logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

ANTARA KELUD ~  MERAPI

ANTARA KELUD ~ MERAPI

yanktie ino


BAB 1 LAMARAN

Anggoro Kusno atau yang biasa dipanggil Angga tak percaya. Seminggu lagi dia akan melamar gadis tetangga desanya di dekat puncak gunung Merapi. Saat ini dia sedang mengurus ijin cuti satu hari. Hari Jumat dia tidak dapat kerja, karena hari Kamis malam sepulang kerja, dia akan pulang ke Jogja. Hari Jumat malam dia akan melamar resmi Amie, atau Rahmi Susyarti. Angga dan Amie teman tetangga desa. Angga mengenal Amie karena gadis kecil itu senang main ke rumah sahabatnya saat kelas 2 SMA. Angga selalu melihat gadis kecil kelas 6 SD itu mendatangi rumah Putut temannya. Apa saja yang dikerjakan Putut selalu diperhatikan oleh Amie. Amie juga menjadi ekor kemana pun Putut bergerak di rumahnya.
Saat itu tentu saja Angga sama sekali tak melirik anak kecil yang suka sekali makan getuk lindri. Gadis kecil itu sudah ada di rumah Putut setiap Putut pulang sekolah. Anak SD memang jam belajarnya lebih cepat selesai dari pada Putut yang sudah SMA. Bila tak ada Putut, gadis itu sering menemani mbah uti, neneknya Putut. Dia akan ikut simbah ramban, nyapu halaman atau sesekali mengupas kulit melinjo yang dipanen mbahkung. Nanti melinjo yang sudah dikupas akan dibuat emping oleh mbah uti. Mbah uti sering membuat emping manis kesukaan Amie. Amie juga rajin membantu Mbah uti masak dengan kayu bakar di pawon ( dapur ). Dia anak sulung dengan dua adik laki-laki.
Ketika sedang ospek mahasiswa baru tahun 2011, di universitas tempatnya memberi kuliah. Angga melihat sosok Amie yang setelah menjadi gadis ternyata sangat jauh beda dengan gadis kecil saat dia temui di rumah Putut. Amie sekarang sangat cantik walau di balut dengan kesederhanaan. Itu pertama kali Angga bertemu kembali gadis kecil dari desa sebelah rumahnya. Saat itu Angga sudah menjadi dosen. Karena sejak semester 7 dia sudah ASDOS. Amie dia temui di saat gadis itu menolong temannya yang pingsan saat ospek . Mereka tak sengaja bertemu di klinik kampus.
Sejak itu Angga dan Amie sering bertukar chat, karena jurusan yang ditekuni Amie berbeda dengan jurusan tempat Angga memberi kuliah,maka chat lah sarana pengganti untuk bertemu. Merasa memiliki teman satu daerah di perantauan membuat mereka semakin akrab. Semua hal sering mereka obrolkan dalam chat. Namun tak pernah sekalipun mereka membahas tentang perasaan. Amie memang tak pernah mempunyai rasa sayang pada Angga. Dia menganggap Angga seperti mas Putro dan mas Jhon. Kedua kakak sepupunya yang lebih tua. Mas Ragil walau Amie harus memanggil mas karena urutan silsilah, namun usianya lebih muda dua tahun dari Amie.
Awalnya mereka bercerita meletusnya Merapi di tahun 2010. Saat musibah yang membuat Amie harus kehilangan ayah, ibu dan kedua adiknya. Sehingga simbahnya meminta Amie pindah ke Solo tinggal dengan pakdenya. Keluarga Siswojo, sang pakde sangat menyayangi gadis yatim piatu itu. Ketiga anak pakde Siswojo pun menerima sepupunya dengan peluk hangat. Mereka senang mempunyai saudara perempuan. Karena ketiganya laki-laki. Sedang Angga sendiri memang sejak lulus SMA sengaja kost di Solo untuk kuliah. Dia berpisah dengan Putut sahabatnya yang lulus di ITB sehingga kuliah di Bandung. Saat erupsi Merapi, Putut dan Angga baru saja selesai kuliah dan di wisuda. Angga bekerja di kampus tempatnya menuntut ilmu, sedang Putut kerja di Telkom Bandung.
***
“Aku ingin kita serius. Aku ingin melamarmu.” Angga berkata pelan, saat itu dia dan Amie sedang dalam perjalanan untuk berbuka puasa bersama dengan kelompoknya Amie. Angga bersikeras mengantar, alasannya hujan. Dia tak ingin Amie sakit. Ini sudah tahun kedua sejak Amie kuliah dan kembali bertemu dengan Angga.
“Tapi kita tidak dekat untuk mengawali suatu ikatan pernikahan Mas.” Amie bingung. Karena selama ini dia menganggap Angga adalah sekedar kakak, seperti mas Putro anak sulung pakde Siswojo, dan mas Jhon, anak kedua pakde. Tak pernah ada perasaan lebih. Cinta Amie sejak kecil hanya pada Putut. Pria pertama dan satu-satunya yang ada di hati selain almarhum ayahnya.
“Apa rasa sayangku padamu selama ini kurang? Apa cintaku tak ada artinya buatmu?” tanya Angga. Dia pria polos yang tak pernah menyampaikan kata cinta secara verbal. Dia pikir dengan menunjukkan attensi dan sikap sayang, Amie mengerti apa yang dirasakannya. Sedang Amie merasa attensi dan sayangnya Angga adalah sayang terhadap adik seperti sayangnya mas Putro dan mas Jhon.
“Aku enggak bisa menjawab sekarang Mas, karena ini terlalu terburu-buru. Aku belum bisa menjawabnya. Aku belum bisa.” Amie mengucap berkali-kali kata ‘belum bisa’. Karena dia belum bisa menghapus cintanya pada Putut. “Beri aku waktu, aku akan menjawabnya sesudah lebaran.”
Angga menerima kehendak Amie yang akan memberinya jawaban sehabis lebaran. Walau sebenarnya dia ingin saat lebaran sudah minta doa restu pada ayah dan bundanya. Namun apa mau dikata? Gadis yang dia suka belum memberinya kepastian.
***
Hampir tiga minggu Amie galau. Akankah dia bertahan menunggu hingga bisa bertemu Putut lagi, baru menjawab permintaan Angga? Sudah lima tahun dari dia menyatakan cinta pada Putut. Pasti banyak yang telah terjadi. Apalagi Putut kuliah di Bandung. Kota di mana terkenal dengan mojangnya yang sangat ayu. Masih adakah harapan untuknya yang tidak cantik? Kembali Amie merangkai semua hal baik dan manis tentang Angga. Tak pernah ada cela dari sikapnya selama mereka dua tahun berteman. Dia memikirkan, apa kekurangan Angga yang bisa menjadi alasan untuk menolaknya? Tak ada celah apa pun untuk penolakan itu, selain ‘tidak ada perasaan cinta darinya untuk Angga’.
Amie tahu, dahulu Putut menolaknya karena menganggap, dia masih terlalu kecil. Namun dengan berjalannya waktu, dia sekarang bukan anak SMP lagi. Dia saat ini mahasiswi semester 4. untuk itulah Amie ingin bisa bertemu dahulu dengan Putut. Dia akan mencoba menemui Putut saat idul fitri hari pertama, sebelum dia ikut bude ke Semarang. Itu alasan mengapa Amie minta waktu sampai sesudah lebaran pada Angga. Dia ingin memastikan perasaannya terlebih dahulu.
“Bagaimana dek?” Angga bertanya pada Amie. Dia sedang berkunjung di rumah keluarga pakde Siswojo untuk halal bihalal, padahal sudah seminggu idul fitri berlalu. Hal itu karena saat lebaran Angga pulang ke Jogja dan pakde Siswojo sekeluarga termasuk Amie ke Semarang. Kampung asli bude. Lebaran pertama memang Amie dan pakde Siswojo ada di desa Cangkringan tempat asal Amie, namun dia tak memberitahu Angga yang berada di desa Purbowinangun. Dia tak ingin mereka bertemu. Malamnya Amie ikut keluarga pakdenya ke Semarang hingga kemarin baru kembali ke Solo.
‘Dek? Dia memanggilku dengan sebutan dek? Padahal sejak dahulu dia langsung menyebut namaku tanpa embel-embel,’ Amie heran akan perubahan panggilan dari Angga. Namun dia tak ingin mempermasalahkan. Karena selisih usia mereka memang 4 tahun. Angga memang lebih muda setahun dari Putut walau untuk tingkat kelas mereka sama. Amie ingat saat hari lebaran dia mencari Putut, namun belum sempat bertemu. Saat Amie datang ke rumahnya, Putut sedang ke rumah pakliknya yang sedang sakit.
“Apa Mas serius? Apa Mas tidak asal memintaku? Apa Mas sudah tahu resikonya bila kita bersama?” Amie mencoba mencari jawaban dari Angga sebelum dia menjawab permintaan laki-laki baik di depannya. Karena sudah terlanjur berjanji, dan belum berhasil bertemu dengan Putut. Mau tidak mau hari ini Amie harus menjawab permintaan Angga. Walau sampai saat ini tetap tak ada sedikit pun rasa sayang pada Angga. Namun setelah minta pendapat bude Diah, istri pakde Siswojo, Amie memberanikan diri menjawab permintaan Angga.
“Satu, Mas tidak pernah seserius ini pada siapa pun selain kamu. Ini pertama kali Mas menyukai perempuan sejak remaja. Kedua, Mas tidak asal meminta lalu nanti kamu di tolak oleh orang tuaku. Mas sudah memberitahu serta minta restu bunda sejak tahun lalu saat Mas memantabkan hati untuk melamarmu. Dan ketiga, resiko yang terjadi saat kita bersama adalah kita tidak hanya berdua, tapi bisa jadi bertiga, berempat bahkan bisa sampai ber dua puluh dengan anak cucu nanti.” Jawaban pak dosen tentu tak bisa di lawan.
“Kalau begitu biarkan kita dekat dua bulan lagi, sesudah itu baru aku akan bilang ke bude kalau Mas akan serius. Biar bude yang menentukan kapan orang tua Mas bisa datang ke sini. Aku cuma minta, setelah kita menikah aku tetap ingin merampungkan kuliahku.” Amie memberi jawaban yang membuat Angga bahagia. Baginya bude Diah adalah pengganti almarhum ibunya. Amie sudah menceritakan masalah dia mencintai seseorang sejak kecil dan ingin bertemu dengan sosok itu sebelum menjawab pernyataan Angga. Satu yang Amie pegang, bude bilang ‘kalau memang laki-laki itu jodohmu, kamu pasti akan bertemu dengannya dan bersatu.’
“Mas janji, kamu tetap boleh kuliah hingga selesai. Terima kasih atas balasan yang kamu berikan. Nanti malam Mas akan lapor ke bunda. Karena ketika lebaran, bunda sudah menanyakan tentang kamu.” Angga berjanji kelak istrinya akan tetap boleh melanjutkan kuliah. Angga mencoba menggenggam jemari Amie. Dua tahun mereka berhubungan, sama sekali Angga tak pernah berani menyentuhnya. Bahkan menggandeng saat membantu Amie menyebrang saja Angga tidak berani.
***
“Jadi kami tidak ingin menunda, kalau bisa minggu depan Angga dan Amie sudah menikah secara resmi agama dan negara. Soal resepsi bisa kapan saja.” Demikian keputusan pakde Siswojo. Saat ini sedang acara lamaran. Keluarga besar Angga dari Jogja datang ke Solo. Sedang selain pakde Siswojo, dari pihak Amie juga ada simbahnya dan keluarga dari pihak ibu. Angga dan kedua orang tuanya tentu tak menolak permintaan pakde Siswojo. Bahkan bila bisa, disuruh nikah saat itu pun mereka bersedia.

Book Comment (170)

  • avatar
    Fadey Sungate

    the best novel i reading and will be attach for me

    31/07/2022

      0
  • avatar
    ImutzKeysa

    baguss

    8d

      0
  • avatar
    RamandaIkslah

    pppp

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters