logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Dendam Mafia Kejam

Dendam Mafia Kejam

Nevi Andriani


Episode 1.

Di sebuah daerah pesisir kepulauan Riau, sedang hujan deras. Gemuruh bersahutan menggelegar di atas langit malam yang gelap. Suasana mencekam tengah meliputi sebuah rumah sederhana yang berada cukup jauh dari keramaian, beberapa orang pria berpakaian hitam dan berbadan besar sedang menghajar lelaki bernama Darlan Piliang atas perintah Bos mereka, membuat lelaki berdarah Minang itu akhirnya terkapar tak berdaya dengan wajah penuh darah.
Sementara itu di bawah kolong tempat tidur, seorang anak berumur delapan tahun sedang bersembunyi dengan takut, dia menangis sambil menutup mulutnya. Di tak tahu apa yang terjadi, dia hanya melihat beberapa pasang kaki menendang dan menginjak tubuh ayahnya yang sudah tidak berdaya, lalu sepasang kaki lagi melangkah sambil membawa sebuah pedang panjang dengan motif naga di pangkalnya, pedang itu berkilau kala terpantul cahaya lampu.
Bocah laki-laki yang disapa Deka itu tak dapat melihat wajah mereka, dia hanya melihat kaki-kaki yang berdiri di dekat sang ayah, membuat tubuhnya bergetar hebat.
Lelaki yang menenteng pedang itu setengah menunduk lalu berkata pelan namun dingin di telinga Darlan, “Andai saja kau tidak keras kepala, ini tidak akan terjadi.”
“Sampai mati pun, aku tidak akan menurutinya,” ucap Darlan terbata-bata.
Lelaki itu tertawa mengejek kemudian berkata dengan dingin, “Baiklah, kalau begitu aku akan mengirim kau ke neraka.”
Lelaki tersebut menegakkan badannya dan menyeringai sinis, “Selamat jalan.”
Dengan gerakan cepat dia menarik pedangnya ke atas, Deka bahkan bisa melihat kilat pedang itu, lalu menghunuskannya ke dada kiri Darlan.
Darah segar sontak muncrat dan membasahi baju Darlan hingga menetes ke lantai, dia terkapar sekarat, matanya menatap ke arah bawah ranjang dengan pilu. Dia ingin melihat putranya untuk terakhir kali sebelum akhirnya pergi untuk selamanya.
Deka langsung memejamkan matanya, dia tak berani lagi memandang sang ayah yang tewas dengan mata terbuka. Dia ingin berteriak dan menangis, tapi dia takut orang-orang yang menyakiti sang ayah juga menyakitinya. Lagi pula dia sudah berjanji pada ayahnya, apa pun yang terjadi, dia harus tetap bersembunyi.
“Dia sudah mati, ayo pergi dari sini!” pinta lelaki itu pada anak buahnya sambil melenggang pergi tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Orang-orang itu pergi meninggalkan jasad Darlan yang tergeletak bersimbah darah.
Hujan kian deras mengguyur bumi, seolah merasakan duka yang tengah Deka rasakan. Dia masih terisak di bawah kolong ranjang, tak berani keluar sama sekali.
“Ayah,” ucap Deka pelan, tubuhnya berguncang karena menangis.
Hingga beberapa jam kemudian orang-orang mulai berdatangan, suasana kembali gaduh dan penuh dengan desas-desus. Rupanya polisi dan beberapa warga telah memenuhi rumah sederhana Darlan, entah dari mana mereka mengetahui kejadian pembantaian ini.
Lalu sebuah tangan terulur ke bawah kolong tempat tidur, membuat Deka beringsut dan ketakutan.
“Keluarlah! Kamu sudah aman sekarang,” Seorang lelaki seusia Darlan berusaha membujuk bocah itu untuk keluar, dialah Rakis Tanjung.
Deka tetap bergeming di bawah tempat tidur.
“Jangan takut, Paman ini teman ayah kamu,” Rakis mencoba meyakinkan.
Dengan sedikit ragu, Deka merangkak maju dan perlahan keluar dari tempat persembunyiannya. Dia menoleh ke arah jasad sang ayah yang telah ditutupi oleh kain, hatinya sakit dan sedih.
Rakis yang merasa iba dan prihatin langsung memeluk bocah itu dan membawanya pergi.
Tak butuh waktu lama, kematian Darlan Piliang diberitakan di mana-mana, namun judulnya membuat orang lain mensyukuri kepergiannya.
--BANDAR BESAR NARKOBA MATI DIBUNUH--
Dan karena berita yang tak tahu bersumber dari mana itu, orang-orang yang mengenal Deka juga ayahnya jadi mencibir serta mengutuk mereka, padahal bocah kecil itu tidak tahu apa-apa. Bahkan kerabat dan saudara mereka juga menjauhi Deka.
♠️♠️♠️
Seminggu sudah kejadian pembantaian itu terjadi, Rakis membawa Deka ke rumahnya. Sejak kematian sang ayah, bocah malang tersebut selalu saja murung dan melamun, dia tak banyak bicara apalagi bermain.
Seperti saat ini, Deka hanya duduk sambil menatap kosong ke arah anak-anak seusianya yang sedang bermain bola di halaman rumah Rakis, dia sama sekali tak berniat untuk bergabung. Padahal dulu Deka adalah anak yang ceria dan sangat suka bermain, tapi sekarang dia jadi pendiam.
Rakis yang melihat Deka, berjalan mendekati bocah itu lalu duduk di sampingnya.
“Kamu tidak ikut bermain bersama mereka?” tanya Rakis.
Deka menggeleng pelan, “Tidak.”
“Kenapa? Apa Dani tidak mengajakmu?”
“Dia sudah mengajakku, tapi aku tidak mau,” jawab Deka.
Rakis mengernyit heran, “Kenapa tidak mau?”
Deka tertunduk sedih, air matanya dengan cepat jatuh menetes, “Aku rindu Ayah.”
Rakis mengembuskan napas berat, dia juga merasa sedih sekaligus iba. Dia lantas memeluk tubuh kurus Deka dan mengusap kepalanya.
“Jangan bersedih lagi, ada Paman di sini,”
Rakis menatap langit dengan mata berkaca-kaca dan hati yang pilu.
“Maafkan aku, Lan. Aku berjanji akan menjaga putramu,” ucap Rakis dalam hati.
Cukup lama Rakis mendekap tubuh kecil Deka, membiarkan bocah malang itu menangis dan menumpahkan rasa sedihnya. Hingga sebuah suara mengagetkan keduanya.
“Rakis!” Seorang pria keturunan Tiongkok sudah berdiri tak jauh dari mereka bersama empat orang bodyguard nya yang berpakaian serba hitam.
Rakis yang terkejut langsung mengurai pelukannya dan berdiri memberi hormat, “Selamat sore, Tuan!”
Pria bernama Victor Chen itu tak menjawab sapaan Rakis, dia berjalan mendekati mereka sambil menatap Deka yang bersembunyi di belakang kaki Rakis sebab merasa takut, dia masih trauma melihat orang asing.
“Jadi ini putranya Darlan?” tanya Victor memastikan.
Rakis terkesiap, tapi kemudian mengangguk, “Iya, Tuan.”
Victor berjongkok lalu mengulurkan tangannya ke arah Deka, “Hai, siapa nama kamu?”
Deka mengintip dari balik kaki Rakis, dia tak menjawab.
Victor tersenyum penuh arti, “Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu.”
Rakis menarik Deka agar keluar dari persembunyiannya, lalu memegang pundak bocah itu. Kini Deka dan Victor sudah berhadapan.
“Nama kamu siapa?” Victor mengulang pertanyaannya.
“Pandeka Langit,” jawab Deka pelan.
Senyum Victor semakin lebar, “Nama yang bagus.”
“Ayahku yang memberikan nama itu,” terang Deka meski tak ada yang bertanya.
“Ayahmu benar-benar pintar memilihkan nama untuk putranya,” puji Victor.
Rakis hanya bergeming dengan perasaan campur aduk, dia tak tahu dari mana Bos besarnya itu tahu jika putra mendiang Darlan ada bersamanya.
“Kamu mau ikut denganku?” tanya Victor, “aku jamin kau akan hidup enak nanti.”
Deka tak menjawab, dia memandangi Rakis yang berdiri di belakangnya.
Victor juga ikut menatap anak buahnya itu dengan tajam, membuat Rakis merasa takut. Dengan berat hati, Rakis pun mengangguk pelan.
“Jangan khawatir! Aku ini juga teman ayahmu. Bukan begitu, Rakis?” ujar Victor seolah-olah mengerti dengan keraguan Deka.
Sekali lagi Rakis terpaksa mengangguk.
Deka kembali menatap Victor, “Tapi aku mau tinggal bersama Paman Rakis saja.”
Victor yang mulai kesal berdiri dan merapikan pakaiannya, lalu kembali menatap Rakis dengan tajam seolah memberi kode.
Rakis kemudian berjongkok dan memegang kedua pundak Deka, “Ikutlah dengan Paman ini! Nanti kita masih bisa bertemu lagi, kok.”
“Tapi, Paman?” Deka ragu.
“Ayolah, Deka! Ini demi kebaikanmu dan semua orang. Paman mohon!” bujuk Rakis dengan berat hati.
Wajah Deka berubah sendu,” Baiklah, Paman.”
Victor kembali tersenyum senang, “Kalau begitu, mari kita pergi!”
Deka mengangguk patuh dan ikut pergi bersama Victor, Rakis hanya memandangi bocah itu dengan perasaan sedih dan khawatir. Tapi dia tak ada pilihan lagi, selain pasrah.
Dari kejauhan Dani yang tak lain adalah putra Rakis berlari mendekati sang ayah, “Dia mau ke mana, Yah?”
“Dia akan tinggal dengan Bos Ayah,” jawab Rakis sedih.
“Kenapa dia tidak tinggal di sini saja?” cecar Dani sedikit kecewa.
“Dia akan lebih baik jika tinggal bersama Bos Ayah,” ujar Rakis sarkas.
♠️♠️♠️
Bersambung ....

Book Comment (162)

  • avatar
    sitepumelati br

    seruuuu bangetttt cerita nya ini

    2h

      0
  • avatar
    Dwi isnentiTitis

    mantapp kalii

    10h

      0
  • avatar
    ApuakAjo

    😵‍💫😵‍💫😵‍💫

    2d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters