab Putri melihat wajah Avril terlebih dahulu, "Gak tahu, kata orang sih dia gak mau punya temen. Ada yang ngajak temennan dia gak respon, temen sekelas kita juga ngajak ngobrol dijawab singkat atau malah pura-pura gak liat ada orang dihadapannya yang sedang berbicara." Putri berbicara sesuai apa yang dia tahu dengan nada pelan juga.
"Kalian kenapa bicara bisik-bisik?" tanya Mega ketika melihat Avril dan Putri yang berbicara pelan.
"Gak, bukan apa-apa," jawab Putri.
"Ih gue kan jadi kepo," ucapan Mega tidak direspon. Putri yang kembali menghabiskan makanannya dan Avril yang sedang memainkan Handphone karena sudah selesai mengisi perutnya.
Selesai makan mereka kembali ke kelas masing-masing. Lalu di meja, Avril memikirkan perkataan Putri tentang Jayyen yang menurutnya aneh.
Ada apa sama Jay? Dari pertama masuk sekolah juga gue sering liat dia sendirian gak berbaur sama yang lain.
Masa gak ada yang mau jadi temennya, kan waktu pertama dateng juga ada beberapa temen sekelas cowok yang mengajak perkenalan apa lagi cewek-cewek disini pada agresifnya aktif.
Eh tapi kan kata Putri di kantin Jay yang gak mau temenan sama siapa pun malah menghindar. Kenapa yah? batin Avril.
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalanya secara tiba-tiba.
Sehingga tidak menyadari kedatanggan pak Bimo yang akan memulai aktivitas KBM.
"Avril," panggil Pak Bimo saat melihat Avril yang tidak memperhatikannya yang akan memulai belajar.
Jayyen yang melihat Avril melamun menyenggol lengan yang kebetulan diatas meja.
"Hah?" refleks Avril berteriak.
"Kenapa kamu berteriak Avril?"
"Eh gapapa kok Pak." Avril menjawab dengan gelagapan.
"Lo sih." Avril menyalahkan Jayyen.
"Dih, salah siapa bengong."
"Apa? Suka-suka gue dong,"
"Udah dikasih tau malah nyolot," cibir Jayyen.
"Apa!"
"Apa!"
Perdebatan di luar nalar, Avril dan Jay yang terlihat jarang berbicara itu malah seperti tom and jery yang biasa mempermasalahkan hal kecil. Semua teman di dalam kelas memandang mereka penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikirannya.
Tetapi karakter yang tidak bisa bergaul membuat teman satu kelasnya tidak begitu akrab dengan Avril. Apalagi Jay, bahkan di pertama kali dia masuk cowok berambut ala Korea itu kabur seakan teman-teman yang berniat kenalan itu tidak penting.
Mengingat perkataan Putri yang merasakan jika Jay berterus terang mengatakan tidak ingin memeliki teman. Itulah yang membuat jiwa kepo Avril meronta.
"Ya tapi kan ..., udah-udah kalian ini malah saling menyalahkan." ucapan Avril di potong sama pak Bimo yang menghentikan percekcokan anak didiknya.
"Kalian mau mengikuti pelajaran saya atau tidak? Jika tidak silakan keluar dan nilai kalian kosong," ancam Pak Bimo.
"Kita diem Pak," sahut mereka kompak.
"Ya sudah mari kita lanjutkan lagi dan jangan berisik!"
Pak Bimo kembali melanjutkan menerangkan pelajaran yang tadi terhenti karena percekcokan di belakang sana.
Avril dan Jay benar-benar diam 'tak lagi bersuara meraka fokus memperhatikan yang dijelaskan pak Bimo. Sampai suara bel terdengar.
"Oke anak-anak pelajaran hari ini sampai disini saja, minggu depan kita lanjut ke materi baru. Assalamualaikum,"
Setelah membereskan peralatannya Pak Bimo keluar kelas disusul teman-teman Avril yang sudah membereskan peralatannya ke dalam tas masing-masing. Begitu pun Avril dan Putri mereka berjalan beriringan keluar kelas bersama setelah memasukan peralatan belajar ke dalam tas.
Avril dan Putri menunggu Mega di depan gerbang sekolah karena akan pergi main dulu.
"Hai Ril, Put," sapanya setelah menghampiri mereka yang diikuti Satria di belakang.
"Hai, mau langsung aja pergi?" tanya Putri memastikan perjanjiannya semalam.
"Eh, mau pergi kemana?" tanya Satria ketika mendengar percakapan mereka yang sepertinya berniat main dulu sebelum pulang ke rumah masing-masing.
"Mau ke mall" jawab Mega.
"Boleh ikut?"
"Terserah," jawab mereka.
"Yaudah ayo!" ajak Avril.
"Kalian naik apa?" tanya Satria menghentikan langkah ketiga gadis itu.
"Taksi."
"Lah terus gue?"
"Lo bawa kendaraan?"
" iya, motor."
"Lo naik motor aja, kita naik taksi. Yo girls!" ucap Mega.
"Oke gue ikutin taksi kalian." Satria  berjalan menuju parkiran motor. Dan menjalankan mesin pegal gas setelah Mega dan temannya masuk taksi kemudian melaju.
Digedung bertingkat serta banyak orang berdatangan mereka masuk ke dalam.
"Eh gaes, gue mau ke toko baju dulu ya bentar. Nanti gue susulin kalian ke toko buku," Izin Mega dan diiyakan oleh mereka.
"Ga gue ikut lo ya? mau beli hoodei juga."
"Yaudah ayo."
"Ga menurut lo cocok yang mana buat gue? Memperlihatkan hoodei pilihannya yang bewarna hitam dan biru dengan desain yang sama.
"Hitam."
"Oke gue ambil yang hitam, lo mau beli apa?"
"Dress," sembari matanya melihat dress selutut bewarna putih.
"Em, yang ini kaya ya cocok deh buat lo. Cantik," saran Satria ketika tidak sengaja melihat dress yang menggantung di gantunggan gaun yang lain.
Tanpa disadari saran dari pilihan Satria menunjukan dress yang sedari tadi dilihatya.
"Iyah, lucu banget, gue juga tadi udah liat dan emang niatnya mau ambil yang ini," jawab Mega dengan melihat-lihat baju yang tadi Satria sarankan.
"Yaudah ayo bayar!" ajak Mega sembari fokus menggirim pesan kepada seseorang sambil senyum-senyum.
Setelah membayar baju mereka masing-masing, berjalan menuju toko buku menghampiri Avril dan Putri. Ditengah jalan Satria berbicara.
"Ga, gue mau bicara sesuatu boleh?"
"Bicara mah bicara aja kali," balasnya tanpa melihat Satria yang menatap punggung Mega, yang tetap fokus memainkan Handphone sembari tersenyum.
"Gue suka sama lo," jujur Satria, to the poin. Perkataan Satria membuat Mega memalingkan badan menghadap Satria.
"Udah dari lama sih, tapi baru hari ini gue berani bilang sama lo ya," lanjut Satria ketika tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya.
Disaat Mega shock dengan pernyataan teman satu kelasnya, tiba-tiba terdengar suara Putri memanggil namanya.

Book Comment (14)

  • avatar
    SevtiyaBnarr

    mantap

    22/03

      0
  • avatar
    Joansyah Pratama

    Penulis yang sangat pintar

    20/02

      0
  • avatar
    Chu Nheen

    wawwww cerita ini sangat bgus aku kasih bingtan 5😋

    02/04/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters