logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 AVRIL MERASA BERSALAH

Pagi harinya, seperti biasa Avril sulit dibangunkan. Naila yang sudah tahu anak gadis bungsu tidak akan bisa bangun sendiri memilih jalan pintas dengan cara ... menarik tangan Avril agar bangun dan mendorong badannya sedikit agar mendekat ke arah kamar mandi dan berhasil.
"Iya-iya, gak usah ditarik juga kali Mah. Sakit nih!" kesal Avril, dengan sedikit kesadaran yang belum terkumpul semua Avril memasuki kamar mandi. Sembari meng-ekspesikan wajah cemberut.
"Kalau gak ditarik gak bakal bangun, yaudah cepet mandi biar sarapan bareng!" setelahnya pergi dari kamar Avril tidak perlu menunggu protessan dari sang pemilik kamar.
Avril mengikuti perintah Naila agar tidak diomeli lagi. Selesai siap-siap, Avril berjalan menuju ke meja makan yang sudah diduduki Angga juga Naila dengan piringnya terisi menu sarapan pagi ini.
"Pagi Mah, Pah." sapa Alva kedua orang tuanya .
"Pagi juga," jawabnya kompak.
Setelah sapa-sapa mereka langsung sarapan dengan keheningan karena Angga papah Avril tidak suka saat makan sambil berbicara kecuali makanan dimulut sudah ditelan.
"Sayang, mau berangkat bareng Papah?" tawar Angga setelah selesai menghabiskan sarapan yang dibuat sang istri.
"Gak ah, masih ada waktu ini. Lagian tadi Avril udah pesen ojol." Avril menolak setelah menelan makanan dimulut kecilnya sembari melihat jam yang melingkar di tangan kanannya.
"Yaudah Papah berangkat duluan, ya." pamitnya.
Naila dan Avril menggulurkan tangannya, Angga yang mengerti langsung menggulurkan tangannya juga menyambut tangan mereka bergantian dan diberi bonus sama kecupan di pelipis Naila begitu pun Avril.
Setelah Angga pergi berangkat tak lama Avril pun berangkat ke sekolah.
"Mah, Avril juga berangkat yah," pamitnya sembari menyalimi Naila dan mencium pipi kanan kiri sang mamah.
"Assalamualaikum." lanjutnya.
"Waalaimumssalam, hati-hati ya sayang."
Avril berjalan keluar rumah, dan melihat kang ojol sudah menunggu di depan gerbang rumahnya.
Sampai di gerbang sekolah, Avril melirik jam yang ada ditangannya sembari berjalan menuju kelas.
"Untung belom telat," gumannya.
Sesampainya di kelas, Putri langsung bertanya. "Ril ..., kirain lo gak bakal masuk soalnya bentar lagi bel bunyi." ucap Putri sembari mengajak duduk dimejanya.
Ya meja Avril di pojong paling belakang dan Putri duduk di depannya bersama Kezia teman sekelas.
"Kaya gak tau gue aja," jawabnya sembari mengikuti Putri yamg mengajak dirinya duduk.
"Hehe, basa-basi doang kok." Avril menghiraukan perkataan Putri.
"Ouh nya? Lo sebangku lagi sama si Jay?" tanya Putri, mengalihkan topik.
"Gak tau tapi kalau bisa minggat aja, lo kan tahu gue gak suka duduk berdua," balas Avril pelan agar orang lain tak mendergarkan pembicaraan mereka. Bisa jadi masalah kalau ada yang mendengarkan dan tidak tahu cerita yang sebenarnya.
Avril yang melihat orang yang dibicarakan datang menghentikan obrolan mereka dengan memberi Putri kode berbalik saat tahu sahabatnya akan mengeluarkan suaranya. Putri yang tahu Avril memberi kode mengikuti saja dan setelah tahu apa yang dimaksud, Putri bersikap santai seolah-olah 'tak membicarakan orang yang baru datang.
"Hai Jay, baru dateng?" Dan dibalas anggukan.
Putri yang melihat respon Jay tetep sama seperti awal pertama ketemu, lega. Mungkin Jay tidak tahu kalau dirinya dan Avril habis membicarakannya.
Putri langsung duduk tenang menunggu guru mata pelajaran yang akan mengajar di kelasnya datang.
Begitu pun Avril sedangkan Jay mendudukan dirinya di kursi samping Avril lagi yang memang kosong 'tak berpenghuni.
Bu Maya guru biologi pun masuk. "Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak," sapa Bu Maya.
"Waalaikumssalam, pagi juga Buu," jawab serempak satu kelas dengan suaranya yang mengalahkan paduan suara.
"Hari ini Ibu akan membagikan tugas kelompok, satu kelompok 2 orang. Biar gak ngabsen dan gak ada yang protes. Jadi patner kelompoknya teman sebangku. Kalian mengerti?"
"Mengerti."
Jay yang melihat Avril duduk risih. Jadi teringat ucapan Avril dan Putri yang 'tak sengaja dirinya dengar, sebelum masuk ke kelas. Dia bertanya untuk memastikan.
"Lo gak suka gue duduk di sini sama kita satu kelompok?" tanya Jay to the poin.
Avril yang mendengar pertanyaan itu sedikit kaget, tapi dia berusaha tidak kelihatan kaget mendengar lontarkan kalimat Jay untuknya.
Apa Jay denger pembicaraan gue sama Putri ya? Aduh mampus kalau bener? tanya Avril dalam hati.
Jay yang melihat Avril tidak meresponnya berbicara kembali. "Yaudah entar gue ambil meja di gudang dan soal patner kelompok, bisa gue tukeran sama yang lain."
"Gak usah." Repleks Avril menjawab cepat. Karakter berperasaan milik Avril, melihat raut Jay yang begitu sendu tentu membuat jiwa perasa Avril keluar.
"Hah?" Jay bersuara terkejut, raut sendu polos itu menatap Avril. Tidak tahu kenapa Avril baru menyadari wajah Jay seperti itu. Sendu, penuh kesedihan bahkan di sekitar matanya Jay terlihat bengkak seolah menggatakan tidur yang tidak bercukupan. Avril jelas tahu lantaran dirinya suka bergadang.
"Gak usah ambil meja lagi, dan kita tetep jadi partner kerja tugas." Tegas Avril menatap Jay prihatin. Seakan karakter yang Avril miliki selalu menciut. Entah bagaimana melihat Jay Avril selalu berubah menurut dan melakukan segala sesuatu diluar dugaannya seperti sekarang. Avril melupakan prinsip yang duduk berdua, gadis ini suka ketenangan dan keberadaan Jay sebenarnya tidak begitu berpengaruh besar anehnya duduk bersama Jay seakan membuat diri Avril tertukar. Jay lah yang lebih banyak diam dari padanya.
"Bener gapapa nih? Kalau lo gak nyaman deket gue, gapapa kok. Gue juga udah biasa sendiri," ujar Jay, yang diakhir kalimatnya di pelankan.
"Hah?" sekarang Avril yang tidak mendengar ucapan Jay.
Lo bodoh Jay! runtuk Jay memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya hampir keceplosan mengatakan alasan bersikap menyendiri dan tidak berjaul. Untuk dia gak begitu dengar, batinnya bersuara.
"Bukan apa-apa," ucap Jay ketika dirinya sadar berbicara hal 'tak seharusnya dia bicarakan.
"Pokoknya gak usah, titik." Avril mengakhiri obrolan dengan Jay dan mulai fokus ke materi yang disampaikan oleh guru begitu pun Jayyen.
"Kantin yo!" Ajak Putri setelah Bu Maya keluar karena waktunya istirahat.
"Ayok,"
"Lo mau ikut?" tawar putri kepada Jayyen.
Jayyen yang di ajak ke kantin bareng tidak menjawab langsung melainkan melirik ke arah Avril sebentar. Di dalam diri Jay masih merasakan canggung, akan pembahasan dan pembicaraan yang dirinya ingat jika Avril tidak menyukai keberadaannya. Sangat teori sekali padahal mereka bisa dikatakan masih asing tetapi sudah ada perasaan seperti itu di dalam hatinya.
"Gak usah, makasih."
"Ouh oke, kita duluan," pamit Putri sembari menarik tangan Avril. Avril yang ditarik mengikuti langkah Putri saja tanpa ada protesan.
***
Diruang yang berbeda, jam yang sama. Sepasang gender berbicara.
"Eh Ga lo mau kemana?" cegahnya.
"Kantin."
"Bareng?" tanya cowok putih dengan tinggi di atas rata-rata.
"Yaudah ayok." Satria senang mendengar Mega tidak menolak ajakannya.
Mega yang tidak tahu perasaan Satria dengan seenaknya menggandeng jemarinya menuju kantin sedangkan Satria yang tahu tangannya ditarik awalnya terkejut tapi tersenyum tipis, sampai orang lain pun tidak akan ada yang tahu kalau Satria tersenyum..
Sesampainya di kantin, Mega mengajak Satria menuju meja sahabatnya.
"Maaf telat."
"Gapapa kok, duduk Ga."
"Duduk Sat, ouh nya? Kenalin dia Satriana temen satu kelas sama gue,"
"Panggil aja Satria." Satria memperkenalkan dirinya kepada dua teman Mega.
Cewek yang tadi menyuruh Mega duduk menyambut uluran tangan Satria sembari berucap "Gue Putri."
"Avril." singkat.
"Kalian udah pesen?" tanya Mega dan dijawab anggukan mereka. "Lah gue?"
"Biar gue aja yang pesenin, lo mau apa?" Satria menawarkan diri.
"Eh gak usah," tolak Mega tidak enak.
"Gapapa, jadi?"
"Yaudah gue mau siomay 1 sama es teh 1," jawabnya sembari memberikan uang yang di ambil di kantong baju tetapi ditolak Satria.
Satria langsung pergi untuk membeli pesanan Mega dan dirinya setelah Mega menyebutkan pesanannya.
Selang beberapa menit Satria kembali dengan membawa pesanannya yang disimpan di atas meja.
Mereka pun memakan makanannya begitu pun Putri dan Avril memakan makanan, yang sudah dingin karena memunggu Satria memesan makanan agar bisa makan bersama-sama.
Tak lama mereka makan ada yang memanggil Satria "Sat ...." Satria yang dipanggil menoleh mencari orang yang memanggil namanya.

Book Comment (14)

  • avatar
    SevtiyaBnarr

    mantap

    22/03

      0
  • avatar
    Joansyah Pratama

    Penulis yang sangat pintar

    20/02

      0
  • avatar
    Chu Nheen

    wawwww cerita ini sangat bgus aku kasih bingtan 5😋

    02/04/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters