logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Rina Telah Sadar

"Ibu!!" teriak Laisa. Ia segera memeluk ibunya erat. Tidak lupa memberinya ruang untuk bernapas. Ibunya yang tidak sadarkan diri selama beberapa jam membuat Laisa khawatir. Ia sampai berpikir bagaimana jika ibunya koma berhari - hari. Itu akan semakin membuatnya sedih dan khawatir. Ia bahkan sempat berpikir untuk bermalam di rumah sakit inim
"Are you fine, Mom?" tanya Laisa pelan. Ibunya memegang pipi Laisa. Mengelusnya pelan dan menciumnya. Ia sangat merindukan putrinya. Lebih tepatnya rindu suasana antara ibu dan anak yang sudah lama tidak saling berbincang dengan intens.
"Yes, sure! I am fine. Don't worry about it.. " jawaban yang menurut Laisa menenangkan. Meski kemarin, ia sempat terluka karena ibunya yang sibuk membahas tentang perjodohan. Namun saat ini, semua itu tidak terlalu penting baginya. Ia hanya ingin ibunya sembuh seperti sedia kala.
Rina tersenyum bahagia. Namun..
Kepala Rina masih sakit. Chip itu masih tertanam di kepalanya. Reyna menolak untuk di rongen, karena tentu jika dokter mengetahuinya, maka masalah akan semakin besar. Mereka harus menangani semua terlebih dahulu, baru di suatu waktu mengambil chip itu dari tubuh Rina. Biarkan saat ini Rudi mengetahui semua aktivitasnya. Rina sementara akan mengalah, membiarkan ia mengendalikannya dan... Kemudian menyusun strategi jitu bersama sahabatnya - Reyna untuk membongkar snua yang telah dilakukabb oleh serigala bernama rudi itu.
Laisa masih mengeluarkan air mata. Ia bahagia dan terharu melihat ibunya masih baik baik saja. Rina lantas memandang pria di sisi kanannya. Ia bertanya tanya tentang siapa dirinya. Pria itu seperti tidak asing bagi Rina. Ia pernah melihatnya tetapi dimana.. Rina benar benar lupa.
"Perkenalkan tante, nama saya Candra."
Candra? Oh.. Ini pria yang bernama Candra, batin Rina. Ia berubah dengan sangat cepat. Dulu nya hanya anak kecil berusia delapan tahun yang diminta ayahnya untuk mengatakan 'setuju' tentang perjodohan dengan Laisa. Apakah sampai sekarang anak itu juga masih bersikukuh setuju dan berniat menikahi putrinya?
"Oh ini yang namanya Candra.. Terimakasih sudah menemani Laisa Nakk. Kami sangat ingin membalas jasamu di kemudian hari." ucap Rina. Ia berusaha tetap menghargai Candra yang rela meninggalkan aktivitasnya di sekolah untuk mengantar Laisa.
Rina semakin berpikir, apakah pria itu benar mencintai Laisa sebagaimana Dema juga mencintai Laisa? Jika itu benar, ia tidak ingin mendukung siapapun kecuali Laisa. Biarkan Laisa yang memutuskan. Lalu bagaimana dengan Rudi? Beberapa waktu lalu Rina sempat bernegosiasi dengan dirinya untuk membiarkan anak muda yang memilih.
Candra boleh berusaha yang ia bisa untuk mendapatkan Laisa. Lakukan yang menurutnya baik dan bisa meluluhkan tuan Putri itu. Maka Rina akan menyetujui keputusan apapun. Rudi setuju. Ia akan membiarkan Candra sendiri yang mengurus perasaannya terhadap Laisa. Tugas Rudi hanya memastikan bagaimana perjalanan usahanya. Selain itu, Rina meminta Rudi untuk tidak terlalu terlibat. Keluarga mereka bukan boneka yang bebas dikendalikan olehnya.
Dulu mungkin ia memegang kendali penuh, hingga membuat Raharjo - yang katanya sahabatnya meninggal dunia. Namun sekarang, Rina tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia boleh melakukan apapun kepada Rina, termasuk menanam chip dalam tubuhnya. Tetapi jangan sekali kali menyakiti putrinya yang tidak bersalah itu. Ia bebas menentukan kehidupannya, jangan dibebani oleh istilah perjodohan atau apalah itu.
Rina berusaha tersenyum melihat Candra. Meski ia penuh dengan teka teki dan selidikan. Terutama tentang apakah Candra tahu semua apa yang sudah Papanya lakukan? Atau hanya tahu sejengkalnya saja? RIna berharap Candra tidak seperti Rudi yang brengsek itu! Ia harus tumbuh sesuai apa yang diminatinya saat ini. Didikan menjadi ketua OSIS tentu bukan perkara yang mudah. Apalagi jika tingkatnya setara sekolah SMA Semesta.
**
"Permisi, selamat siang menjelang sore." Rina, Laisa dan Candra terkejut. .
Lihat, siapa yang datang! Wah... F3 datang menjenguk ibu Laisa. Mereka adalah Dema, Dion dan Riyan. Mereka layaknya angin segar bagi Ibu Rina yang merasa suntuk ketika memikirkan tentang Candra. Meski belum pernah bertemu, namun F3 sudah sering ibunya lihat di layar televisi ini. Mereka anak dari orang- orang sukses. Apalagi Dema.. Ia adalah putra kesayangan dari sahabatnya sendiri - Reyna.
"Eh Dema.. Terimakasih sudah mengunjungi tante." ucap Rina dengan hangat. Ia hendak duduk bersenderabbsaja sambil menyambut para tamu yang datang menjenguknya
"Dimana Mama kamu nak?" tanya Rina kepada Dema. Ia tidak melihat Reyna sejak berada di cafe. Membuat Rina bertanya tanya.
"Mama tadi.. "
"Tante Reyna tadi sudah menunggu ibu lama, selang beberapa lama aku datang dan tante Reyna pulang karena ibu belum sadar. Ia juga mau mengikuti rapat penting." ungkap Laisa memotong pembicaraan Dema. Dema juga tidak akan mampu menjawab lebih detail karena ia tidak banyak tahu.
"Nah, iya.. Itu benar maksud saya." ucap Dema agak gagap. Laisa cukup membantu dirinya menghadapi sang ibu. Mereka saking curi pandang, namun tidak ingin menyapan dulluan. Perang dingin sangat ketara disana. Laisa masih saja memikirkan penolakan tadi, ketika ia meminta zdema mengantar ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya.
"Tenang tante, nanti Mama akan datang setelah semua urusannya selesai." jawab Dema.
Dion dan Riyan segera meletakkan oleh oleh ke meja Rina. Mereka lantas duduk di sofa setelah dipersilahkan. Menjepit posisi Candra yang duduk bersila di tengah. Tentu Candra merasakan sesuatu yang mengganjal. Ia tidak begitu suka dengan F3, terutama cowok brengsek Dema di depannya yang berusaha mengakrabi sang mertua.
Candra ingin berdiri. Mendekati ibu Laisa dan ikut berbincang. Tetapi si bedebah sialan bernama Dion dan Riyan membuatnya tidak bisa berkutik. Ia selalu diajak bicara oleh mereka berdua tanpa henti. Mungkin Dema yang menyusun siasat sialan ini, batin Candra. Lalu berusaha menyingkirkannya pelan pelan. Sepicik itukah Dema bagi Candra? Berengsek.. Candra malas memikirkannya sebagai teman, adik tingkat, atau apalah ktu.
Sampai pada akhirnya, Candra lelah. Ia menyerah karena Dion dan Riyan sangat hiepraktif. Candra tidak bisa menahan ketidaknyamanan itu dan izin pulang untuk mengurus sesuatu di sekolah Ia pamit kepada Laisa dan ibunya, sembari memberi doa kesembuhan. Saat hendak pulang, Candra mengelus rambut Laisa. Membua Dema dan anggota F3 yang lain membuka bibirnya. Mereka tidak menyangka Candra seberani itu di depan Rina dan Dema. Apa yang ingin ia buktikan?
Sial! Rasakan nanti Candra! Kamu mulai berperilaku seperti sudah hendak menjadi tunangan Laisa heh! Batin Dema memberontak. Dia sangat tidak setuju!!
**

Book Comment (27)

  • avatar
    Agus

    ini sangat bagus kalau bisa top op

    2d

      0
  • avatar
    FahriMuhammad

    mantap

    20/08

      0
  • avatar
    Mohamad YusufRendi

    god

    24/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters