logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 3

Di dalam mobil taxi, seorang gadis sangat enggan keluar dari sana walaupun sedari tadi sang ibu membujuknya untuk segera turun.
Dia Ambar dan Ibu angkat nya, Iis Aryanti. Mereka telah sampai di kediaman Sarah dan Atnan namun Ambar masih enggan untuk tinggal di sana entah karena apa tapi memang Ambar sangat tidak menyukai seseorang yang menurutnya asing di matanya.
"Bu tapi Ambar tidak mau tinggal disini," rengek Ambar dengan manja.
"Ya sudah kalau begitu biar kamu ikut saja dengan ibu dan ayah ke Surabaya," ancam Iis pada Ambar.
"Ih ibu," akhirnya Ambar menuruti ucapan Iis untuk keluar dari mobil dan ikut masuk ke dalam rumah Sarah.
Setelah membayar ongkos taxi, Iis menggandeng tangan Ambar untuk ikut dengan nya ke dalam rumah.
Iis mengetuk pintu nya dan di bukakan dengan seorang pembantu yang bekerja di sana.
"Saya Iis, Tante nya Sarah," ucap Iis memperkenalkan diri nya.
"Njeh nyonya, silahkan masuk." Ucap pembantu itu mempersilahkan Iis dan Ambar masuk.
Pembantu Sarah berpamitan untuk memanggilkan Sarah yang ada di kamarnya.
Hanya menunggu beberapa menit, akhirnya Sarah pun datang dan menyambut kedatangan Iis dan adik kandungnya dengan hangat.
"Tante, Ambar." Ucap Sarah dengan wajah yang tersenyum bahagia, Sarah sangat senang karena dia sudah lama tidak berjumpa dengan Ambar adiknya dan baru kali ini di beri kesempatan untuk bertemu.
"Sarah, apa kabar nak?"balas Iis yang langsung memeluk keponakannya.
"Kabar ku sedikit membaik Tante, tapi tidak tau kalau besok, heheh." Gurah Sarah dengan kekehannya.
"Hussstt, jangan bicara seperti itu, tente selalu berdoa agar kau di beri kesehatan," ucap Iis yang sudah tau tentang penyakit Sarah yang memang penyakit dari keturunan mendiang sang ibu, adiknya sendiri.
"Aamiin, aku selalu berharap seperti itu, tapi kalau memang sudah takdir mau di kata apa kan Tan," jawab Sarah.
"Aahhh, kenapa jadi membicarakan tentang penyakit sialan ini, duduk lah Tan, Ambar. Aku akan menyiapkan minum dan cemilan untuk teman berbincang kita," ucap Sarah lagi dan dia pun pamit permisi menuju dapur.
Bisa saja Sarah memerintahkan pembantu nya untuk membuatkan minuman namun begitulah Sarah, yang sangat suka bergerak karena menurutnya dengan cara bergerak akan membuat nya merasa lupa dari penyakit yang di deritanya.
"Bu, biar saya saja yang membuatnya," ucap pembantu nya, namun dengan halus Sarah menolak nya dan menyuruh pembantu nya mengerjakan pekerjaan lain.
Setelah selesai membuat minuman dan menyiapkan beberapa cemilan untuk di bawanya ke ruang tamu, dia pun membawanya menggunakan nampan dan berjalan menuju dimana Iis dan Ambar berada.
"Maaf ya Tan, lama," ucap Sarah.
"Ah kamu repot-repot segala, oh ya kemana suami mu Sar?" tanya Iis.
"Mas Atnan belum pulang dari kantornya, Tan." Jawab Sarah.
"Bu, ka Sarah, Ambar boleh ke taman belakang tidak, mau mencari udara segar," izin Ambar.
"Iya sayang, silahkan. Ini juga kan rumah kamu buat apa meminta izin segala," jawab Sarah dan Ambar pun pergi meninggalkan Iis dan Sarah yang tengah mengobrol.
"Tan, aku mau berbicara serius sama Tante," ucap Sarah dengan suara yang sangat pelan.
"Apa Sar,''
"Dokter sudah memprediksi bahwa hidup ku tidak akan lama lagi, hitungan bulan aku akan pergi meninggalkan mas Atnan suami ku dan kalian semua, aku sangat mengkhawatirkannya, mas Atnan bagaimana kalau tidak ada yang menjaganya."Lirih Sarah dengan wajah sendu nya.
"Sar, hidup jodoh dan maut hanya ada di tangan yang maha kuasa, jangan berpikiran yang tidak-tidak," ucap Iis menyela ucapan Sarah.
"Aku tau Tan, tapi bagaimana kalau itu kenyataan. Maka dari itu aku sudah memikirkan sebuah rencana untuk menikahkan mas Atnan pada orang lain agar ada yang bisa menjaga nya kelak jika aku tidak ada nanti." Ucapan Sarah sungguh membuat Iis tercengang.
"Kau ini ada-ada saja, baru kali ini aku mendengar ada seorang istri mau mencarikan jodoh untuk suaminya,"
"Bukan hanya sekedar mencari Tan, tapi aku sudah mendapatkan nya," ucap Sarah dengan wajah bahagia nya.
"Siapa? Lagipula memangnya Atnan setuju."
"Pasti setuju," ucap Sarah dengan rasa keyakinannya.
"Memangnya siapa, wanita mana yang mau di jadikan madu dari wanita secantik dirimu?"
"Semoga dia setuju," gumam Sarah yang ternyata Iis mendengar nya.
"Dia siapa?" Tanya Iis lagi yang mulai penasaran.
"Ambar," jawab Sarah dengan percaya dirinya.
"Haahh!!! Apa kau gila Sar, dia adik mu, tidak mungkin dia mau menjadi madu dari kakaknya sendiri, lagipula aku juga tidak sama sekali menyetujuinya."
"Mau tidak mau dia harus mau, dan setuju atau tidak Tante dengan keputusan ku, aku akan tetap menjalani misi ku untuk menikahkan adik ku dengan Suami aku." Keukeuh Sarah dengan pendirian nya.
'' Sar kamu bertindak sejauh ini,'' ucap Iis dengan kesal.
'' Tante, aku juga tidak akan ceroboh kok, lagipula aku sudah menuliskan surat wasiat untuk mas Atnan yang ku titipkan pada pengacara ku untuk memberikan nya kelak nanti aku sudah tiada,'' ucap Sarah dengan suara yang pelan.
'' Tapi Sar, adik mu masih kecil,''
'' Aku mohon Tan,''
'' Haahhh, terserah katamu saja, tapi jika nantinya Ambar menolak nya aku harap tidak akan ada masalah.'' Ucap Iis dengan kesal nya, ia benar-benar tidak menyetujui perjodohan antara anak angkatnya dengan suami keponakannya sendiri.
Terlebih lagi Iis menginginkan Ambar bisa menyelesaikan pendidikannya bukan begini maunya.

Book Comment (237)

  • avatar
    Amoy Santy Arsya

    saya suka sekali dengan cerita novel ini🥰

    07/05/2022

      1
  • avatar
    Nevi

    wah, udah terbit ternyata.🤗 ceritanya bagus, semangat kak.💪🥰

    01/05/2022

      4
  • avatar
    Salwat Salwat

    Bagus sekali

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters