logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari beberapa mulut para siswa yang kemarin menyaksikan dimana Ambar masuk ke dalam mobil yang di setiri seorang pria dewasa di dalamnya.
'' Ambar kemarin itu siapa?''
'' Apa dia om mu?''
'' Ambar, apa kau memiliki sugar dady?''
Pertanyaan dari yang sederhana sampai yang menohok merasuk ketelinga Ambar. '' Apa itu sugar dady?'' gumam Ambar yang belum mengerti dengan maksud dari perkataan seperti itu.
'' Ya Allah Ambar, sugar Dady itu berarti kau adalah simpanan dari om-om,'' bisik Anaya dengan polosnya tanpa menyadari kalau ucapannya akan membuat Ambar terpukul.
Tetesan air mata keluar begitu saja dari pelupuk mata Ambar tanpa permisi, pernyataan seperti itu membuat ia benar-benar terluka.
Bagaimana kalau mereka tau kalau nantinya aku akan menjadi seorang istri dari kakak ipar ku? apa pernyataan itu akan lebih parah dari ini? itulah yang di pikirkan Ambar dengan langkah goyah nya.
Ambar meninggalkan sekolah tanpa menunggu jam pulang sekolah, ia benar-benar syok dengan apa yang dia dengar, ia masuk ke dalam rumah dan membuka juga menutup pintunya dengan sangat keras sehingga membuat Atnan yang kebetulan sedang libur dari kantornya merasa terganggu dengan kebisingan yang di ciptakan oleh Ambar.
'' Apa itu?'' gumam Atnan yang sedang berada di ruang bacanya.
Brakk
Suara keras itu terdengar lagi, suara keras itu berasal dari kamar Ambar yang di tutup nya dengan sangat kencang.
'' Bii!!!'' teriak Atnan
'' Iya Pak, saya,'' sahut pembantu rumah nya.
'' Suara apa itu?'' tanya nya
'' Oh i-itu Non Ambar pak, dia pulang sekolah dengan keadaan menangis.'' Jawab nya.
Setelah tau siapa yang membuat kebisingan itu, Atnan menyuruh pembantunya melakukan pekerjaan nya kembali dan ia mulai beranjak karena ingin mencari tau sebab Ambar bersikap seperti itu.
'' Ambar buka!!'' teriak Atnan dengan tangan yang terus menggedor pintu kamar Ambar yang di kunci nya dari dalam.
Tapi sayang, tidak ada sahutan dari dalam kamar yang tentu membuat Atnan semakin marah karena panggilan nya terabaikan oleh Ambar.
'' Tidak sopan! buka atau saya dobrak!'' teriak Atnan lagi.
Saat Atnan ingin mendorong pintu itu, pintunya terbuka dengan perlahan dan membuat Atnan mengurungkan niatnya untuk merusak pintu kamar Ambar.
'' Apa yang kau lakukan hah! kenapa kau bersikap kurang ajar seperti ini! memangnya kau pikir ini rumah milik orang tua mu!!'' bentak Atnan dengan sangat kencang.
'' Iya, aku disini hanya seorang tamu atau bisa di sebut sebagai tumbal, yang sebentar lagi akan di jadikan seorang istri dari pria kasar dan keras kepala seperti kakak!'' balas Ambar membentak Atnan yang tentu membuat Atnan merasa bingung karena baru kali ini Ambar berani berkata lantang padanya.
'' Apa yang terjadi?'' tanya Atnan menurunkan nada bicaranya.
'' Gara-gara kakak, aku di gosipin satu sekolah, mereka mengira kalau aku adalah simpanan om-om,'' jawab Ambar dengan isakan tangisnya.
'' Kenapa mereka bisa berkata seperti itu?''
'' Karena kakak jemput aku kemarin!'' Brakk. Ambar kembali menutup pintu kamar nya dengan sangat keras.
Atnan menghela nafasnya dengan panjang, ia benar-benar sangat menahan emosinya, kalau tidak berpikir kalau Ambar adalah adik dari mendiang istrinya mungkin nasib Ambar sudah TAMAT saat itu juga.
'' Tenangkan dirimu! dan jangan membuat keributan lagi!'' teriak Atnan dari luar kamar.
Atnan pun berlalu dari sana dan kembali ke ruang bacanya, dengan wajah yang memerah karena menahan emosi ia meraih gagang telepon dengan sangat kasar dan menekan tombol-tombol yang ada di telpon untuk menghubungi seseorang.
'' Saya wali dari Ambar Putri, cepat bereskan rumor yang menyangkut dengan Ambar.'' Ucap Atnan dengan tegas dan menutup sambungan telepon itu tanpa permisi.
Seminggu telah berlalu, Ambar tidak sama sekali keluar kamar, makan pun selalu di antar oleh para pembantu, ia benar-benar terpukul dengan apa yang terucap oleh mulut-mulut teman sekolahnya.
Besok adalah hari dimana ujiannya berlangsung, selama ia tidak masuk sekolah, ia selalu belajar melalui daring, dan itu tidak di permasalahkan oleh pihak sekolah.
Matahari sudah mulai menunjukkan cahayanya, seorang gadis sudah siap dengan pakaian sekolahnya, ya dia adalah Ambar. Dengan waktu satu Minggu ia merasa cukup untuk menenangkan pikiran nya juga dirinya.
Dengan langkah yang di mulai dari doa-doa nya ia mendekatkan dirinya untuk berangkat ke sekolah.
Atnan memperhatikan Ambar dari jarak jauh dan berkata.
'' Sudah selesai bertapanya? ingat! jangan pulang terlambat karena kita akan pergi ke suatu tempat,'' ucap Atnan yang tidak sama sekali mendapatkan jawaban atau sahutan dari Ambar.
Seperti biasa ia selalu menggunakan angkutan umum untuk alat transportasi nya agar sampai ke sekolah, dan kali ini ia menggunakan ojek online yang dia pesan.
Sesampainya di sekolah, dengan hati yang ragu karena takut ada yang akan mempertanyakan soal yang sama dengan hari itu, ia melangkah dengan ragu tapi sepanjang ia berjalan dari depan gerbang sampai ke kelasnya, tidak ada sama sekali yang bertanya maupun bergunjing tentang nya.
Ya itu tentu membuat Ambar merasa lega, karena Ambar mengira kalau teman-teman sekolah nya sudah melupakan apa yang telah terjadi.
'' Ambar!'' teriak seseorang yang baru saja masuk kelas dan langsung menghampiri Ambar di bangkunya.
'' Nay, kebiasaan sekali kamu,'' dengus Ambar.
'' Kita dapat ruangan yang sama lho selama ujian berlangsung,'' ucap Anaya dengan bahagia nya.
'' Benarkah. Alhamdulillah.'' Ucap Ambar.
Ujian hari ini berlangsung dengan lancar, dan para murid pun di bubarkan karena sudah selesai untuk ujian hari ini.
Syafa berdiri menunggu ojek pesanan nya datang, dan seorang pria dengan menggunakan sepeda motor lengkap dengan jaket juga helmnya berhenti tepat di depan Ambar.
Tanpa bertanya apapun, Ambar naik begitu saja tanpa rasa curiga siapa yang membawa sepeda motornya.
Ambar menyadari keanehan, ia melihat sekelilingnya dan melihat pemandangan setempat. '' Ini bukan jalan menuju ke rumah,'' gumam Ambar.
'' Bang, Abang salah jalannya,'' tegur Ambar pada pria yang membawanya itu.
'' Bang-bang, memangnya kau pikir saya tukang ojek,'' ketus pria itu menjawab ucapan Ambar.
'' Lah terus situ siapa?'' tanya Ambar dengan polosnya.
Tidak ada jawaban dari pria yang ada di depannya itu, namun tiba-tiba pria itu menghentikan motornya tepat di hadapan sebuah kantor yang bertuliskan Kantor Urusan Agama.
Lagi-lagi Ambar merasa bingung, kenapa dia di bawa ke sini? itulah yang ada di pikiran gadis polos itu.
Namun sesaat kemudian kebingungan nya terjawab sudah setelah pria yang membonceng nya itu membuka helmnya dan membuka jaketnya.
'' Kakak ipar?'' lirih Ambar yang memundurkan langkahnya secara perlahan.
'' Cepat ikut, kita harus segera melakukan ijab Kabul, saya tidak mau di hantui rasa bersalah karena belum mewujudkan permintaan mendiang Istri saya,'' ucap pria itu yang ternyata adalah Atnan.

Book Comment (237)

  • avatar
    Amoy Santy Arsya

    saya suka sekali dengan cerita novel ini🥰

    07/05/2022

      1
  • avatar
    Nevi

    wah, udah terbit ternyata.🤗 ceritanya bagus, semangat kak.💪🥰

    01/05/2022

      4
  • avatar
    Salwat Salwat

    Bagus sekali

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters