logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Kado Permintaan Maaf

Sore harinya saat aku sedang tidak sibuk melayani pengunjung, aku menghampiri Daniel. Rupanya dia sedang asyik dengan ponselnya.
"Niel, aku mau tanya sesuatu sama kamu. Tapi jawab jujur ya?" tanyaku ketika sampai di dekatnya. Dia menghentikan aktifitas main ponselnya. Lalu menatapku.
"Tanya apa, Kak?" jawabnya heran.
"Kamu tahu sesuatu tentang Jerry?"
"Maksudnya?" Dia mengerutkan keningnya. Sepertinya bingung dengan pertanyaanku.
Aku terdiam sejenak. Sebenarnya aku juga bingung mau mulai ngomong darimana. Tapi aku harus bertanya pada Daniel. Mungkin dia tahu sesuatu rahasia Jerry. Secara dia teman satu kampusnya, malahan satu jurusan.
"Mmm, begini. Misalnya, Jerry pernah ngomong apa gitu ke kamu. Mungkin soal kuliah, keluarga, atau masalah lain gitu?" tanyaku serius. Daniel tampak berpikir.
"Apa ya? Nggak ada sih, Kak. Dimana-mana Jerry emang orangnya gitu. Biasa aja. Kayaknya juga gak ada yang disembunyi-sembunyiin" jawab Daniel.
"Emangnya kenapa sih, Kak?" tanya Daniel lagi. Aku diam.
"Nggak apa-apa" jawabku lalu pergi meninggalkan Daniel.
Aku semakin bingung. Gara-gara ucapan Tante Hantini aku jadi kepikiran Jerry terus. Karena selama ini aku cukup mengenal Jerry. Dia suka bercerita apa saja. Termasuk tentang kuliah dan keluarganya. Dia anak tunggal. Kedua orang tuanya bercerai ketika Jerry masih bayi.
Lalu, apakah ada sesuatu hal yang serius? Ya, aku yakin sekali. Pasti ada sesuatu yang tidak pernah Jerry ceritakan padaku. Dan aku harus tahu itu.
* * * * *

Hari ini kali kedua aku minta izin pulang awal kepada Mbak Claudia. Sebenarnya aku tidak enak karena malam ini malam minggu. Dimana kafe biasanya ramai pengunjung. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus segera menanyakan kepada Jerry perihal perkataan Mamanya.
Aku pulang di jemput Pak Kardi. Di jalan aku sempatkan membeli camilan kemasan di supermarket. Aku juga membeli martabak dan roti bakar. Karena kemarin aku melihat stok camilan tinggal sedikit. Aku yang sering kelaparan di tengah malam. Tak ingin kehabisan camilan di rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam. Sepi. Aku melangkah ke ruang makan, meletakan martabak dan roti bakar di atas meja. Lalu pergi ke dapur untuk menyimpan camilan kemasan di kulkas.
"Mbok Yah, kok sepi sih? Pada kemana?" tanyaku ketika sampai di dapur. Terlihat Mbok Yah sedang membuat kopi. Sepertinya untuk Pak Kardi. Lalu menoleh kearahku.
"Bapak sama Ibu pergi. Tidak tahu kemana. Kalau Mbak Claudia sepertinya pergi malam mingguan. Tadi di jemput pacarnya" jawab Mbok Yah.
"O gitu."
Setelah selesai memasukkan camilan ke dalam kulkas. Aku segera ke kamar, lalu membersihkan diri.
Ketika sedang mengeringkan rambut dengan hairdryer, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Aku menghentikan aktifitasku. Lalu mencabut kabel dari colokan.
"Masuk" jawabku. Kemudian pintu dibuka. Tampak Mbok Yah membawa sebuah kado. Dibungkus kertas bermotif bunga-bunga. Berjalan mendekatiku.
"Ini ada kado buat Mbak Yoora. Dari Mas Jerry?" Mbok Yah memberikan kado itu kepadaku. Aku menerimanya.
"Jerry udah datang, Mbok?" tanyaku.
"Barusan Mas Jerry kesini. Terus pulang, lagi buru-buru katanya. Dia cuma nitipin kado ini buat Mbak Yoora" jawab Mbok Yah.
"Hah? Pulang?" aku kaget. Tadi kita sudah janji buat ketemu. Tapi dia malah pergi entah kemana.
"Iya. Tadi dia bilang begitu Mbak."
"Hhh, ya udah. O iya, Mbok, tadi aku beli martabak sama roti bakar. Mbok Yah sama Pak Kardi kalau mau ambil aja. Aku aku taruh di meja makan"
"Iya, Mbak. Terimakasih. Simbok ke bawah dulu ya?"
Setelah Mbok Yah pergi, aku menaruh kado dari Jerry ke atas meja rias. Aku jadi malas membukanya. Kenapa Jerry tiba-tiba memberi kado terus membatalkan pertemuan? Ada apa? Apa itu sebuah permintaan maaf? Maaf untuk apa? Bukankah sudah sering dia seperti ini?
Aku semakin bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Penuh rasanya kepalaku. Sebenarnya aku pengen cerita sama Arinda. Tapi jam segini dia masih di kafe.
Setelah banyak pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Jerry. Daripada di hantui rasa penasaran, mending cari tahu.
Selesai bersiap-siap aku langsung memesan ojek online. Tak lama kemudian ojek online datang. Aku pun segera berangkat, takut kemalaman.
Sesampainya di rumah Jerry, aku segera turun dari motor dan membayar ongkos. Aku langsung masuk karena pagar rumah belum ditutup. Terlihat Bang Abdul, seorang satpam yang sedang berjalan membawa secangkir kopi.
"Mbak Yoora? Ada apa Mbak? Tumben malam-malam kesini? tanya Bang Abdul ketika melihat kedatanganku. Beliau sudah hafal. Walaupun aku baru beberapa kali ke rumah Jerry.
"Mau ketemu Jerry dong. Masa mau ketemu Abang?" jawabku, dengan sedikit tawa dan candaan.
"Ketemu Abang juga boleh kok, hehe. Eh, tapi, Mbak. Mas Jerry nya lagi pergi."
"Pergi? Kemana? tanyaku serius.
"Nggak tahu, Mbak. Tadi perginya sama Nyonya" jawab Bang Abdul. Aku terdiam sejenak.
"Jerry sama Tante Hantini pergi kemana malam-malam gini?" Ah, ini kan weekend. Waktunya untuk keluarga bagi orang yang sibuk kerja. Mungkin mereka pergi makan atau jalan-jalan. Apalagi Jerry dan Tante Hantini jarang bertemu. Karena Tante Hantini sekarang ini lebih banyak tinggal di luar kota. Tapi, kalo cuma makan atau jalan-jalan nggak mungkin Jerry sampai ngasih kado segala" pikirku dalam hati.
Pikiranku masih bingung.
"Ya udah deh, Bang. Kalau gitu aku pulang aja. Tolong nanti bilang ke Jerry kalau aku kesini" kataku pada Bang Abdul, memberi pesan.
"Iya, Mbak, iya. Nanti saya sampaikan."
"Makasih ya, Bang? Aku pulang dulu."
"Iya, Mbak. Hati-hati."
Kulangkahkan kaki meninggalkan rumah Jerry dengan sejuta pertanyaan yang mendera. Menyusuri padatnya jalan raya dengan rasa penasaran yang semakin bertambah. Sengaja aku berjalan kaki. Aku ingin menikmati malam minggu di sebuah taman, yang tak jauh dari rumah Jerry.
Beberapa menit kemudian aku telah sampai di taman. Pengunjung ramai sekali. Tidak hanya para remaja, orang tua dan anak-anak pun ada.
Beberapa pedagang tampak menjajakan berbagai jenis makanan kaki lima. Mereka sibuk melayani pembeli. Aku memilih duduk di sebuah bangku. Memandang lalu lalang orang-orang. Melihat canda tawa mereka yang seakan tidak mempunyai beban hidup.
Taman ini, tempat kedua yang sering aku kunjungi setelah pantai. Bukan tempat yang mewah memang. Tapi di tempat inilah aku bisa sedikit meringankan beban yang terasa cukup berat.
Ketika ada sesuatu hal yang serius, aku jarang menceritakannya pada orang lain. Paling mentok minta pendapat Arinda dan Daniel.
Tak terasa sudah satu jam lebih aku berada di taman. Pengunjung semakin ramai. Malam juga semakin larut. Hawa dingin mulai terasa menusuk kulit. Tapi rasanya aku enggan untuk pulang. Masih ingin berlama-lama.
Akhirnya dengan langkah berat, aku pulang dengan di jemput Pak Kardi. Sengaja aku minta jemput, karena sudah malam. Takut pulang sendirian walaupun dengan taksi atau ojek online.
"Maaf ya, Pak, jadi ngerepotin" kataku ketika sudah berada di dalam mobil.
"Nggak apa-apa, Mbak. Ini kan tugas saya" jawab Pak Kardi.
"Tahu gitu tadi saya ikut Mbak Yoora aja. Daripada bengong di rumah. Mbak Yoora kok nggak bilang kalau mau ke taman?" tanya Pak Kardi lagi.
"Tadinya aku mau ke rumah Jerry, Pak. Tapi Jerry nggak ada di rumah. Ya udah ke taman aja" jawabku jujur.
"O gitu."
"Oh iya Pak, Bapak sama Ibu udah pulang belum?"
"Udah, Mbak. Tadi pas saya mau berangkat."
"Nanyain aku nggak?"
"Nggak tuh, Mbak. Tapi saya tadi juga bilang mau jemput Mbak Yoora di taman. Emang ada apa to, Mbak?"
"Nggak apa-apa, Pak."
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya diam. Tidak berselera untuk berbicara tentang apapun. Memang biasanya aku suka ngobrol dengan siapapun, walaupun dengan Pak Kardi atau Mbok Yah sekalipun.
~💚Pricilla Hwang💚~





Book Comment (579)

  • avatar
    Satu Dalam Sejuta

    good

    4d

      0
  • avatar
    FazriAmin

    buku nya bagus

    12d

      0
  • avatar
    SuailyGerard

    ia hanya sebatas cantik tetapi tidak memiliki hati yang sangat menyakiti mungkin hanya bukan dia yang dihati andai saja bumi bisa diputar dan memiliki hati yang terbuka bagi setiap orang yang sangat saling melengkapi dan terus berjuang untuk diri sendiri

    17d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters