logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Apakah Ini Mimpi?

At Ausie
Setelah sampai di bandara, Salsa menghubungi tantenya dan memberitahukan bahwa Salsa dan Qila sudah sampai di Ausie.
“Tante, aku sudah sampai di Bandara.”
“Kamu langsung ke Apartemen aja Sal, ajak Qila kesana kasian dia kecapean. Tante dan Om belum bisa pulang karena keadaan abangmu kritis.”
“Iya tante, tapi setelah mengantar kak Qila ke Apart aku ingin melihat abang ke rumah sakit ya.”
“Jangan Sal, kamu harus menemani Qila dan biarkanlah Qila istirahat jangan sampai dia tahu dulu bahwa Dave ada di Rumah sakit.”
“Iya tan.”
Wajah Salsa murung, Qila heran mengapa wajah adik sepupu Dave terlihat sangat sedih. Ada apa ? batin Qila terus meronta untuk bertanya namun dirinya tidak berani hingga akhirnya suara Salsa membuyarkan lamunan Qila.
“Kak, kita ke Apart dulu ya untuk istirahat.”
Qila hanya mengangguk dan menarik kopernya ke bagasi taksi, setelah sampai di apart, Qila duduk di sofa dan tidak langsung bertanya tentang keberadaan Dave, Qila tau bahwa Salsa lelah dan terlihat dari wajahnya bahwa Salsa seperti sedang banyak pikiran.
“Kakak istirahat saja dulu, besok aku ajak kakak untuk bertemu Bang Dave.”
“Iya Sal.” Qila masuk ke dalam kamar dan istirahat. Matanya tidak mampu terpejam meski badannya lelah. Qila terus memikirkan Dave, satu sisi dia bahagia akan segera bertemu Dave setelah beberapa tahun tidak bertemu tapi satu sisi lagi Qila merasa bahwa perasaannya khawatir dan ada getaran rasa sakit yang tak Qila tau dari mana rasa itu datang. Qila berusaha menenangkan dirinya dan berusaha untuk memejamkan matanya.
Keesokan harinya, Qila bangun lebih awal dan menyiapkan makan untuk dirinya dan Salsa, wajah Qila begitu sumringah karena hari ini adalah hari yang selalu dia tunggu, hari penantian yang kini akan terwujudkan yaitu bertemu sang pujaan. Qila terus tersenyum dan membayangkan bagaimana dia bertemu Dave setelah beberapa tahun tidak bertemu? Akankan canggung atau akan langsung memeluknya karena saking rindunya. Qila tersenyum memikirkannya. Saat pikiran Qila jauh berkelana datanglah Salsa dengan pakaian yang sudah rapih.
“Sal, sarapan dulu” kata Qila
“Nanti aja ya kak, sekarang kita harus bertemu bang Dave.” kata Salsa berusaha tenang.
“Tapi Sal, dari kemarin kamu belum makan. Wajah kamu pucet nanti kamu sakit mending sarapan dulu.” Kata Qila yang memang tau bahwa Salsa belum makan dan terlihat wajahnya sangat pucat dan seakan tidak memiliki kekuatan. Salsa hanya tersenyum, ingin sekali dirinya menangis dan berteriak memberitahukan bahwa abangnya sedang berada di rumah sakit.
“Kak, bang Dave sudah menunggu, kasian nanti dia menunggu lama, lebih baik kita pergi sekarang dan biar nanti makan di jalan,” Ucap Salsa ramah
“Tapi . .”
“ Berangkat ya kak, aku tunggu di depan.” Salsa meninggalkan Qila karena Salsa yakin bahwa Qila akan terus memaksanya untuk saapan terlebih dahulu sedangkan dirinya sudah tidak kuat ingin bertemu abang sepupunya.
At Rumah sakit
“Sebentar, kamu sakit Sal? Kok kita ke rumah sakit? Siapa yang sakit?”
“Kakak ikut saja ya, nanti kakak juga tau”
Qila hanya mengangguk dan mengikuti Salsa dari belakang. Qila terus berpikir sebenarnya ada apa, kok ke rumah sakit dan lagi mengapa ada ayah dan bunda Dave disini. “jangan berpikiran negative Qila, semua pasti baik-baik saja, mungkin ini karena Salsa ingin periksa kesehatan karena dari kemarin belum makan dan juga wajahnya pucat.” Saat sampai di hadapan keluarga Dave, Qila langsung menyalami orang tua Dave.
“Assalamualaikum bun, bunda apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, Qila sangat rindu pada bunda.” Ucap Qila.
Bunda Dave langsung memeluk Qila dan menangis sesenggukan, Qila bingung ada apa sebenanrnya? Mengapa bunda Dave menangis dan memeluknya sangat erat, seperti ada kesakitan dalam pelukannya. Ada apa ini? Qila semakin bingung dengan semua keadaan ini.
“Ada apa bun? Kok bunda nangis? Dave mana bun? Dave baik-baik saja kan bun?” Qila sudah tidak bisa menahan semua pertanyaannya yang terus memenuhi benaknya. Bunda Dave bukannya menjawab, dia malah semakin menangis dan itu semakin membuat Qila bingung.
“Sebenernya ini ada apa? Mengapa semua diam? Salsa ada apa? Yah, bun ada apa?” semuanya hanya diam hingga Dimas ( adik sepupu Dave) datang dan berkata,
“Bang Dave keadaannya kritis dan sekarang lagi di tangani dokter.” Qila berbalik dan mengarahkan pandangannya pada seorang laki-laki seumuran Dave, badannya tegap dan rambutnya pirang sama seperti Salsa, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Qila mengernyitkan alisnya hingga akhirnya dia sadar bahwa orang yang dia tatap adalah orang yang ia kenal, sepupu Dave yang selalu bermain dengannya sewaktu kecil. Qila menghampiri lelaki itu dan berkata, “ Dave dimana? Kamu jangan bercanda Dimas, ini tidak lucu.” meski Qila sudah tidak kuat menahan perasaan yang kian berkecamuk dalam dadanya, Qila terus menepis pikiran negative yang hadir dalam pikirannya, dia berpikir  bahwa semuanya sedang membuat kejutan untuk dirinya.
“Kak, Bang Dave ada disana” sambil menunjuk sebuah ruangan yang dari tadi ada dibelakang Qila, satu tetes air mata jatuh dari kelopak mata Qila, Qila terdiam di tempat dan mencoba mencerna setiap perkataan Dimas, kaki Qila sangat berat untuk berbalik seakan ada hal yang menahannya untuk berbalik. Qila hanya terdiam tanpa melakukan apapun hingga akhirnya dia berbalik saat dokter keluar dari ruangan yang ditunjuk Dimas tadi. Qila hanya mendengarkan dan mencoba mencerna setiap pertanyaan dan perkataan orangtua Dave dan Dokter, saat semua orang yang ada disana mendengarkan penjelasaan dokter, tanpa waktu lama Qila berlari memasuki ruangan yang ditunjuk Dimas sebagai ruangan Dave tadi. Tubuh Qila membeku saat sudah berada tepat di depan sang pasien. Air mata Qila turun perlahan lahan, dada Qila sesak seakan semua oksigen yang hilang bersama dengan terbaringnya orang yang sangat dia cintai. Qila menjerit dalam diam dan air matanya terus berjatuhan. Qila memejamkan matanya dan berharap bahwa ini hanyalah  mimpi buruk hingga akhirnya Salsa datang dan membuyarkan lamunan Qila.
“Kakak harus sabar ya.” Qila hanya terdiam tanpa membalas pelukan Salsa tubuhnya membeku dan tak mampu melakukan apapun, semua sendinya sakit dan air matanya tidak kunjung berhenti keluar. Qila melepaskan pelukan Salsa dan menghadap pada Dave yang terbaring lemah tak berdaya.
“Dave,,ini aku Dave,,kamu denger aku kan Dave, kamu lagi prank aku kan. Dave bangun, bangun Dave, aku rindu kamu Dave,,banguun EL-David. Semua ini tidak lucu.” Sentak Qila dengan suara serak.
Qila terus menangis dan kakinya sudah tidak mampu menompang berat tubuhnya sendiri, Qila terjatuh dan terduduk di lantai dengan air mata yang terus mengalir deras. Salsa yang melihat kejadian itu menangis dan seakan ikut merasakan bagaimana kesakitan Qila saat ini, Salsa berjongkok dan kembali memeluk Qila, Qila membalas pelukan Salsa dengan erat, Qila menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Salsa hingga akhirnya tidak ada lagi suara isak tangis Qila. Salsa melepaskan pelukannya dan Qila terjatuh, Qila pingsan dan Salsa panik lalu memanggil dokter dan Qila di bawa ke ruang rawat.
***
Qila sadar dari pingsannnya dan langsung menanyakan bagaimana keadaan Dave pada bunda Dave dan Salsa yang dengan setia menemaninya.
“Bun, Dave bagaimana? Dave sudah bangun kan bun, Dave hanya bercanda kan bun, Dave mau beri kejutan buat Qila kan?” Qila tersenyum dalam tangisnya. Qila belum bisa mempercayai semua yang terjadi sekarang ini, semua terasa seperti mimpi buruk yang panjang dan Qila sangat sulit untuk terbangun dari mimpi buruk ini. Bunda Dave hanya menangis dan memeluk Qila dengan erat, bunda Dave mencoba menyalurkan kekuatan pada Qila dan meyakinkan Qila bahwa Dave akan baik-baik saja. Bunda Dave sedih melihat keadaan Qila saat ini.
“Bun, kita ke ruangan Dave ya, Qila yakin bahwa Dave sudah bangun, Dave pasti nungguin Qila.” kata Qila dengan suara serak dan air mata yang terus semakin deras.
“Kamu harus istirahat sayang, tubuh kamu kelelahan,” Ucap bunda Dave. Tanpa menghiraukan ucapan bunda Dave, Qila berlari keluar ruangan dan berjalan dengan tertatih menuju ruangan Dave. Qila masuk dan melihat kekasihnya masih berada pada kondisi dan posisi yang sama tanpa ada perubahan sedikitpun malah wajah Dave semakin pucat. Qila duduk dan memegang tangan Dave. Qila bercerita banyak pada Dave meskipun Qila tau bahwa Dave belum sadar. Saat Qila berkata, “Dave aku merindukanmu, aku mencintaimu Dave.” Tiba-tiba setelah Qila berbicara itu tangan Dave bergerak dan Dave sadar. Qila tersenyum meski air matanya belum berhenti menetes. Saking bahagianya Qila ingin berlari keluar dan memberitahukan keluarga Dave bahwa Dave sudah sadar. Namun belum juga tegap berdiri tangan Dave menarik tangan Qila dan menyuruh Qila untuk kembali duduk. Qila duduk dan menatap Dave dengan tatapan sendu, Dave menatap Qila dengan air mata yang jatuh dari ujung matanya, Dave menggenggam tangan Qila dengan erat dan berkata,
“Aku juga merindukanmu Ia, aku mencintaimu.” Dave berkata dengan suara yang pelan namun dapat di dengar oleh Qila, Qila menangis dan Dave kembali berkata “ Jaga diri kamu baik-baik.” setelah kata itu Dave kembali tertidur dan layar monitor menunjukan garis panjang. Qila menggoyang-goyangkan tubuh Dave namun tidak ada reaksi. Qila berlari keluar dan mengatakan hal itu pada keluarga Dave, keluarga Dave terkejut dan langsung memanggil dokter. Dokter masuk dan setelah beberapa menit dokter kembali keluar dan mengatakan bahwa kondisi Dave sudah sangat lemah, Dave tidak bisa tertolong. Qila berlari kedalam dan menggoyangkan tubuh Dave, Qila tidak bisa menerima kenyataan ini, bunda Dave menangis dan begitu terpukul atas kematian Dave, ayah Dave mencoba menenangkan bunda Dave dan Salsa berlari memeluk Qila dan mencoba menguatkan Qila meskipun Salsapun tidak mampu menahan rasa yang kian berkecamuk dalam dirinya, Salsa menangis dan tetap memeluk Qila.
“Lo harus sabar kak.” ucap Salsa dengan suara serak dan isak tangis yang masih terus terdengar. Qila hanya terdiam dan tatapannya kosong hingga akhirnya Qila kembali terjatuh dan pingsan.
At apartemen
Qila hanya terdiam dan pandangannya kosong, air matanya terus saja keluar. Qila tidak menyangka kejutan yang dia harapkan ternyata sangat menyakitkan, kejutan yang tidak pernah dia inginkan, Qila berpikir bahwa dengan datangnya dia ke Ausie akan membawa kebahagian dengan pertemuan dan pertunangannya dengan Dave, namun kenyataannya Dave pergi dan meninggalkannya untuk selamanya, penantian bertahun-tahun yang Qila lakukan berujung kehilangan.
“Mengapa Dave, mengapa kamu pergi lebih dulu, mengapa kau balas penantian dan kerinduanku dengan kesakitan. Mana bahagia yang kau janjikan?Mana janji yang kau ucapkan?Semua hanya omong kosong. Mengapa kau meninggalkanku Dave?”
Qila mengacak rambutnya dan memukulkan tangannya ke lantai. “Mengapa semua terjadi Tuhan? Mengapa kau mengambilnya lebih cepat?” Salsa masuk ke kamar Qila, Salsa membawa sebuah camera recorder yang sering Dave bawa kemanapun dia pergi. Salsa duduk disamping Qila dan menyerahkan camera recorder itu pada Qila. Qila mengambilnya dan melihat isinya. Qila tersenyum saat dia melihat wajah Dave pada camera recorder itu, wajah Dave pada camera itu sedang tersenyum dan sangat ceria.
“Hai Aqila Lusyara Dewi, besok aku pulang dan kerinduan ini akan segera terobati, oh iya ini cincin yang aku siapin buat tunangan kita bagus kan?” kata Dave dengan senyum lebar “Qila kamu sabar ya tungguin aku pulang.”
“Itu adalah satu hari sebelum Bang Dave pulang dan sebelum penyakitnya yang tiba-tiba kembali kambuh.” ucap Salsa pada Qila, Qila memandang Salsa dengan bingung karena Qila memang tidak mengetahui bahwa Dave sakit. Sebelum Qila bertanya, Salsa berkata “kalau kakak ingin tau selebihnya kakak bisa membuka video yang selanjutnya.” Qila hanya mengikuti apa yang diucapkan Salsa, pada video itu Qila melihat Dave yang sedang duduk di sebuah taman dengan muka yang sangat pucat, Dave tersenyum dan berkata,
“Iaa saat kamu melihat video ini mungkin aku sudah tidak ada dan dunia kita menjadi berbeda. Aku sudah tidak bisa melihatmu dan mengobati rindumu maafkan aku, ketahuilah bahwa saat ini aku sangat merindukanmu, sangat ingin melihatmu dan memelukmu, Iaa,,aku sakit maaf karena baru kali ini aku bisa ngomong sama kamu bahwa aku sakit. Aku akan jujur padamu bahwa selama beberapa tahun ini aku sibuk berobat, makannya aku jarang menghubungimu karena bunda dan ayah melarangku untuk memainkan handphone.Maafkan aku juga, karena saat aku pergi ke Ausie aku berbohong padamu dengan bilang bahwa aku akan melanjutkan sekolah disini. Aku tidak pernah melupakanmu, bahkan hari ini aku tau, bahwa kau sedang menungguku untuk memakaikan cincin ini di jarimu, namun takdir berkata lain. Aku tidak bisa pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan, maafkan aku karena aku mengecewakanmu di hari bahagia kita, jaga dirimu baik-baik. Maafkan aku. Aku mencintaimu.”

Book Comment (34)

  • avatar
    SuhaeniEni

    baik

    11d

      0
  • avatar
    VeraNila

    cakep

    12/08

      0
  • avatar
    viviazzhr69

    bagus

    09/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters