logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7 Pertemuan

Di dalam kamar aku menangis, menumpahkan semua lara yang mengganjal di hatiku. Dengan cara menangislah, aku merasa sedikit lega.
Seharian ini aku mengurung diri di kamar. Ayah, Ibu dan juga kakak ku berkali-kali memanggilku, namun tak ku hiraukan. Bahkan di saat Farah meneleponku pun , aku abaikan. Aku terlalu larut dengan perasaanku. Kadang aku berpikir hidup ini enggak adil, kenapa aku mencintai seorang lelaki yang derajatnya lebih tinggi dari pada aku. "
Ya, Tuhan kenapa engkau pertemukanku dengan Riko," gumamku di sela-sela isak tangisku.
Tiiing...
Tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dengan perasaan malas ku ambil ponselku dan membuka aplikasi berwarna hijau. Mataku membelalak kaget karena melihat pesan yang dikirim oleh Riko. Dalam pesannya Riko memintaku untuk menemuinya nanti malam jam 07.00, katanya ada yang ingin dia katakan padaku.
Dengan perasaan yang tak menentu, ku ketik balasan untuk Riko. Aku bilang padanya kalau aku menyetujui untuk bertemu dengannya di sebuah cafe yang sudah dia bilang tadi. Ku lihat jam yang ada di ponselku sudah menunjukkan pukul 16.20, masih ada waktu untukku bersiap-siap. Dengan perasaan sedikit malas, ku langkahkan kaki ku keluar kamar menuju kamar mandi. Di luar kamar aku melihat tatapan mata kedua orangtua ku seakan-akan memintaku untuk menceritakan semuanya pada mereka tentang masalahku. Aku terus melangkah melewati mereka berjalan ke arah kamar mandi, tanpa mempedulikan tatapan mereka.
Setelah selesai mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamar, di ruang tengah tidak terlihat lagi baik Ayah maupun Ibuku. Mungkin sekarang mereka ada di teras depan, karena suara mereka terdengar dari arah sana. Bergegas aku masuk kedalam kamar, dan segera memakai pakaian yang pantas untuk bertemu dengan Riko. Ada sedikit rasa penasaran di hatiku apa yang akan di sampaikan Riko padaku nanti. Apa dia akan menyampaikan kepadaku kalau dia akan bertunangan dengan Farah sahabatku dalam waktu dekat ini. Kembali hatiku sakit, bila mengingat pengakuan Farah tadi siang. Tak ingin terlalu larut dalam perasaan, segera aku memoles bedak dan lipstik sedikit agar tidak terlihat terlalu pucat.
Setelah selesai segera aku keluar dari kamar. Di teras depan aku bertemu dengan Ayah, Ibu dan juga kakakku. Mereka heran melihatku sudah rapi padahal seharian tadi aku mengurung diri di dalam kamar.
"Sya, mau kemana kamu?" tanya kak Rofiq kakakku.
"Aliesya, mau keluar sebentar kak," jawabku.
"Udah baikkan neh?" Goda kak Rofiq. Aku cuma manyun, kemudian aku minta ijin sekalian pamit pada kedua orang tuaku.
"Yah, Bu. Aliesya keluar sebentar ya, ada janji sama teman," ucapku berpamitan pada mereka.
"Sama siapa? Farah?" tanya Ibu .
"Bukan Bu, teman satu jurusan ada yang mau di bahas masalah tugas kuliah," sahutku berbohong.
"Ya, sudah pulangnya jangan malam-malam, gak baik anak gadis pulang terlalu malam," pesan Ayah.
"Iya Ayah," sahutku seraya mencium kedua tangan orang tuaku dan juga kakakku. Setelah mengucap salam, aku kemudian melangkah keluar menuju taksi online yang sudah ku pesan beberapa waktu lalu. Setelah aku berada di dalam taksi, perlahan si sopir menjalankan mobilnya ke arah cafe yang ku katakan padanya.
Sekitar empat puluh lima menit kemudian aku sampai di cafe yang di maksud. Aku segera turun dari taksi dan mengedarkan pandangan mencari sosok Riko. Tampak di sudut cafe, sosok yang ku cari sedang melambaikan tangannya ke arahku. Bergegas aku menghampirinya.
"Sorry aku telat," seruku setelah sampai di depannya.
"Gak apa-apa, Sya. Aku juga baru sampai," jawab Riko. Dia lalu mempersilahkan aku untuk duduk.
Malam ini Riko terlihat begitu tampan aku sampai terpesona di buatnya. Lamunan ku buyar ketika seorang pramusaji menawarkan menu yang ada di cafe ini.
"Kamu mau pesan apa, Sya?" tanya Riko seraya menyerahkan buku menu ke tanganku.
"Samain aja sama kamu," sahutku. Riko kemudian memesan dua jus alpukat, steak dan hidangan penutup puding coklat. Pramusaji tersebut mencatat semua pesanan yang di minta Riko, setelah itu dia pergi untuk segera menyiapkan pesanan. Sambil menunggu pesanan kami datang. Riko tiba-tiba saja menggenggam tanganku dengan erat seraya berkata.
"Sya, aku mau jujur padamu, sebenarnya sejak pertama kali bertemu denganmu di mall waktu itu, aku sering memikirkan mu. Aku sering berharap bisa bertemu denganmu lagi," ungkap Riko penuh perasaan.
Aku terkejut sekaligus senang mendengar kata-kata Riko barusan. Ada perasaan bahagia menyelinap dalam hatiku mendengar pengakuan dari Riko, ternyata perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan.
"Dan, Sya. Ternyata Tuhan mengabulkan do'aku, kita kembali di pertemukan dengan tragedi rem sepedaku yang blong," lanjutnya lagi seraya menatapku.
"Sungguh, Sya. Aku sangat ingin kamu bisa menjadi pendamping dalam hidupku, aku mencintaimu, Sya." Riko terus melanjutkan kata-katanya.
Angan-anganku melayang mendengar semua kata-kata yang keluar dari mulut Riko. Antara percaya dan tidak. Aku sangat takut ini hanyalah sebuah mimpi, dan kalau memang benar ini hanya mimpi, aku merasa tidak ingin bangun lagi. Ku cubit lenganku untuk memastikan kalau aku tidak bermimpi, ternyata sakit. Itu artinya aku tidak bermimpi. Aku tersentak kaget manakala seorang pramusaji datang menghantarkan makanan yang tadinya kami pesan.
"Silahkan," ucap si pramusaji seraya tersenyum ramah. Aku membalas senyuman si pramusaji. Aku dan Riko lalu menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Untuk sesaat aku lupa kalau Riko baru saja mengungkapkan perasaannya padaku.
Setelah selesai menikati hidangan, lagi-lagi Riko mengulang ucapannya.
"Sya. Aku benar-benar mencintaimu dan ingin kamu menjadi kekasihku. Kamu mau 'kan?" sekali lagi Riko menyatakan cinta padaku.
Aku senang sekali mendengarnya, namun ketika aku ingin menjawab tiba-tiba saja bayangan Farah melintas di pikiranku. Bayangan dan kata-kata Farah terngiang-ngiang di telingaku. Aku jadi bimbang dan bingung di buatnya, membuat aku terdiam seribu bahasa. Sungguh aku tidak ingin mengkhianati sahabatku sendiri, Farah yang selalu baik padaku tak mungkin aku tega menusuknya dari belakang. Walaupun hatiku hancur aku harus menerima kenyataan ini.

Book Comment (301)

  • avatar
    كرنيءاسبه كرنيءاسيه كرنيءت

    cerita yh bgus, dan trjdi didunia nyata.. sorti yg tlah ku alami smasa dlu.. alur yg bgtu smpurna.. trimksh utk pnulisan crta yg bgtu mnkjubkn😉🌹🌹🌹

    03/05/2022

      0
  • avatar
    TasnimNur Aina

    aku sangat suka bab ini

    5d

      0
  • avatar
    PurnamaNaura

    halo saya sangat senang membaca ini karna seru dan enak di baca

    14d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters