logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 2 Sesak

Sebelum baca, mohon ikuti akun penulisnya ya dan ikuti juga ceritanya agar mendapatkan notifikasi update-nya setiap saat.
Tinggalkan like dan komentarnya kalau cerita ini ingin dilanjutkan. Terima kasih 🙏
Feedback kalian sangat berarti untuk otor untuk melanjutkan cerita ini. God bless us!
Selamat membaca!
***
"Anda harus memastikan apakah benar dia istri bapak?" Seorang petugas kepolisian tadi mengulangi pertanyaannya dengan tatapan serius ke arahku.
"Nama wanita yang bapak sebut tadi sudah benar. Izinkan saya melihatnya lebih dekat!" Pintaku sekali lagi untuk menjawab penasaranku. Dan mungkin petugas kepolisian tersebut penasaran juga, ingin tahu yang sesungguhnya.
"Baik. silakan ke arah sini, Pak!"
Baru saja aku mendekat, Lututku terasa lemas seakan tidak bertulang. Mataku membulat sempurna sebesar bola pingpong. Seketika Lututku terkulai hingga terduduk di atas jalan beraspal.
Dalam keadaan setengah berdiri, tanganku masih gemetar menyingkap kain yang menutupi wajahnya. Benar, mayat wanita yang sudah terbujur kaku tersebut adalah Jannah, istriku.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Jan?" ucapku dengan suara berat dan serak.
"Benarkah, dia istri bapak?" tanya lelaki jangkung berbaju coklat tersebut ke arahku.
Aku hanya mengangguk, tak bisa lagi berkata-kata. Riuh suara orang-orang makin terdengar lebih keras di telingaku. Para pewarta makin banyak mendatangiku dan melayangkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Jawabku hanya mengangguk, lebih banyak diam.
Derasnya informasi seperti angin yang berembus kencang dan tidak dapat dihentikan. Tetangga rumah sudah mulai banyak yang tahu mengenai kematian istriku. Apalagi kematian yang tidak wajar. Cibiran dan gunjingan tak dapat kuhentikan.
Aku hanya menunduk setiap kali berpapasan dengan mereka di jalan, apalagi melintas di depan rumah tetangga. Begitu juga teman-teman di kantor banyak yang menanyakan hal ini padaku. Ada yang iba, ada pula yang mencibirku.
Aku memutuskan pindah rumah yang agak jauh dari tempatku sebelumnya, tidak ingin kedua anakku terganggu mentalnya karena isu ini. Apalagi menjadi sorotan ribuan mata yang memperhatikan mereka. Aku tidak tega melihat mereka berdua kalau harus bertahan sedikit lama di sini.
Tidak hanya di lingkungan rumah, di sekolah pun tak luput dari perhatian orang kepada kedua putraku yang tidak mengerti apa-apa. Ganasnya ombak cibiran tetangga membuatku mengambil keputusan untuk menjauhkan kedua anakku dari lingkungan yang tidak baik untuk perkembangan mental mereka. Bahkan para pewarta pun tak ingin melewatkan kesempatan untuk menanyakan ikhwal kebiasaan Umi mereka di rumah selama ini.
Aku harus membuktikan sendiri bahwa berita yang berembus kencang tidak sepenuhnya benar. Ini pasti sebuah jebakan. Aku hakkul yakin bahwa yang terjadi tidak seperti yang diberitakan.
Apalagi identitas kedua mayat tersebut sudah dikantongi pihak kepolisian. Namun, bagiku perkara ini belum selesai, sebelum kuketahui siapa lelaki yang bersamanya di dalam mobil tersebut. Aku harus mencari tahu siapa dia.
Apa hubungannya dengan istriku. Kenapa dia berada di dalam mobil yang sama. Pertanyaan ini belum terjawab dan harus kucari tahu sendiri untuk membuktikan bahwa Jannah tidak seperti yang diberitakan.
Atau jangan-jangan ini ....
Ah, kepalaku terasa nyeri dan pusing memikirkan kemungkinan yang terburuk.
Sambil menunggu data forensik dari pihak berwajib, aku juga ingin mencari tahu apa yang tidak aku ketahui dari istriku. Pertama-tama, aku harus mencari tahu keberadaan sahabatnya. Akan kuulik semua informasi dari sahabatnya tersebut. Biasanya dia yang paling banyak tahu tentang masa lalu Jannah.
Atau mungkin saja, Jannah memiliki musuh, tetapi siapa?
Aku bekerja sebagai penyuluh di salah satu kantor urusan agama di daerah Kendari. Aku bekerja di sini sudah sekitar sembilan tahun. Dua tahun sebelum menikah dengan Jannah, istriku.
Masih kuingat pertama bertemu dengannya tujuh tahun silam. Saat itu aku bertugas sebagai penyuluh dan narasumber di salah satu kegiatan keagamaan yang diadakan oleh para mahasiswa dan Jannah adalah salah satu panitia di kegiatan tersebut. Jujur, ia sangat menonjol dan mendominasi saat bersama teman-teman akhwat-nya yang lain.
Namun, kami belum saling kenal saat itu. Mungkin, ia hanya mengetahui namaku sebagai narasumber, tetapi tidak dengan sosokku. Aku pun juga begitu, belum mengenal namanya tetapi hanya tahu dari sosoknya yang cukup aktif, itu saja.
Semenjak pertemuan itu, aku sering ikut terlibat dalam kegiatan mereka sebagai narasumber. Rasa penasaranku ingin sekali kuutarakan padanya sekaligus ta'aruf, tetapi aku tak punya nyali. Entah sudah berapa lama benih-benih mahabbah itu tumbuh. Aku pun tidak tahu dan tidak menyadarinya. Bukankah hal itu tumbuh karena hati yang mengizinkan atau karena Pemilik hati itu sendiri yang mengizinkan. Wallahu a'lam.
Karena hal itu, mungkin Ust. Hisyam bisa melihat ketertarikanku pada wanita bercadar itu sehingga beliau menanyakannya langsung padaku. Atau mungkin karena magnetnya sangat terasa daya tariknya seperti teori fisika yang pernah kupelajari. Bisa jadi beliau adalah seorang yang Arif sehingga bisa menebaknya. Atau karena memiliki indra keenam. Entahlah!
"Yaa Ayes. Tuhibbuha? (Wahai Ayes, tertarik dengan wanita itu?)" Sambil mengarahkan pandangannya ke arah wanita yang beliau maksud.
Aku terperanjat dengan pertanyaannya kemudian mengernyitkan dahi. "Man yaa ustaadz? (Siapa yang ustadz maksud)?" Biasanya kalau sekelompok lelaki bercerita selalu to the point, tanpa kata pengantar.
"Almuhajjabah (Wanita bercadar itu)," lanjut Ust Hisyam dengan senyum mengembang.
"Na'am yaa ustadz (Iya, ust. Aku menyukainya)," jawabku malu-malu kemudian membalas senyum. karena malu tingkahku bisa ditebak. Atau mungkin mataku membentuk gambar hati seperti di film kartun sehingga mudah ditebak oleh siapa saja.
"Ismuha Nur Jannah Lahwa binti Hisyam (Namanya ialah Nur Jannah Lahwa binti Hisyam)," lanjut Ust. Hisyam.
Seketika mataku membulat. Mulutku menganga dalam dua detik kemudian kututup kembali untuk menghilangkan keterkejutanku.
Jadi lelaki tua yang bersahaja dan mengajakku bercerita dari tadi adalah ....
Bersambung ....

Book Comment (228)

  • avatar
    KaeriTu

    lumayan

    2h

      0
  • avatar
    ねえ

    cerita yang menarik

    8d

      0
  • avatar
    Nurul FitriResa

    bagus

    21d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters