logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

File 4 : Kabar Buruk

Serenada dan Irana kupaksa hari ini untuk pergi ke rumahku. Bantuan mereka sangat kubutuhkan untuk merawat Max. Untuk makan saja, Irana harus membuatkan makanan yang sedikit lebih lembut.
"Max datang tadi malam kemari, Dova?"
"Ya, lebih tepatnya tengah malam."
Kondisi Max nampak sangat lemah. Entah bagaimana caranya dia bertahan hidup di pesawatnya itu. Sementara perjalanan dari Dome V-Corporation menuju ke Nuuswantaara saja sangat lama.
"Dova, boleh aku bantu beliau makan? Jadi, kupanggil kakek ini siapa?"
"Aah! Panggil saja dia Max, Irana. Ia sudah biasa dipanggil begitu."
Eleanor sudah pulang sekolah lebih dulu, seperti biasa dia hanya bilang mau pergi ke tempat Wanara. Anak itu malah suka belajar silat Anoman Puteh sama seperti ibunya dulu. Berbeda jauh dengan kakaknya yang kurang begitu suka belajar ilmu beladiri. Atla orangnya lembut seperti Artemis ayahnya.
"Iyaaa! Tapi nanti jangan lupa pulang untuk makan siang ya, Eleanor!"
"Iya, Ibuuu!"
"Uuh... dia anakmu dan Artemis, Serenada?"
"Ya, itu benar! Kenapa memangnya, Max?"
"Wajahnya sangat mirip denganmu dulu saat masih kecil. Ah, tapi mana Artemis? Apa dia sedang bekerja?"
Sedikitnya Serenada terhenyak mendengar pertanyaan itu. Ia memalingkan mukanya dari Max. Kesedihan itu masih nampak, akhirnya aku yang bantu menjawab pertanyaan itu.
"Artemis menghilang entah kemana lima tahun yang lalu. Sebuah peristiwa misterius menghilangkan para Arkeolog yang sedang menggali sebuah situs kuno."
"Oh, maaf aku tak tahu. Tapi dia sudah...."
"Kau mau menanyakan soal percobaanmu dulu padanya bukan? Masalah itu sudah diselesaikan oleh Profesor Madrosa."
"Ya, kakekku dulu yang membantu Artemis sebelum beliau meninggal."
"Ah, kau cucunya Madrosa? Aku baru tahu!"
Lebih tepatnya Irana adalah cucu angkatnya Profesor Madrosa. Ia juga menjelaskan kalau dirinya juga sama seperti Artemis. Max hanya mengangguk mendengarnya. Dia juga meminta agar tak disuapi makanan lagi. Max yang sudah tua itu meminta air putih saja dan segera diberikan oleh Irana padanya.
"Makanan disini sangat enak! Setelah sekian puluh tahun, akhirnya aku merasakan makanan seperti itu lagi."
"Tentu saja, Max! Disini bahannya masih alami. Tidak seperti di dalam Dome. Tapi kenapa kau kemari?"
Semula Max hanya terdiam cukup lama. Rasanya aku tak sabar menunggunya untuk berbicara. Ia malah meminta Serenada mendekat padanya. Dia sempat ragu, meski akhirnya istri Artemis itu mau mendekati Max.
"Ayahmu telah mati, Serenada! Saat ia membicarakan ingin memburu tubuhmu, Ryuzen Qin tiba-tiba memukul tabung Kriogenik yang berisi otaknya."
Serenada memang sempat membenci ayahnya setelah kuberi tahu tujuan aslinya, kenapa ia sangat dicari. Toni Rodgers membutuhkan tubuh asli untuk bertahan hidup. Namun rupanya itu tak pernah terjadi dan anaknya ada disini bersamaku juga Irana. Kupikir dia tidak akan bersedih, justru yang terjadi sebaliknya.
"Ya, meski aku tahu tujuan jahat ayahku. Mendengar perkataanmu tadi aku merasa sedih juga."
"Dan Nuuswantaara ini juga dalam bahaya. Itulah sebabnya aku kemari."
"Max, jangan bercanda dengan kata-katamu itu!"
"Jika aku bercanda, untuk apa kemari?"
"Dova, dia benar! Maaf tapi bisa sampaikan apa yang menjadi bahaya bagi Nuuswantaara ini?"
Mata Max terpejam sambil menjelaskan satu per satu. Tentang Ryuzen yang menjadi bahan percobaan serum terbarunya hingga ia ternyata berusaha berkhianat pada Toni Rodgers. Serta kemunculan perempuan misterius bernama Vhina yang ikut membantunya.
"Vhina membantu Ryuzen untuk mendapatkan Gemstone khusus yang dijaga oleh EARTHSEED Stone. Aku tak terlalu paham, tapi intinya mereka akan kemari. Mungkin saat ini sudah ada di perjalanan."
Kami semua terkejut mendengar penuturan Max. Irana sudah berniat mau membuka catatan lama milik kakeknya. Hasil penelitian terhadap para EARTHSEED. Sejujurnya aku sendiri masih belum terlalu paham dengan EARTHSEED dan Gemstone mereka.
"Ini salahku juga! Aku pikir Ryuzen itu hanyalah anak Tuan Qin yang polos. Rupanya ia telah merencanakan ini semua agar ayahnya bisa menjadi pemimpin baru di dalam Dome."
"Bisa jadi Ryuzen menjadi seperti itu karena pengaruh serum yang kau berikan. Sebentar, apa yang kau perbuat padanya?"
"Divisi Pengembangan Manusia telah membuat satu serum yang bisa memperkuat manusia berkali lipat. Efek sampingnya memang akan menyakitkan saat disuntikkan ke tubuh manusia. Aku tak mengira juga Ryuzen mampu melampaui itu semua."
Kekuatan Ryuzen memang menjadi luar biasa, diiringi perubahan tubuhnya yang menjadi lebih kekar tanpa latihan khusus. Sudah diuji coba dia dilukai dengan senjata tajam apapun tak mempan. Termasuk senjata laser.
"Tapi bisa jadi laser khusus mampu melukai tubuhnya."
Huh! Aku bahkan belum berhasil mengembangkan laser khusus itu. Sebenarnya sempat ada permintaan dari pihak keamanan Nuuswantaara untuk membuatkan senjata laser khusus yang mampu menembus benda paling keras sekalipun.
"Kau belum berhasil membuatnya, Dova?"
"Aku saja sampai harus bekerjasama dengan pamanmu itu, Irana. Tetap saja kami berdua belum menemukan rangkaian pastinya untuk menghasilkan laser semacam itu."
Dalam suasana yang serius itu, bel rumahku berbunyi. Seorang anak laki-laki masuk begitu saja kemari.
"Aku pulaang...! Ah, ibu disini rupanya! Pantas saja rumah kosong."
"Eh, Atla maaf ibu belum sempat memasak. Kau bisa masak makanan instan saja ya. Nanti ibu kembali ke rumah."
"Baiklah, tapi siapa kakek ini?"
"Dia kenalan ibu dulu sebelum menikah dengan ayahmu. Nah, pergilah ke rumah! kalau adikmu sudah pulang, suruh dia makan dulu."
"Eleanor kemana ya? Baiklah ibu, aku pulang dulu!"
Atla bergegas lari menuju ke rumahnya. Max melihatnya terus hingga tak berkedip sama sekali.
"Ah, anak itu seperti Artemis waktu masih kecil."
"Dia anak pertamaku, namanya Atla. Kalau yang tadi namanya Eleanor."
***
Irana dengan cekatan mempersiapkan tempat tidur khusus untuk Max. Aneh, ia tak mau tidur di kamar malah meminta untuk di ruang tamu itu saja. Setidaknya aku harus menutup bagian jendelanya serta pintu utama agar aman. Sementara waktu aku bisa menggunakan pintu belakang untuk akses keluar masuk.
"Kau yakin dengan begini Max bisa aman dari kejaran yang namanya Ryuzen dan Vhina tadi?"
"Kurasa target mereka adalah kau dan Artemis. Ingat, mereka mencari Gemstone milik kalian."
Lama Irana menatapku, ia baru sadar menjadi target dua orang jahat itu. Meski memiliki kekuatan EARTHSEED, namun ia tak yakin akan mampu melawan keduanya.
"Dengar, setiap buatan manusia pasti memiliki kelemahan. Begitu juga dengan Ryuzen. Justru yang kita waspadai adalah Vhina. Aku tak pernah tahu ada orang dengan nama itu selama berada di dalam Dome."
"Tapi kau tak mungkin menghapal nama semua orang disana, Dova!"
"Bukan begitu, ia mudah masuk ke gedung dimana Toni Rodgers selaku Presiden disana ada. Sebab selama ini hanya Serenada, Tuan Qin, Max serta orang-orang kepercayaan Toni yang memiliki akses masuk."
"Sekalipun ada orang yang dikenalnya seperti Ryuzen begitu?"
"Ya, sensornya sangat sensitif mendeteksi penyusup masuk."
Kurasa malam ini sangat tepat untuk membicarakan kembali masalah tadi. Meski aku tak melibatkan Max kali ini. Biarkan saja dia beristrahat. Atla malah asik menemaninya, seperti bertemu kakeknya sendiri. Sementara aku, Serenada dan Irana membicarakan ini di rumah Profesor Madrosa.
"Baiklah kita mulai dari batu Gemstone itu dulu."

Book Comment (226)

  • avatar
    O Ye Soes

    simpan.. baca nanti yg lin blim kelar bacanya

    4d

      0
  • avatar
    RamadaniIzza

    kisah moderen dan bagus👍

    9d

      0
  • avatar
    AyundaNovita

    Cerita ny sangat menarik sekali

    11d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters