logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Pekerjaan Baru

Tita terbangun seperti orang bingung. Dia menggosok matanya dan bergumam, "Ini dimana?"
Perlahan dia teringat kembali kejadian kemarin kembali rasa tersayat terasa di hatinya. Dia juga teringat insiden hampir ditabrak oleh pria yang kini terbaring di atas tempat tidur di ruang rawat.
"Benar juga, ini di rumah sakit," lirih Tita.
Dia melihat pria itu juga mulai bangun.
"Selamat pagi," ucapnya.
Pria itu memandangnya dan terdiam.
"Apa kau bidadari? Aku sudah mati ya?" ucap pria yang belum sadar 100%.
"Apa kau sungguh-sungguh terbentur sangat keras?" ucap Tita memukul kepala pria itu untuk menyadarkannya.
"Aduh, sakit," ucap pria itu mengaduh.
"Kalau sakit masih hidup, kan!" seru Tita berkacak pinggang.
"Namanya juga baru bangun kadang ngelag," sanggah pria itu tak mau kalah.
"Sudahlah, karena kamu sudah bangun, aku pamit dulu," ucap Tita mulai membereskan barang-barangnya.
"Hei, tunggu dulu, kau tidak mau pekerjaan? Aku bisa saja memberikan pekerjaan untukmu kau tahu kan siapa diriku," ucap pria itu menahan langkah Tita.
"Apa kerjaannya?" tanya Tita menoleh ke arah pria itu.
"Jadilah asisten ku," ucapnya.
"Hah?" jawab Tita singkat dan kemudian melambaikan tangannya.
"Gajimu lima kali lipat dari biaya sewa kamar ini," lanjutnya sedikit meninggikan suaranya.
Tita berbalik arah dan mendekati pria itu. Sewa kamar ini 3 juta dan lima kali lipatnya artinya 15 juta, mata Tita berbinar memikirkan uang sebanyak itu.
"Serius lima kali lipat? 15 juta?" tanya Tita ingin menegaskan lagi.
"Tentu saja, aku bosnya," ucap pria itu dengan sombongnya.
"Deal, jangan menyesal telah menggajiku tinggi," balas Tita menjabat tangan Kiano.
"Baiklah Tuan Kiano jadi kapan saya bisa mulai bekerja?" ucap Tita mengganti kata aku dengan saya supaya lebih sopan di depan atasannya.
"Hm, jadi sopan ya sekarang, tadi saja tak acuh," lontar Kiano.
"Oiya jangan panggil Kiano, tapi Zaf," lanjutnya.
"Tuan Zaf, baiklah," ucap Tita sopan.
"Tanpa tuan," koreksi Zaf.
"Baiklah, Zaf," ucap Tita cengengesan.
"Dengar sebagai asisten ku, kau harus menuruti apapun perkataanku tanpa membantah," kata Zaf mulai bersikap layaknya bos.
"Siap, Bos," jawab Tita sigap.
"Bagus, kau bekerja mulai hari ini," ucap Zaf.
"Jadi apa yang harus kulakukan, Bos," tanya Tita.
Dalam hatinya dia sudah membayangkan uang 15 juta jika di tabung dalam satu tahun pasti bisa untuk membuka usaha kecil-kecilan. Jadi dia sangat bersemangat untuk melakukan apapun perintah bosnya. Selama itu bukan menjual diri tentunya karena dia pantang melakukan itu.
"Aku lapar, carikan makanan di luar," perintahnya.
"Siap Bos, bubur ayam atau?" Melihat lirikan tajam Zaf, Tita tahu dia tidak mau makanan lembek seperti bubur.
Tita keluar dan mencari restoran yang buka di pagi hari dan memesan menu breakfast di sana.
"Sabar Tita demi masa depanmu, buktikan pada orang-orang itu kalau kamu tidak mudah hancur. Akan kubalas kalian nanti, lihat saja kalian akan menangis saat melihatku sukses," batin Tita sambil menunggu pesanannya.
Pesanan selesai dengan cepat dia kembali ke kamar bos barunya.
"Nasi omelette, dan ginger tea," ucap Tita memberikan menu sarapan pagi untuk bosnya.
"Ya, daripada bubur," jawab Zaf.
"Kenapa tidak dimakan?" tanya Tita saat melihat sarapan itu hanya tergeletak tidak berdaya.
"Apa tugasmu sudah selesai aku sedang sakit," balas Zaf.
"What? Maksudnya suruh nyuapin dia? OMG dapat bos begini amat, duh sabar Tita," batin Tita dengan senyum ramah mulai menyendok makanan itu ke mulut bosnya.
"Nurut juga gadis ini," batin Zaf yang sengaja menguji kesabaran Tita.
"Hei, aku sudah menyiapkan tempat untukmu singgah, kau bisa pakai nanti. Dan ada yang akan mengantarmu ke sana, jangan lupa segera kemari lagi," ucap Zaf datar.
"Tempat singgah, baik juga ini orang," batin Tita.
"Terima kasih, Bos," ucap Tita cengengesan.
Tak lama seorang pria paruh baya masuk ke ruangan dengan setelah rapi ala pelayan eropa.
"Mari Nona, saya antar Anda," ucapnya dengan sopan.
Tita menarik dua kopernya dan pelayan itu ikut membantu. Mobil melaju menuju rumah singgah yang dikatakan bosnya tadi. Tita tak bisa berkata-kata, sebuah rumah yang terbilang lengkap dengan perabotannya. Tidak terlalu mewah tapi bagi Tita ini sangat bagus.
"Pak, ini beneran untuk saya?" tanya Tita.
"Tuan Muda memberikan pesan untuk memberikan kunci rumah ini kepada Anda," terangnya sopan.
Tita menerima kunci rumah yang sangat bagus baginya, tidak mewah tetapi cukup baginya. Ditambah lagi tidak perlu membayar uang sewanya.
"Nona, Tuan Muda ingin Anda segera kembali ke rumah sakit," kata pelayan itu dengan sopan.
"Baiklah," jawab Tita.
"Baru juga ingin istirahat sebentar di rumah baru ternyata harus kerja lagi, memang gaji 15 juta tidak mungkin kerjanya ongkang-ongkang kaki," keluh Tita.
Dia membersihkan diri dan berganti baju, mengenakan kaos dan celana denim serta mengikat rambutnya.
"Ayo berangkat," ajak Tita kepada pelayan Zaf.
"Ehm, maaf Nona bisakah Anda tampil lebih feminim dan rapi kalau bisa juga terlihat cantik," ucap pelayan itu.
"Apa? Apa dia juga mempermasalahkan penampilan asistennya?" tanya Tita.
"Tidak pantas jika asisten Tuan Muda terlihat tidak berkelas," jawab pelayan itu.
"Baik, tunggu sebentar," jawab Tita dia pun masuk kembali ke kamarnya mengganti bajunya dengan dress dan cardigan senada, mengenakan sepatu berhak sedang kemudian mengurai rambutnya, menatanya dan mengenakan aksesoris manis.
"Oke, lihat siapa ini, oh, kau cantik sekali, Tita," ucap Tita pada dirinya sendiri di depan cermin.
Setelah puas dengan penampilannya dia pun keluar dan pelayan itu membukakan pintu mobil, artinya dandanannya kali ini sudah pas.
"Maaf Nona, tuan muda menyuruh saya mengambil pakaiannya, jadi kita mampir dulu ke rumah," ucap pelayan itu menjelaskan.
Gerbang terlihat dan mobil itu masuk ke dalam. Dalam hati Tita berkata, "Sekaya inikah dia, rumahnya sebesar istana."
Mereka masuk di sambil beberapa pelayan wanita dengan seragam maid khas pelayan eropa yang sepertinya bertugas menyambut para tamu.
"Tuan, ini sudah selesai." Seorang pelayan wanita menyerahkan koper kepada pelayan Zaf.
"Terima kasih," jawab pelayan itu.
Para pelayan wanita itu tersenyum kepada Tita dan sebagian berbisik-bisik.
Di mana-mana sama saja, selalu saja membicarakan orang lain.
Tita masuk kembali ke ruangan Zaf, ternyata pria itu sedang tidur. Dia hanya meletakkan koper milik Zaf di dekat tempat tidurnya. Tak ingin membangunkan bosnya, dia duduk sambil berselancar dengan ponsel pintarnya. Dia melihat website lomba desain rancangan gaun yang tadinya ingin dia ikuti tapi kandas karena desain miliknya telah dicuri sahabatnya sendiri.
Tita menghela napas panjang, impiannya menjadi desainer harus tertunda, setidaknya dia akan memulai lagi setelah memiliki cukup uang. Lalu impian menjadi pengantin Tristan sudah pasti tak bisa lagi, kandas sudah. Dan disinilah dia berakhir di kamar rumah sakit bersama bos barunya.
“Hanya dalam satu hari, satu hari dan semuanya hilang, benar-benar tidak terduga,” gumamnya.
“Lalu apa yang akan kau lakukan?”
“Membalas mereka, menghancurkan mereka, supaya mereka merasakan sakitnya pengkhianatan yang telah mereka lakukan padaku,” ucap Tita tanpa sadar menjawab pertanyaan Zaf.
“Kau sudah bangun?” tanya Tita.
“Ya, baru saja,” jawab Zaf, “mau kubantu balas dendam dengan mantanmu itu?” tanya Zaf dengan senyum menyeringai.
“Hm?”
Tita berpikir sebentar, bukankah sangat menyenangkan membalas Tristan dengan mengenalkan Zaf padanya sebagai kekasih barunya. Dia lebih segalanya dari Tristan, hanya satu saja kekurangannya mereka tidak memiliki hubungan bahkan Tita tidak tertarik dengan Zaf.
“Kenapa kau ingin membantuku?” tanya Tita, tidak mungkin pria di depannya ini membantunya secara cuma-cuma.
Pria itu membuka ponselnya lalu menggeser layarnya hingga menampilkan foto wanita cantik.
“Aku mau kau berpura-pura menjadi kekasihku, setidaknya cukup meyakinkan hingga wanita ini percaya aku sudah melupakannya,” balas Zaf.
“Hm, boleh juga, kita berpura-pura untuk membalas mantan kita masing-masing, menarik. Simbiosis mutualisme, kuterima tawaran mu,” jawab Tita saat melihat foto wanita yang mengisi kolom gosip. Rupanya mereka telah putus dan itu belum tercium media. Kedekatan Tita dan Zaf bisa menjadi bahan gosip juga nantinya. Tapi itu akan menguntungkan baginya, Tristan dan Lia akan melihat dirinya. Senyuman menyeringai Tita terlihat.
“Lihat saja, kubalas kalian,” gumamnya.

Book Comment (341)

  • avatar
    Nesya Servigia

    sumpahhh baguss bgt wee toppp si

    15/06

      1
  • avatar
    IrnawatiMurni

    alurnya jelas dan ringan

    09/05

      0
  • avatar
    TattooErick

    ceritanya bagus

    25/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters