logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Episode 5.

Setelah memastikan kontainer yang membawa barang-barang haram itu berangkat dengan aman menuju salah satu pelabuhan di Malaysia, Deka pun kembali ke pabrik.
Namun di perjalanan, dia melihat seorang wanita cantik tengah berlari ketakutan. Di belakang wanita itu, dua orang pria berbadan besar sedang mengejar, Deka ingin mengabaikannya, tapi wanita tersebut justru berlari ke arah mobil Deka, dan hampir tertabrak, untung Deka mengerem tepat waktu.
Dua pria yang mengejar wanita itu langsung menyergapnya, membuat dia meronta-ronta.
“Tolong!” jerit wanita itu sambil memandang penuh harap ke arah mobil Deka.
Karena tak tega, lelaki berwajah dingin itu akhirnya keluar dari mobil, dan menatap dua pria tersebut dengan tajam.
“Lepaskan dia!” pinta Deka.
“Jangan ikut campur, bangsat!” bentak salah seorang pria itu, membuat emosi Deka seketika tersulut.
Deka mengeraskan rahang dan mengepal kuat kedua tangannya.
“Bang tolong aku! Mereka orang jahat!” lirih wanita itu memohon.
“Lepaskan dia atau aku patahkan tangan kalian!” ancam Deka.
Salah seorang pria itu melepaskan lengan si wanita dan berjalan mendekati Deka, “Siapa kau berani mengancam kami, ha? Sudah bosan hidup, ya?”
Pria itu langsung mengarahkan pukulannya ke arah Deka, tapi dengan gerakan yang sangat cepat Deka bisa mengelak dan langsung melayangkan pukulan keras tepat mengenai rahangnya, hingga dia langsung tumbang tak sadarkan diri.
Melihatnya temannya tergeletak tak berdaya akibat perbuatan Deka, pria yang satunya lagi tak ingin tinggal diam.
“Kurang ajar!” hardiknya marah.
Pria itu melepaskan lengan si wanita dan berusaha membalas perbuatan Deka, dia berlari dan mengarahkan tendangan ke Deka. Dengan cepat Deka bergerak ke samping demi menghindari kaki pria itu, lalu balik menendang pria itu tepat di tulang rusuknya. Pria itu pun terkapar dan kesulitan bernafas sambil memegangi perut bagian sampingnya.
Semua orang yang melihat aksi Deka hanya bisa melongo, termasuk wanita itu. Dari gerakannya terlihat seperti seseorang yang sangat terlatih, karena setiap pukulan dan tendangannya benar-benar diarahkan ke daerah vital lawan.
“Pergi dari sini, atau aku akan membuat kalian sekarat!” ancam Deka lagi sembari menatap tajam dua lelaki yang terkapar di hadapannya.
“A-ampun,” rintih pria yang satunya lagi sambil meringis menahan sakit.
Dia berusaha membangunkan rekannya dan dengan susah payah mereka bangkit lalu berjalan tertatih-tatih meninggalkan Deka dan juga wanita itu.
Setelah melihat dua pria itu pergi, Deka kembali masuk ke dalam mobil, tapi wanita itu buru-buru mengejarnya dan menggedor jendela mobil Deka.
Deka menurunkan kaca jendela mobilnya, “Ada apa?”
“Tolong aku, Bang!”
“Aku kan sudah menolongmu, sebaiknya sekarang kau pulang dan jangan berkeliaran di jalanan lagi!”
“Aku tidak punya rumah ataupun keluarga di sini, aku tidak tahu mau ke mana. Orang-orang tadi pasti akan mencariku lagi nanti,” keluh wanita itu melas.
“Memangnya kau datang dari mana?” tanya Deka sedikit penasaran.
“Dari Pekanbaru, Bang.”
“Jadi apa yang bisa aku lakukan?”
“Tolong bawa aku pergi dari sini, agar orang-orang itu tidak bisa menemukan aku. Aku mohon bantu aku sekali lagi.” Wanita itu mengatupkan kedua tangannya di depan dada, dan memohon pada Deka.
Deka menghela napas, lalu membukakan pintu mobilnya, “Masuklah!”
Tanpa ragu wanita itu masuk ke dalam mobil Deka dan menutup pintu. Mobil Pajero Sport berwarna hitam itu pun melaju pergi.
Di dalam mobil, Deka menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada wanita berwajah ayu itu.
“Kenapa kau bisa ada di sini dan dikejar-kejar oleh mereka?”
“Aku awalnya ditawari kerja, Bang. Tapi begitu sampai di sini, aku malah mau dijadikan wanita penghibur. Ya sudah, aku kabur saja dari mereka,” beber wanita itu.
“Jadi kau ini korban human trafficking?”
Wanita itu mengangguk, “Aku takut, Bang. Mereka pasti terus mencariku, mana barang-barangku masih tertinggal di tempat mereka lagi.”
“Sekarang kau sudah aman, nanti aku akan bantu kau pulang ke keluarga mu.” Deka berbicara sambil tetap fokus mengemudi.
Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap Deka dengan panik, “Aku tidak mau pulang, Bang!”
“Deka melirik wanita itu sekilas, kemudian kembali fokus menatap jalanan, “Kenapa?”
“Hem, pokoknya tidak mau saja! Aku mau cari kerja di sini,” jawab wanita itu gugup.
Deka merasa ada yang aneh dengan wanita itu, namun dia malas mencari tahu lebih banyak lagi.
Deka mengembuskan napas, “Baiklah, aku akan mencarikan tempat tinggal dan pekerjaan untukmu.”
Wajah wanita itu berubah semringah, “Benar, Bang? Terima kasih, ya!”
“Hem.” Deka hanya berdeham tanpa menoleh ke arah wanita itu.
“Oh iya, kita belum kenalan,” ujar wanita itu, lalu menyodorkan tangannya, “nama aku Starla.”
“Deka,” balas Deka tanpa menjabat uluran tangan wanita itu, bahkan menoleh saja tidak.
Wanita bernama Starla itu menarik tangannya lalu memalingkan wajahnya yang berubah masam akibat sikap dingin dan sombong Deka.
“Sombong sekali dia, untung aku butuh bantuannya, kalau tidak susah aku lempar pakai sendal,” batin Starla kesal seraya menatap keluar jendela.
Deka lagi-lagi melirik Starla sebentar lalu kembali fokus memperhatikan jalanan kota.
♠️♠️♠️
Bersambung ....

Book Comment (161)

  • avatar
    Dwi isnentiTitis

    mantapp kalii

    2h

      0
  • avatar
    ApuakAjo

    😵‍💫😵‍💫😵‍💫

    1d

      0
  • avatar
    Hilwa RumaniChelsea

    bgus

    1d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters