logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Keinginan Gita

Alesha menjalani hari-hari sendiri tanpa Rama. Sejak Rama pergi, dia tak pernah sekalipun pulang.
"Drrtt...Ddrrtt... Ddrrttt..." Handphone Alesha bergetar. Alesha yang baru bangun tidur langsung mengangkatnya dengan mata yang masih mengantuk.
"Halo.." Ucap Alesha pelan, dia masih setengah tersadar.
"Halo Bu Alesha, saya sudah tahu Pak Rama ada di mana." Ucap seorang pria dari seberang sana.
"Di mana?" Alesha yang mendengarnya seketika menjadi tersadar dan kehilangan rasa kantuknya.
"Pak Rama di rumah sakit Cahaya Medika Gemilang Bu. Kondisi wanita bernama Gita sepertinya masih belum baik, dengar-dengar dia mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya sehingga mengalami pendarahan di otaknya." Jawabnya.
"Baik... Terima kasih. Kerja kamu bagus." Ucap Alesha lalu mematikan teleponnya.
Orang yang baru saja menelpon Alesha adalah orang suruhannya, dia merasa tak mungkin mencari tahu keberadaan Rama seorang diri, dia memang menyuruh orang tersebut untuk mencari tahu tentang Rama.
Alesha lalu menyingkap selimut dari atas tubuhnya, dia bergegas mandi dan berpakaian, lalu dia bergegas pergi ke rumah sakit tempat Gita di rawat.
"Sus pasien atas nama Gita kamar berapa yah?" Tanya Alesha pada seorang suster.
"Gita siapa yah? Di sini ada beberapa orang yang namanya Gita Bu."
"Gita Korban kecelakaan sekitar 2 minggu yang lalu."
"Oh iya ada di kamar VIP 4 Bu."
"Makasih Sus.." Alesha langsung berjalan menuju ruang rawat Gita.
"Kamar VIP ? Bukannya Gita hanya wanita biasa yah? Apa Rama yang membayar semua biaya rumah sakitnya? Ahh sudahlah biarkan saja." Ucap Alesha dalam hati.
Gita memang hanya wanita biasa, orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan sejak dia masih sekolah menengah. Hanya ada kakaknya saja, tapi dia tinggal di luar kota. Jika untuk membiayai dirinya sendiri dengan kemewahan, Gita memang cukup mampu, tapi untuk membayar biaya rumah sakit yang jumlahnya puluhan hingga ratusan juta, Alesha merasa itu tak mungkin apalagi dia menggunakan fasilitas VIP di salah satu rumah sakit besar.
Alesha menutup matanya sejenak, berharap kali ini dia tidak menangis, begitu besar cinta Rama pada Gita hingga dia mau berkorban waktu dan materi.
Alesha berhenti tepat di depan pintu kamar rawat Gita. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya berkali-kali. Perlahan dia membuka pintu. Belum sempat dia masuk, Gita dan Rama sedang berbincang. Terlihat kondisi Gita yang belum pulih sedang berbaring di atas kasur, sementara Rama duduk disampingnya sambil menggenggam tangan Gita.
Rasa sakit hati Alesha semakin menyeruak ketika mendengar obrolan mereka.
"Ram, kamu jangan tinggalkan aku lagi." Pinta Gita.
"Iya aku akan selalu ada buat kamu, kamu tenang aja." Balas Rama.
"Maafkan aku, aku pikir aku mampu melihat kamu bersama Alesha, ternyata aku tidak sanggup Ram. Aku ingin kamu jadi milik aku." Gita menggenggam erat tangan Rama dan menatapnya sendu.
"Iya.. secepatnya aku akan tinggalkan Alesha, kamu tenang yah. Kita akan bersama lagi setelah aku dan Alesha resmi berpisah. Kalau perlu aku akan singkirkan dia dari kehidupan kita selamanya, aku akan melakukan apapun." Rama lalu mencium tangan Gita dan mengelusnya lembut.
"Apa?? Dia bahkan berniat menyingkirkan aku? Dia ternyata sekeji dan sejahat itu padaku." Ucap Alesha dengan suara pelan.
Alesha yang sedari tadi berdiri di pintu dan mendengar semuanya akhirnya menitikkan air mata untuk kesekian kalinya. Dia merasa tak ada rasa sakit hati yang pernah dia rasakan, yang jauh lebih sakit dari apa yang Rama berikan padanya.
Melihat mereka saling tersenyum dan saling menatap penuh cinta membuat dadanya terasa sesak. Lagi-lagi dia salah terlalu berharap Rama tidak akan menjalin hubungan lagi dengan Gita setelah mereka menikah karena biar bagaimanapun Rama sudah punya istri yang mau tidak mau harus dia hargai perasaannya. Tapi tidak, Rama tidak peduli dengan statusnya. Dia tetap bersama wanita lain walaupun dia sudah punya istri.
Alesha tak mampu lagi menyaksikan mereka, hatinya begitu rapuh.
"Aku tidak boleh terus lemah seperti ini agar Rama tidak lagi bisa membuatku menangis, mulai saat ini aku ingin melupakan bahwa aku mencintai Rama." Ucapnya dalam hati. Alesha tiba-tiba bangkit dan tak ingin menangis lagi, entah dia mendapatkan kekuatan hati dari mana, dia lalu menghapus air matanya dan bertekad untuk masuk ke dalam.
"Assalamualaikum.." ucap Alesha, dia berusaha membentangkan senyumannya di hadapan Rama dan Gita.
"Wa'alaikum salam.. Alesha??" Ucap Rama kaget, entah kenapa dia langsung melepaskan tangan Gita ketika melihat Alesha datang tiba-tiba.
"Kenapa di lepaskan tangannya? Aku tidak keberatan. Silahkan dilanjutkan." Alesha tersenyum. Dia sebenarnya memaksakan diri untuk kuat di depan Rama. Tapi dia ingin Rama menganggapnya tidak peduli lagi dengan apapun yang Rama lakukan.
" Alesha kenapa kamu di sini?" Tanya Rama.
"Aku hanya mau melihat keadaan Gita. Kamu tidak apa-apa kan Gita?" Tanya Alesha.
"Aku tidak tahu, kepalaku dan seluruh tubuhku masih sakit, dan sesekali sakitnya tak tertahankan. Tapi aku merasa lebih baik sekarang ." Jawab Gita.
"Syukurlah.. kalau begitu apa Rama sudah bisa pulang sekarang? Aku merasa kesepian di rumah tanpa SUAMIKU." Alesha menekankan kata terakhirnya.
"Maksud kamu apa? Aku tidak mau pulang." Tolak Rama.
"kamu lupa kalau kamu adalah suamiku sekarang dan aku istrimu?" Balas Alesha menatap Rama tajam.
"Alesha... Kamu mau kan mengikhlaskan Rama untuk aku seperti yang kamu bilang waktu itu." Ucap Gita pada Alesha.
"Tidak... Aku berubah fikiran." Jawab Alesha, awalnya memang dia berniat melepaskan Rama begitu saja untuk Gita sebelum mereka menikah karena saat itu Gita merasa bersalah dan terlihat sebagai wanita yang sangat baik, dia juga adalah korban kebohongan Rama. Tapi mengetahui bahwa Rama dan Gita masih menjalin hubungan saat Rama sudah berstatus suaminya, Alesha tak bisa terima. Apalagi Alesha mendengar baru saja Gita meminta Rama meninggalkan Alesha, Alesha jadi berubah fikiran.
"Kenapa begitu?? Kamu sendiri yang waktu itu bilang akan melepaskan Rama agar dia bahagia".
"Iya tapi sebelum aku menjawab, aku ingin bertanya, waktu itu kamu ingin agar aku tetap bersama Rama, kamu merasa bersalah telah menghancurkan hubungan kami, sekarang kenapa kamu mau merebut dia dari aku saat kami sudah menikah?"
"Alesha sudah cukup, ini rumah sakit. Lebih baik kamu pulang sekarang."
"Tidak Rama, dia harus tau. Dulu sebelum kita menikah, aku memang berniat mengikhlaskan kalian bersama, tapi itu dulu...Tapi sekarang apa pantas kalian menjalin hubungan saat Rama jelas sudah punya istri Sekarang?"
Mendengar perkataan Alesha, Gita menangis. Dia tak bisa berkata apapun lagi.
Alesha sebenarnya merasa kasihan pada Gita karena Gita masih sakit, tapi tetap saja apa yang Gita dan Rama lakukan tidak bisa di benarkan.
"Alesha kamu pulang sekarang, kita bicarakan nanti." Pinta Rama.
"Aku akan pulang bersama kamu." Balas Alesha dengan tegas.
"Aku bilang aku tidak akan pernah pulang ke rumah itu."
"Baiklah... Kalau begitu, aku yang akan membuatmu pulang secepatnya... Aku pergi sekarang." Ucap Alesha dengan tegas.
Alesha Langsung keluar dan tersenyum. Dia tak ingin lagi menangis ataupun terluka, baginya rasa sakit hatinya sudah cukup hingga membuatnya tak ingin merasakannya lagi. Dia bertekad dalam hati untuk membuat Rama menyesal dan bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.

Book Comment (149)

  • avatar
    PujiantiFitri

    bener gita harus tegas.. laki2 seperti rama tK pantas di pertahankan 😠

    23/06/2022

      0
  • avatar
    LenTracey

    rawr

    10d

      0
  • avatar
    ComPagaden

    bagus

    11d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters