logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Menggila

Pagi itu, Jean mematikan mesin mobilnya, tepat di depan rumahnya yang pernah ditinggalinya bersama Adam itu. Ia kemudian turun dari mobilnya dengan menenteng sebuah palu berukuran sedang dan bertangkai panjang, serta sebuah koper.
Dengan senyum yang sedikit tersungging, Jean memberi aba-aba pada sebuah mobil besar yang diikuti oleh sebuah mobil terbuka yang digunakan untuk mengangkut barang-barang, untuk berhenti di depan halaman rumahnya.
"Aku ingin semua pohon dan tanaman di halaman ini kalian ambil. Hanya sisakan rumput saja. Dan pohon yang di ujung sana, tolong kalian tebang. Pohon itu selalu menimbulkan masalah dan sering merusak atap rumah."
Jean memberi perintah pada beberapa pekerja jasa taman yang sebelumnya ia hubungi. Dengan cekatan, para pekerja itu mulai menyebar ke halaman luas Jean dan mulai menyalakan mesin pemotong kayu untuk mulai merobohkan pohon yang dimaksud.
Jean tersenyum tipis dan melenggang santai memasuki rumah. Ia menekan kode rumah dan masuk begitu saja. Hal yang pertama kali ditujunya adalah kamar tidurnya.
"BRAAAK!!"
Jean masuk dengan keras. Dan benar saja, dua makhluk yang sebelumnya masih terlelap, kini terlonjak dari tidurnya. Adam dan Sharon terlihat begitu terkejut saat Jean masuk ke dalam kamar.
"Oops, maaf mengagetkan kalian. Santai saja kalian, aku hanya akan mengambil beberapa barang-barangku saja." Jean melangkah ke depan meja riasnya dan mulai memasukkan semua kosmetik dan peralatan makeup-nya ke dalam koper. Ia kemudian menuju lemari pakaiannya dengan santai dan memasukkan sisa pakaiannya ke dalam koper.
"Apa yang kau lakukan?!" ucap Adam terkejut. Ia masih setengah sadar saat Jean tadi mendobrak masuk ke dalam kamar. "Suara apa itu? Apa-apaan itu, Jean!" teriaknya panik saat mendengar suara-suara bising dari halaman rumahnya.
Sharon yang terkejut, ikut beranjak dari ranjang itu dan segera menghampiri Jean. "Kau sudah tak waras?! Apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi buta seperti ini?!"
"Mengambil barangku," ucapnya santai. "Oh, by the way, itu ... adalah barangku." Ia menunjuk pada lingerie merah yang sedang dikenakan Sharon.
"Lepaskan," ucap Jean. "Lepaskan sekarang juga!" Ia menarik tali kecil yang menopang kedua benda Sharon yang hampir tumpah dalam lingerie kecilnya.
"Apa-apaan kau!" tepis Sharon terkejut.
"Apa priamu tak mampu membelikanmu apa pun hingga kau sampai harus memakai lingerie bekas wanita lain? Lepaskan!" ucapnya lagi.
"Dasar kau tak waras Jean!" Adam beranjak turun dari ranjang dan terburu-buru memakai celananya. Jean hanya tersenyum sinis.
Adam menghampiri Jean dan Sharon. Ia meraih sebuah kemejanya dari dalam lemari dan ia berikan pada Sharon. "Lepaskan baju itu, Baby! Berikan itu padanya," ucapnya.
Sharon tersenyum penuh kemenangan saat Adam memperhatikannya. Dan dengan berani, ia melepas begitu saja lingerie itu di hadapan pemiliknya. Setelahnya, ia mengenakan kemeja Adam dengan senyum menantangnya.
Jean merebut lingerie itu dan segera keluar dari kamar tidur. Ia berjalan menuju ke dapur dan segera menyalakan kompor. Serta-merta, Jean meletakkan lingerie itu begitu saja di atasnya hingga kain tipis itu mulai terbakar.
"Apa yang kau lakukan! Apa kau sudah tak waras! Kau ingin membakar rumah ini?!" Adam yang terkejut dengan aksi Jean segera berlari kecil dan menghampiri kompor. Ia mematikan api kompor dan berusaha memadamkan yang masih menyala di lingerie itu.
"Itu milikku, dan aku bebas melakukan apa saja," balas Jean. Adam menatap Jean tak percaya. Jean kemudian menuju lemari tempat penyimpanan pecah belah.
"Oh by the way, piring ini juga milikku,"
"PRAANG!!!" Jean membanting benda itu ke lantai dengan wajah datarnya yang menatap Adam.
"Gelas ini, juga milikku."
"PRAANG!!!" Lagi-lagi Jean menjatuhkannya ke lantai.
"Kau sudah tak waras?!" teriak Adam tercekat. Ia membulatkan matanya menatap Jean.
"Tidak, tidak ... aku masih waras. Kau tak lupa kan, rumah ini setengahnya adalah MILIKKU!" tekan Jean. "Aku bebas melakukan apa saja dengan semua barang yang kumiliki!" ujarnya.
"Dan separuhnya juga masih milikku!" balas Adam.
"Yaa, benar!" Jean kemudian berjalan ke arah ruang santai.
"BRAAAAK!!!" Sejurus kemudian, Jean menghantamkan palu yang ia seret sedari tadi pada sebuah televisi besar di ruangan yang bersebelahan dengan dapur itu.
"Yang ini, sepenuhnya juga milikku!" ucapnya sambil tersenyum puas.
"Dia sudah gila! Laporkan pada polisi, Baby!" teriak Sharon. Adam masih menganga karena televisi kesukaannya telah hancur. Memang benar, Jean yang menghadiahkan itu padanya. Tapi ia benar-benar menyayangi benda itu.
"Silakan laporkan! Laporkan saja. Kita lihat siapa yang akan bermasalah nantinya. Kalian berdua, atau aku?!" tantang Jean. "Dan kau, apa menurutmu semua harta yang Adam miliki adalah miliknya sepenuhnya?" ucapnya merujuk pada Sharon. "Jika kau berpikir begitu, kau salah besar, jal*ng!"
"Kau lihat ini!? Ini juga adalah milikku!" Jean mengangkat sebuah guci dan dengan sekuat tenaga melemparkannya pada sebuah cermin besar yang terletak di sebelah televisi dengan begitu keras!
"PPRAAAANGGG!!!"
Sontak cermin besar itu tercerai berai, hancur berkeping-keping. Lagi-lagi, ia menghancurkan barang-barang miliknya untuk meluapkan kekesalannya.
"Kauu...!!! Sungguh keterlaluan!" Adam mencengkeram tangan Jean setelah mendekatinya. "Kau ternyata wanita liar! Wanita gila! Sudah sepantasnya aku meninggalkanmu! Kau hanya wanita barbar yang menyedihkan!"
"PLAAAKK!!!"
Jean menampar Adam dengan seluruh kekuatannya. Ia balas menatap Adam dengan sengit. "Kau baru tahu?!" tantangnya. "Apa kau baru tahu itu? Sama seperti halnya aku yang baru mengetahui bahwa pria yang hidup bersamaku ternyata hanyalah seorang sampah! Kau sampah! Kau menjijikkan!" teriak Jean.
Ia bergetar karena emosinya. "Kau tunggu saja, Adam. Memangnya, apa yang bisa kau lakukan tanpa aku? Apa yang bisa kau lakukan?! Apa kau lupa, semua pencapaian yang kau peroleh dengan mudah itu karena siapa?! Itu karena AKU! Karena laporan sial*n itu kau mencampakkanku?! Apa karena kau sudah puas dengan pencapaianmu ini maka kau menginjak-injak aku begitu saja?!" ucap Jean.
"Jika kau sudah tahu itu, maka harusnya kau sadar diri! Adam sudah tak memerlukanmu! Ia sudah memiliki aku yang bisa melakukan lebih dari yang kau lakukan!" Sharon ikut mendekat dan menghadapi Jean. Ia tersenyum sinis dan menantang. "Aku bahkan lebih hebat dari kau!" lanjutnya. "Kau sudah tahu kemampuanku kan? Ia bahkan rela meninggalkanmu dan lebih memilih bersamaku."
Jean tertawa tergelak. "Lebih hebat? Ya, kau hanya hebat dalam hal memungut sampah bekas orang lain dan hanya bisa bergoyang di atas tempat tidur! Aku tak heran jika manusia rendah sepertinya akan terpikat olehmu. Kalian berdua menjijikkan dan sama-sama sampah! Kalian seperti binatang!"
"PLAAK!!" Giliran Jean yang kemudian ditampar oleh Adam dengan keras.
Ia menatap Adam dengan shock dan mata yang berkaca-kaca sambil menahan emosinya. Sedetik kemudian ekspresinya berubah. Ia tidak lagi terkejut atau pun sedih. Hanya ekspresi datar dan dingin yang Jean tunjukkan.
"Jadi ini adalah hadiah terakhirmu untukku, Adam?" ucapnya sambil menyentuh pipi panasnya. Ia dapat merasakan cairan panas mengalir dari sudut bibirnya yang berdenyut. Panas dan perih, serta rasa besi karena darah segar mengalir darinya. Ia hanya mengusap sisa darah di sudut bibir pecahnya dan menatap berani pada Adam.
Adam mengatupkan rahangnya keras-keras. Ia memasang wajah kaku dan dingin. Tak ada sedikit pun tanda penyesalan atau rasa bersalah di matanya.
"Kau mendekatiku dan bahkan kita telah hidup bersama selama lima tahun ini. Apakah selama itu tak ada sedikit pun yang berarti untukmu?" tanyanya. "Kau yang dulu kuhormati dan kuhargai, bahkan kucintai, mulai hari ini tak ada artinya lagi bagiku! Dengarkan baik-baik ucapanku ini, Adam Michael Travis!" ucapnya setengah bergetar.
"Suatu saat, bahkan jika kau merangkak dan berlutut memohon di bawah kakiku, saat itu jangan harap aku akan sudi melihatmu!" geramnya.
Ada kernyitan samar sekilas dari Adam, tapi ia kemudian memasang lagi wajah arogannya. "Mungkin perkataan itu seharusnya aku yang mengucapkannya. Aku tak akan pernah sudi menerimamu lagi sampai kapan pun, walau kau memohon dan mengemis-ngemis padaku!" ucapnya.
Mata Jean sedikit bergetar. Ia tak percaya pria yang pernah dicintainya itu ternyata mampu begitu kejam padanya. Dengan rahang yang mengatup kencang, Jean kemudian menghapus sisa-sisa air mata yang entah sejak kapan menetes di pipinya.
Ia menyeret koper dan palu yang di bawanya tadi menuju ke pintu depan. Dengan senyum mengejek dan penuh kemenangan, Sharon menertawai kepergian Jean. Ia melambai penuh kepuasan pada Jean yang tengah berjalan keluar.
Selangkah sebelum kakinya keluar dari pintu rumah itu, Jean kemudian berbalik. Dengan tersenyum manis ia lalu berkata, "Oh, bagaimana ini, aku ternyata masih melupakan satu barang milikku," ucapnya polos.
Setelah itu, dengan langkah cepat setengah berlalri ia menyeret kopernya keluar dari rumah dan menuju ke halaman tepat di mana mobil biru Adam terparkir. Dengan senyum kejamnya, Jean menyeringai dan menatap Adam yang masih berada di dalam rumah.
"NO ... NO ... NO!!!" Adam membulatkan matanya.
"BRAAAK ...!!! BRAAAKKK!!!! BRAAKK!!!"
Terlambat! Jean telah mengayunkan palu yang dibawanya, dan menghantamkannya beberapa kali di bagian kaca depan mobil itu dengan sekuat tenaga hingga retak dan hancur di beberapa titik. Tak puas sampai di situ, ia memukul lampu depan dan bemper mobil itu hingga mengalami kerusakan.
"WANITA GILA!!! MENGGILALAH DI TEMPAT LAIN!!" teriak Adam frustasi dari ambang pintu.
Ia terlalu malu untuk keluar karena banyak pasang mata yang memperhatikannya dengan keingintahuan yang besar. Para pekerja taman serentak berhenti melakukan aktivitas mereka dan membeku di tempatnya.
"Ada masalah apa, Nyonya?" Seorang pria setengah baya mendekatinya.
"Tak ada apa-apa, Pak. Aku hanya sedang bermain-main dengan barang milikku saja," ucapnya masih sambil terengah-engah.
"Apa perlu lapor polisi? Kau tak apa-apa, Nyonya?" ucapnya sambil melihat sebelah sisi pipi Jean yang lebam dan berdarah.
Jean menggeleng perlahan. "Jangan," ucapnya. "Masalah kami sudah selesai, dan ia hanya pria asing bagiku sekarang. Aku tak ingin memperpanjang urusanku dengannya. Ini juga tak ada artinya apa-apa dibandingkan dengan kebebasanku. Suatu saat mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal."
"Dasar wanita gila!!" Adam yang telah memakai kaus tiba-tiba keluar dari rumah dan hendak menghambur ke arah Jean.
Beruntung beberapa pria pekerja taman dengan sigap mencekalnya sebelum ia sempat menyerang Jean lagi.
"Hentikan, Tuan," ucap pria setengah baya itu. "Jangan mempermalukan diri Anda lebih dari ini."
"Jangan ikut campur! Aku akan memberi wanita gila ini pelajaran! Aargh!" teriaknya.
"Pergilah, Nyonya," ucap pria tua itu. Jean hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih tanpa bersuara.
"Aarrrgghhh!!! Akan kubalas kau Jean!!! Aaaarrgghhh!!!" teriak Adam murka.
Jean menyeret kopernya dan memasukkannya ke dalam mobilnya, kemudian berlalu dari rumah itu. Ia menginjak pedal gas kuat-kuat agar dapat segera meninggalkan tempat menyesakkan itu.
Sepanjang perjalanan, ia gemetar dan hanya menangis terisak. Ia bahkan tak tahu harus ke mana. Ia kemudian menepikan mobilnya dan meraung sejadinya. Meluapkan segala sakit hati dan kekecewaannya.
"Berengsek kau Adaamm!!!" teriaknya.
____****____

Book Comment (143)

  • avatar
    HidayatiAnis

    Emang sih ga tau kek apa rasanya diselingkuhi. tp, membayangkan saja sudah kesal. hanucurin aja tuh dia pria dan wanita gatelnya sekalian!!

    07/08/2022

      1
  • avatar
    LubisDiena

    dari awal bab udah bikin gemes nie ceritanya

    05/05/2022

      4
  • avatar
    Vina_Rosse

    semangat kak 😍 ceritanya menarik. 🥳🥳🥳

    26/04/2022

      11
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters