logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Bertemu Talita

"Kakak sudah ingatkah dengan semua itu? Tentang bekas luka dan... Mamaku yang dulu pernah tidak menghargai kakak?"
Siapa yang tidak ingat dengan semua itu. Tentu Clara mengingat setiap jengkal masa lalu yang bisa dibilang.. Menyeramkan. Memalukan. Membuat bulu gidiknya merinding jika teringat sedikit saja. Ia tidak akan pernah menghapus semua tentang keburukan itu, meski ketika mengingatnya, ia akan menangis. Setidaknya ingatan itu membuat dirinya bercermin untuk saat ini, menjadi lebih baik untuk masa depan. Buktinya sekarang adalah Rossa sudah berubah menjadi Clara. Tidak ada lagi si hitam legam berbadan gempal yang sering diolok olok oleh orang orang itu.
Clara tersenyum. Mengelus pelan rambut Talita yang berwarna cokelat pirang.
Talita tersenyum lebar. Ia saat ini sudah tumbuh dengan sangat anggun. Tak terasa juga sudah berada di bangku SMA. Padahal dulu, dirinya satu tahun lebih muda dari Clara. Ternyata Talita mengikuti program akselerasi ketika SMP. Itu yang menjadikan masa studinya diperpendek setahun.
"Kak, aku benar minta maaf atas kasus itu. Aku berusaha mencari cari kakak kemanapun. Tetapi kaka sudah tidak ada. Dan ternyata, kakak ke Prancis ya?" Tanya Talita.
Ia benar sekali. Clara ke Prancis setelah itu. Ketika usianya delapan tahun. Ia memutuskan untuk pergi saja bersama kedua orang tuanya. Mencari harapan baru. Mencari dunia baru yang lebih mau menerimanya.
Jika diminta untuk memilih, sebenarnya ia bisa tidak usah pergi ke Prancis untuk mengikuti perpindahan kerja kedua orang tuanya. Clara bisa tinggal bersama eyangnya di Desa. Namun, Prancis adalah tempatnya belajar untuk bisa lebih memperbaiki diri. Ia ingin Prancis merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya dari fisik, kecantikan namun juga hati.
Katanya orang akan banyak belajar ketika mereka hidup ditempat mereka tak biasa hidup. Mereka akan berusaha untuk survive. Bertahan menghadapi apapun yang mereka anggap sebagai ancaman. Setidaknya dengan Prancis, Clara akan menemui banyak orang dari dunia internasional. Tidak hanya mereka yang berkulit putih namun mereka yang juga berkulit hitam. Itu lebih baik kiranya. Mereka diajarkan bagaimana menghargai ras yang berbeda.
Mungkin juga hanya di tempat Clara lahir, dimana manusia dikotak kotakkan berdasarkan warna kulitnya. Lantas mereka yang tidak sesuai idealnya - berkulit putih, akan dianggap tidak cantik, tidak good looking, lalu dijauhi. Hal itu tentu akan merusak mental Clara ke depan. Meski ia buruk rupa, namun Clara juga masih memiliki mimpi dan cita cita yang tak ingin ia sia siakan bersama orang yang salah. Lingkungannya dulu belum bisa menerimanya. Bukannya menyatukan dirinya untuk bisa menerima, tetapi memisahkan agar terlempar jauh dari peradaban.
"Benar sekali sayang, aku ke Prancis. No problem for what did in the past. I forgive her. And now, how's your days? Are you fine until today?" Pertanyaan yang cukup membuat Talita berpikir panjang. Gadis itu berusaha menyusun kata, atau mengeluarkan jawaban terbaiknya. Namun, dari jawaban yang keluar sama sekali tidak menunjukkan hal demikian. Talita juga bersyukur, Clara bisa mengampuni ibunya. Meski ia tahu, hatinya turut tercabik cabik ketika mendengar kebesaran hatinya. Clara, idolanya itu benar tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita baik fisik maupun hatinya.
Talita ketika ditanya itu hanya bisa menangis. Ia berduka atas kejadian beberapa tahun silam. Setelah kasus penjambretan itu, kedua orsng tua Talita sering bertengkar. Mereka sering membesar-besarkan hal hal kecil yang seharusnya tidak diperdebatkan
Yang jadi korban siapa? Tentu Talita dan... Kakaknya. Yang namanya Thyme itu. Oh ya ... Dimana Thyme. setelah beberapa waktu tidak pernah bertemu, Thyme datang. Tepat ketika mau pemberangkatan ke Prancis. Ia memasang wajah layaknya akan kehilangan orang yang dikasihinya. Padahal, siapa Rossa kecil baginya? Tidak ada apa apanya tentu. Ia hanya gadis hitam legam yang tidak tahu diri berani berteman dengan pria pintar, sekolah di tempat favorit, dan yang jelas - tampan bin putih.
Thyme waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dengan kerah berbentuk V. Dia hanya mengenakan sendal gunung kesayangan dan terpingkal pingkal berbau tanah karena mungkin tergesa gesa ketika hendak menemui Clara. Thyme datang disaat mereka sudah bersiap ke bandara. Lalu hanya menatap Clara, memberikan sebuah tali rambut jenis pita berwarna merah - mirip dengan punya Clara. Ia tidak banyak bicara dan memberi lambaian. Entahlah. Clara tidak paham apa maksud lambaian itu. Apakah perpisahan atau sampai jumpa?
Waktu itu Thyme mengatakan kepada Rossa kecil untuk kembali lagi dan menjumpainya. Ia akan selalu ada disana untuk menunggu Rossa. Tetapi apakah hal itu benar? Tentu hanya bercandaan di masa kecil saja. Rossa kecil sudah menghilang ditelan bumi. Yang ada sekarang hanyalah Clara. Clara Saraswati yang namanya mulai tinggi karena diakui oleh dunia.
Jika mereka ditakdirkan bertemu, Clara ingin mengucapkan satu hal. Thyme.. Rossa berhasil mewujudkan mimpi mimpinya untuk menjadi orang yang cantik.
Jika kau ada disini, pasti akan menarik ceritanya, batin Clara.
"Aku sekarang baik kak, Mama baru saja meninggal setahun lalu. Kami akhirnya tinggal bertiga. Bersama Papah dan.... Kak Thyme!"
"Ha?" Clara agak terkejut. Akhirnya ia mendengar nama itu disebut. Walau sebenarnya ia tidak memintanya. Thyme apakah masih berada dekat di rumahnya, atau dia pergi lagi mengejar mimpinya keliling dunia? Tetapi.. Biar bagaimanapun, hidup bertiga tanpa seorang ibu adalah hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang.
Coba bayangkan, jika Papa Talita kerja siapa yang akan mengurus mereka? Talita kecil harus menyiapkan sarapannya sendiri. Sedang Thyme, Clara tidak yakin dia koki keluarga yang handal. Paling pria itu hanya akan belajar di kamar, mendengarkan musik, dan belajar lagi. Entah apa yang dilakukan para orang pintar yang suka membenamkan diri di kamar itu.
"Mama punya penyakit jantung, ia sering terjekut terhadap sesuatu. Umurnya tidak panjang kak!" lanjut Talita. Ia lantas mengambil sekuntum bunga dari dalam jas almamaternya.
Clara berusaha menenangkan Talita. Untuk tegar setiap saat karena ia juga tidak akan tahu, kejutan apa yang akan Tuhan berikan kepada hambanya. Clara hanya tahu, jika terkadang manusia bisa mengendalikan takdirnya sendiri. Selagi bisa maka kendalikan. Saat kita tidak mengendalikannya, maka hanya nasib yang akan membawa diri kita. Dan mungkin nasib tidak selalu serta merta setuju dengan apa yang kita inginkan. Itu salah satu cuplikan dari buku The Alcemist karya Paulo Coelho.
"Kak, aku ada titipan buat kakak!" kata Talita membuat lamunannya buyar.
Talita saat ini benar sudah segar bugar, sehingga tidak akan lagi mengalami sakit seperti dulu. Tingkahnya bahkan terlihat hiperaktif. Aktif melakukan berbagai aktivitas. Setelah kejadian itu Talita juga berusaha melatih diri untuk melindungi dirinya dari segala ancaman, sampai akhirnya ia memilih ikut organisasi bela diri. Berhasil mendapat kejuaraan kesana kemari. Prestasi yang membanggakan!
"Apa sayang?" tanya Clara. Ia penasaran. Meski sebenarnya sudah ditunggu mobil pesanananya di seberang jalan. Namun, meninggal kan gadis manis seperti Talita akan sangat disayangkan.
"Ini kak." Talita mengeluarkan Mawar Merah yang masih terlihat segar. Mawarnya dibungkus plastik transparan karena khawatir akan melukai jika dibiarkan begitu saja. Di dalamnya ada kartu ucapan dan... Apa itu? Ikat rambut jenis pita berwarna merah?
**

Dari penulis:
Hai para author dan readers. Kalau suka boleh dong minta subscribe, and reviewnya ya kakak-kakak. Plus hadiahnya juga boleh, saya akan sangat mengapresiasi itu. Semoga betah singgah disini yah kaa. Oh ya, jika mau collab atau kerjasama tentang kepenulisan boleh hubungi saya via DM... Thank you so much :)
Finding me I Instagram: @kismun.th

Book Comment (27)

  • avatar
    Agus

    ini sangat bagus kalau bisa top op

    2d

      0
  • avatar
    FahriMuhammad

    mantap

    20/08

      0
  • avatar
    Mohamad YusufRendi

    god

    24/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters