logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bosku Tampan Bosku Sayang

Bosku Tampan Bosku Sayang

Hikaru San


Chapter 1 Si Tampan

Natasya, seorang gadis belia berusia 19 tahun yang akrab dipanggil 'Nasya', bekerja di sebuah toko bunga dekat tempatnya tinggal. Gadis yang hidup sebatang kara ini selalu bersemangat dalam menjalani kesehariannya.
Sifatnya yang polos, tidak pernah mempunya pemikiran apa pun terhadap orang di sekitarnya. Ya, dia adalah Natasya Wilda. Gadis penjual bunga yang selalu ramah dan tersenyum riang setiap harinya.
Setiap pagi, Nasya mengantar pesanan bunga di komplek perumahan dekat toko bunga tempatnya bekerja. Semangatnya tidak pernah padam. Senyumnya selalu merekah pada customer setianya, membuat mereka menyukai gadis cantik bertubuh mungil tersebut.
"Pagi ... ," sapa Nasya pada salah satu pelanggan. Senyumnya mengembang, pekerjaan ini membuatnya nyaman.
"Pagi juga Nasya, bungamu hari ini segar sekali. Sesegar pengirimnya," ucap wanita paruh baya yang membuat pipi Nasya memerah.
"Wah, terima kasih Nyoya, Anda juga sangat cantik pagi hari ini." Menyerahkan sebuket bunga, Nasya sedikit berbasa-basi terhadap pelanggannya.
Setelah dirasa cukup, Nasya kembali mengayunkan sepedanya pelan. Ia bergumam menyanyikan sebuah lagu cinta 'Tak Sanggup Melupa'. Lagu ini selalu menjadi lagu favoritnya. Suara merdu sang penyanyi membuatnya terhipnotis dengan alunan suaranya.
Saat asyik bernyanyi, tidak sengaja Nasya menabrak sebuah mobil fortuner putih yang tengah parkir di bahu jalan.
Nasya jatuh dan terjungkal, semua bunga hancur berserakan. Alarm mobil pun berbunyi sangat keras, Nasya panik tak karuan. Di dalam pikirannya hanya satu, pasti Bos Stevi akan marah dan memotong gajinya yang sedikit.
Tin ... tin ... tin ...
Suara alarm mobil itu tak mau berhenti, Nasya semakin panik dan bingung harus melakukan apa, ia tidak ingin dituduh sebagai pencuri mobil oleh pemiliknya.
"Hei! Apa yang kamu lakukan pada mobilku?" Si pemilik mobil datang. Suaranya meninggi, membuat Nasya tak berani melihat pemilik suara tersebut.
Lelaki itu langsung mematikan alarm mobilnya, ia tidak mau karena bunyi alarm mobilnya dapat menggemparkan seluruh isi komplek perumahan.
"Maaf ... ." Nasya hanya menunduk takut. Ia tak berani melihat wajah lelaki di depannya.
"Kalau diajak bicara, lihat yang di depan, jangan nunduk!" Terdengar suara lelaki itu meninggi.
Pelan, Nasya mengangkat wajahnya. Seorang pria tampan berpostur tinggi, badannya tegap, berkulit putih, usia berkisar 33 tahun berdiri di hadapannya. Akan tetapi sikapnya benar-benar dingin dan tak bersahabat.
'Gosh ... tampan,' gumam Nasya dalam hati. Ia begitu terkesima melihat lelaki tersebut.
"Hei! Malah bengong, aku nggak nyuruh kamu buat bengong." Ucapan laki-laki itu sungguh sarkastik bagi Nasya. Hilang sudah ketampanannya karena ucapannya.
"Maaf ... ," ujar Nasya lirih.
"Hadeh ... sudah berapa kali kamu mengucap kata maaf." Lelaki itu langsung pergi meninggalkan Nasya tanpa sepatah kata apapun. Melihat Nasya membuatnya semakin geram.
Mobilnya mulai melaju dan meninggalkan Nasya sendirian dengan bunga pesanan pelanggan yang hancur berantakan.
"Dasar orang aneh!" Nasya masih menggerutu. Mimpi apa dia semalam harus bertemu dengan lelaki kasar macam itu.
Nasya merapikan bunga-bunga yang rusak, hatinya kacau, pasti si Bos akan marah bila melihat bunganya hancur berantakan. Bisa-bisa gajinya bulan ini dipotong untuk mengganti bunga yang rusak. Sial sekali Nasya hari ini, bertemu orang yang kasar, dan harus lapang dada jika gajinya dipotong.
Ini bukanlah hal baru baginya, menghadapi si Bos yang sangat galak dan semena-mena terhadapnya. Ada keinginan untuk pindah kerja, tetapi ia ragu. Apa masih ada perusahaan yang menerima lulusan SMA. Sepertinya Nasya memang harus bersabar menghadapi bosnya, jika masih ingin bertahan untuk menyambung hidupnya di kota.
Sesampainya di toko, Nasya melihat si Bos tengah berbincang dengan seseorang. Ragu, Nasya mendekat dan menceritakan semua yang terjadi padanya pagi ini.
Seperti biasa, bosnya marah-marah dan semena-mena memotong gajinya yang sedikit.
"Nasya, gajimu bulan ini aku potong untuk mengganti bunga yang rusak," ujar Stevi.
"Tapi bos ... ." Mendengarnya membuat dunia Nasya semakin runtuh. Bagaimana ia bisa bertahan hidup di bulan ini dengan gaji yang sedikit.
"Udah nggak ada tapi-tapian, kamu sering loh kayak gini. Aku tuh jadi heran, kamu ngapain aja, sih, di jalan?"
Nasya hanya terdiam, mendengar Stevi marah membuatnya hanya tertunduk dan tak berani membantah.
"Udah Stev, kasihan pegawaimu, biar aku saja yang ganti kerugianmu," ujar pria di samping Stevi.
"Tapi Ndra ... "
"Udah nggak apa-apa, itu juga karena mobilku tadi parkir sembarangan, makanya dia jatuh."
Nasya membulatkan matanya, ia tidak percaya kalau pria yang di depannya kini adalah pria yang ia temui tadi. Hari ini lelaki itu sudah menjadi penyelamat gajinya. Sifatnya sangat berbanding terbalik saat mereka bertemu. Apakah Nasya harus berucap terima kasih atau tidak? Sungguh membuatnya bingung.
"Ish ... Udah, ah, kita cabut aja yuk," ajak stevi pada Rendra. Ia tidak suka melihat pembelaan Rendra pada Nasya.
Tatapan Stevi menunjukkan tidak suka, sedangkan lelaki itu, tiba-tiba saja tersenyum manis kepada Nasya. Lelaki yang tadinya tampak beringas dan kasar, kini terlihat sangat manis di hadapan Nasya.
‘Benar-benar seperti bunglon,’ gumam Nasya dalam hati.
Mereka berlalu meninggalkan Nasya yang masih berdiri di depan meja. Melihat mereka membuat Nasya semakin bertanya. Mereka berdua terlihat sangat dekat dan Stevi terlihat begitu manja kepada Rendra.
Bagi Nasya wajah lelaki itu sangatlah tampan, tetapi apa dia pacar Stevi bosnya? pertanyaan itu yang kini muncul dalam benak Nasya. Benar-benar mimpi jika ia harus mengharap Rendra menjadi kekasih hatinya. Sepertinya usianya jauh diatas Nasya. Yang jelas status keduanya begitu jauh berbeda.
***
Pagi ini mentari masih tertutup awan mendung. Suasana mendung membuat Nasya malas beranjak dari tidurnya. Tubuhnya masih rapi terbungkus selimut. Matanya masih terasa berat, hari ini ia memutuskan untuk mencari pekerjaan yang baru.
Pekerjaan yang lama membuatnya tercekik di saat tanggal sudah mulai menua. Terkadang ia harus menghemat pengeluarannya agar bisa bertahan hidup sampai akhir bulan.
Pukul sembilan pagi Nasya sudah bersiap-siap. Membawa beberapa surat lamaran pekerjaan, menenteng tas dan memakai pakaian formal. Rambutnya yang sebahu ia biarkan tergerai agar terkesan lebih rapi. Warna rambutnya yang kecokelatan memantul terkena terik matahari.
Berjalan ke depan gang, Nasya menunggu angkot yang lewat. Hampir setengah jam menunggu, tetapi tidak ada satu angkot pun yang lewat. Ia pun hampir putus asa.
Sebuah mobil fortuner putih yang sangat ia kenal tiba-tiba berhenti di hadapannya. Si pemilik mobil turun dan menghampirinya. Bagai bertemu pangeran charming, Nasya tak berkedip melihat Rendra yang mendekat.
"Hai, kamu gadis penjual bunga kemarin itu, kan?" Senyumnya yang indah mampu membuat Nasya malu.
"Iya Om," jawab Nasya malu-malu.
"Kenalin, aku Rendra, siapa nama kamu? " Mengulurkan tangan dan mengutas seulas senyum.
"Aku Natasya, panggil aja Nasya." Nasya masih malu menundukkan wajahnya.
"Kamu mau ke mana? bareng aku saja sekalian," tawarnya dengan ramah.
"Enggak ah, aku naik angkot saja," ucap Nasya, tetapi sebenarnya ia hanya gengsi untuk menerima tawaran Rendra.
"Kamu yakin? Ini sudah siang, lho."
Ucapan Rendra membuat Nasya tampak berpikir. Tanpa berpikir panjang, akhirnya ia menyetujui ajakan Rendra. Setidaknya, ia bisa menghemat ongkos angkot.
Rendra membukakan pintu mobil untuk Nasya dan berjalan memutar. Masuk mobil dan mulai menghidupkan mesinnya. Rendra mulai menghidupkan mesin mobil dan menginjak pedal gas, langsung melajukan mobilnya dengan senyum yang terurai. Wajahnya terlihat bahagia pagi ini, berbeda saat pertama kali mereka bertemu.
Sepanjang perjalanan mereka tampak canggung, bingung apa yang diobrolkan. Nasya melihat mobil-mobil yang berseliweran dan menghitungnya dalam hati.
"Ada berapa jumlah mobil yang sudah kamu hitung?" tanya Rendra, melihat gadis di sampingnya membuatnya tersenyum heran.
"Ish... Om apaan, sih." Natasya malu.
"Hahaha biasa aja, Sya, nggak usah malu. Eh, by the way kamu mau aku antar ke mana?" tanya Rendra.
"Emmm ... aku bingung, Om." Nasya hanya meringis. Ia benar-benar tidak tahu ke mana ia harus mencari pekerjaan.
"Lho, kok, kamu ini memang gadis yang aneh, pantas saja Stevi selalu marah padamu." Rendra menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebenarnya aku mau mencari pekerjaan, Om. Bos Stevi terlalu galak. Bisa-bisa gajiku habis dipotongnya." Nasya menggerutu.
"Ha ha ha, itu karena kamu ceroboh. Kamu mau kerja sama aku?" tanyanya sekilas melirik. Mencoba memberi tawaran pekerjaan.
"Kerja sama, Om?" ragu Nasya. Melihat Rendra dari atas sampai bawah.
"Huum." Rendra mengiyakan.
"Kerja apaan, Om? Tapi aku nggak mau, ya, jadi simpanannya, Om." Natasya mulai berbicara konyol. Ia hanya takut bila Rendra macam-macam.
"Ya nggak lah, ngawur kamu." Rendra menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lha terus kerjanya apaan?" tanya Nasya polos.
Rendra terus melajukan mobilnya menuju kantor tanpa persetujuan Nasya. Membuat gadis di sampingnya semakin ragu sekaligus takut bila Rendra berbuat yang aneh-aneh kepadanya. Ia baru mengenal Rendra, belum mengenal dengan baik bagaimana karakternya. Apakah dia orang baik atau orang jahat yang suka menculik gadis.
Akhirnya mereka sampai di kantor milik Rendra. Turun, Nasya mengikuti Rendra yang telah berjalan di depannya. Lelaki itu mempercepat langkahnya, membuat Natasya kesusahan mengimbangi langkahnya. Tubuhnya yang tinggi membuat langkahnya lebih lebar dari pada langkah Nasya yang kecil.
"Om, tungguin. " Nasya merengek.
"Belum bekerja sudah menyusahkan." Rendra melirik sekilas dan mengacuhkan Nasya yang protes.
"Bos aneh! " gerutu Nasya. Bisa-bisanya lelaki di depannya kembali bersikap ketus terhadapnya.
Kini, mereka tengah berada di ruangan Rendra, ruangan yang tidak begitu luas tetapi cukup nyaman. Usaha milik Rendra bergerak di bidang percetakan yang melayani berbagai macam jenis cetak.
Rendra duduk bersila di sofa, sedangkan Nasya masih berdiri bingung dengan pekerjaan apa yang akan ia dapat.
"Kamu nggak usah bingung, lagian juga aku nggak bakal jadiin kamu simpanan. Aku juga masih waras, nggak mungkin suka sama gadis kecil kayak kamu."
Nasya mengerucutkan bibirnya tak terima disebut anak kecil, tetapi lebih tepatnya hatinya kecewa, karena dia bukan tipikal gadis idaman Rendra.
Rendra terkekeh melihat ekspresi Nasya yang menurutnya sangat lucu. Baru kali ini ia mendapati gadis sepolos Nasya. Gadis yang aneh, lucu dan menggemaskan.
Ia berdiri mendekati Nasya yang tengah cemberut. Ia melihat gadis yang ada di hadapannya dari atas sampai bawah. Cantik, tetapi menurutnya Nasya terbilang gadis yang lugu.
"Mulai besok kamu jadi asisten saya. "
Nasya membulatkan mata seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar, tak mengira akan menjadi asisten Bos. Padahal ia hanya lulusan SMA.
"Tapi ... Om. " Nasya merasa keberatan, kemampuannya terlalu jauh untuk menjadi seoarang asisten bos.
"Udah deh, kerjaannya mudah kok. Kamu cukup menyiapkan keperluanku tiap harinya dan aku bakal gaji kamu lebih dari yang Stevi kasih." Tatapan mata elang Rendra menyambar.
Nasya gugup, ia bingung menerimanya atau tidak. Tuntutan biaya hidup mengharuskan ia mencari gaji lebih besar, tetapi dalam hati kecilnya ia takut. Hatinya terasa ketar-ketir bila Rendra akan berbuat macam-macam kepadanya.
Mata elang itu terus saja menatap mata Nasya hingga membuatnya gugup. Tak pernah ia berjarak sedekat ini dengan lelaki. Lelaki yang penuh karisma itu masih saja mengejar netranya, hingga membuat Nasya semakin gugup.
"Baiklah, aku setuju." Akhirnya Natasya menyetujui. Rendra tersenyum puas.
"Fix ... aku akan buat surat perjanjian, besok kamu sudah mulai bekerja. " Rendra tersenyum miring.
Nasya terkejut, tak mengira bila harus ada perjanjian dalam pekerjaannya ini. Apa sebenarnya yang diinginkan Rendra darinya? Kenapa harus menggunakan surat perjanjian untuk menjadi asistennya?
Lelaki di depannya sungguh seperti sebuah misteri yang tiba-tiba datang lalu menawarinya pekerjaan dan membuat sebuah perjanjian.

Book Comment (174)

  • avatar
    putraLucky

    karena ngomonya terlalu bagus

    8d

      0
  • avatar
    21Melanii

    saya suka cerita novel nya

    18d

      0
  • avatar
    Putri Sulung

    ooo

    19d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters