logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Pulang Ke Rumah

Suara adzan maghrib telah berkumandang. Pak Wijaya dan juga Radit mereka pamit untuk Shalat di Masjid rumah sakit. Sedang Bu Risma masih shalat di ruangan. Selesai shalat mereka meneruskan pembicaraan, lebih tepatnya membicarakan Radit. Iya, Bu Risma ingin Salsa bisa menaklukkan dan membuat Radit jatuh cinta.
Sebenarnya Bu Risma takut jika Radit mempunyai kelainan. Selama ini Radit tidak pernah dekat mempunyai teman yang spesial. Radit selalu sibuk belajar dan bekerja, walaupun banyak gadis yang mencoba mendekati tapi tidak ada satupun yang dia suka.
Tidak lama setelah Radit dan Pak Wijaya kembali. Bu Risma pamit pulang, Bu Risma ingin memberi waktu biar Radit dan Salsa bisa dekat.
Namun apa yang terjadi setelah kepulangan orang tua Radit, bukannya mereka saling berbicara malah hanya kebisuan dan keheningan diantara mereka.
"Kamu mau kemana?" tanya Radit saat melihat Salsa yang turun dari atas bed. Dan dengan sigap dia menghampiri dan mau membantu istrinya.
"Mau ke kamar mandi, tapi aku bisa sendiri kok. Kalau mau istirahat, silahkan!" ucap Salsa yang merasa tidak enak karena dia melihat Radit yang sudah mengantuk dan terlihat lelah.
"Hemm, bener? Ya sudah, hati-hati!" jawab Radit dan kembali pada posisi semula.
Salsa berjalan menuju kamar mandi dengan pelan. Setelah kembali dia mendapati Radit yang telah terlelap. Tidak tega melihat suaminya tidur dengan kedinginan akhirnya dia mengambil selimut untuk menyelimuti Radit.
***
Suara adzan subuh membangunkan Salsa. Sebelum Radit bangun dia ingin membersihkan diri. Hari ini kesehatannya semakin membaik dan dia ingin segera pulang. Beristirahat di kost menurut Salsa akan jauh lebih baik, daripada harus merepotkan keluarga Bu Risma.
"Habis mandi?" tanya Radit saat melihat Salsa keluar dari kamar mandi dan terlihat segar.
"Nggak, cuma cuci muka saja. Kok sudah bangun? Padahal baru jam setengah lima lho," tanya Salsa yang duduk di bad.
"Aku ke masjid dulu terus cari kopi, kamu mau pesan apa, biar sekalian aku belikan," tanya Radit yang terlihat peduli dan perhatian sama Salsa.
"Emm, tidak usah lah. Nanti juga dapat jatah dari rumah sakit. Mubasir kalau tidak dimakan, boleh jalan-jalan keluar tidak? Aku bosen di kamar terus!"
"Ya sudah, ini kalau mau mainan handphone biar nggak bosen!" ucap Radit memberikan handphone miliknya.
Dengan ragu Salsa menerima. Dia tidak menyangka Radit mengerti yang dia inginkan. Setelah Radit pergi Salsa mulai berselancar di dunia maya. Dia membuka aplikasi biru dengan akun miliknya, banyak sekali pesan dari teman kerja di semarang. Mereka menanyakan kabar, dan bercerita tentang orang yang menggantikan dirinya. Tidak hanya itu mereka ingin dia kembali, agar orang yang di maksud bisa mundur.
Cukup lama Radit pergi, saat dokter memeriksa dia juga belum kembali. Dokter mengatakan keadaan dia semakin membaik dan di saat Salsa minta untuk pulang sudah diperbolehkan. Infus di tangannya juga sudah terlepas. Tinggal mengurus administrasi dan langsung bisa pulang.
Semua baju sudah dirapikan, Salsa juga sudah bersiap. Tinggal menunggu Radit kembali dan mengurus administrasi.
Klek...
Radit muncul dari balik pintu, melihat semua sudah rapi dan juga Salsa yang sudah tidak pakai infus membuat Radit senang. Itu tandanya Salsa sudah bisa pulang.
"Sudah boleh pulang?" tanya Radit untuk menyakinkan pikirannya. Hanya anggukan yang mewakili jawaban dari Salsa. "Aku, urus administrasi dulu. Semua sudah siapkan?" tanya dia lagi, dan hanya mendapat anggukan dari Salsa.
***
"Alhamdulillah, akhirnya yang ditunggu sudah datang. Selamat datang di rumah baru kamu Salsa," ucap Bu Risma ketika Salsa datang bersama Radit. Radit tidak membawa Salsa ke rumah orang tuanya, tapi dia membawa ke rumahnya sendiri hasil dari kerja kerasnya.
Rumah Radit memang tidak sebagus dan semegah rumah Pak Wijaya, tapi rumah ini juga terlalu besar untuk di tinggali mereka berdua. Sebelum datang ke rumah ini, Salsa dan Radit mengambil barang-barang Salsa yang ada di kost. Salsa juga pamit karena tidak tinggal di sini lagi.
Radit berjalan mendahului Salsa dan dia membawa tas istrinya untuk ditaruh dalam kamar. Rumah terlihat sangat sepi dan tidak ada orang lagi selain mereka bertiga. Apalagi setelah Bu Risma pamit pulang, hanya tinggal Radit dan Salsa.
Salsa memandang lurus ke arah TV yang tidak menyala. Pikirannya kacau, sesungguhnya dia tidak ingin hanya tinggal berdua saja dengan Radit. Dalam hatinya masih takut, sedang Radit dia terus saja memandang ke arah Salsa. Radit bingung harus memulai darimana.
"Sa, di rumah ini aku punya peraturan yang harus kamu taati!" ucap Radit mengalihkan pikiran Salsa.
"Iya, bicarakan saja!" sahut Salsa datar yang ingin menyembunyikan kekhawatiran yang tengah dia rasa.
"Pertama aku tidak ingin punya istri pemalas. Jadi aku minta setiap aku pulang kerja rumah selalu bersih dan rapi. Yang kedua aku tidak suka bajuku di laundry, kamu kalau nyuci jangan pakai mesin. Bagiku kalau pakai mesin tidak bersih. Yang ketiga, aku tidak suka makan di luar. Kamu tau kan maksud aku? Aku ingin masakan rumah dan yang fresh. Dan yang terakhir jangan pergi dari rumah tanpa izin dariku!" ujar Radit yang membuat Salsa melihat ke Radit penuh tanda tanya.
"Maksudnya, kamu ingin aku menghandle rumah sendiri?" tanya Salsa yang dijawab dengan anggukan Radit dengan mantap.
"Baiklah, akan aku kerjakan! Emmm tapi, apa boleh kalau di rumah aku lepas hijab?" tambah Salsa yang membuat Radit kaget.
"Kenapa? Aku lebih suka lihat kamu pakai hijab. Atau kamu mau menggoda agar aku tertarik dan jatuh cinta sama kamu?" tanya balik Radit dengan penuh selidik.
"Bukan, lagian ngapain juga aku menggoda kamu? Kemarin aku cuma bawa baju sedikit, dan kebanyakan baju panjangku hanya baju kerja. Nggak mungkinkan saat aku bersih bersih rumah dan lagi santai pakai baju kerja? Sedang baju santai ku semua pendek. Nggak boleh ya?" tanya Salsa penuh ragu-ragu.
"Owh... ya sudah nanti malam kita cari baju. Aku tidak mau ada orang yang lihat kamu nggak pakai hijab! Tapi kamu tidak keberatan jika membersihkan rumah seorang diri?" tanya Radit yang dijawab dengan anggukan oleh Salsa.
Hari telah berganti malam, habis magrib Radit mengajak Salsa pergi ke pusat perbelanjaan. Banyak sekali baju yang dibeli Radit untuk Salsa? Setelah berbelanja mereka makan terlebih dulu sebelum pulang.
Pintu gerbang terbuka otomatis karena memang tak ada satpam. Salsa turun dan mengambil barang belanjaan yang baru saja Radit belikan.
"Emmm kita harus tidur sekamar ya?" tanya Salsa saat berada di depan kamar Radit.
"Terserah kamu, di sini banyak kamar kalau kamu mau tidur terpisah silahkan tidur di kamar lain. Kecuali kamu," ucap Radit menggantung dan menaikkan sebelah alisnya untuk menggoda Salsa.
"Boleh, aku tidur di kamar lain? Bagaimanapun juga aku harus dapat izin dari kamu. Aku tidak ingin berdosa karena tidak mendapatkan izin," sahut Salsa yang membuat Radit membulatkan mata sempurna.
"Kenapa? Bukankah kamu sudah jadi istri aku? Kenapa minta tidur di kamar lain?

Book Comment (182)

  • avatar
    JMegaa

    bagus ceritanya, ditunggu novel selanjutnya 🤭

    15/06/2022

      0
  • avatar
    Sari

    Wouw, baca blurb-nya aja udah bikin nyes. Terus semangat, akak

    18/05/2022

      0
  • avatar
    ArdiansyahAlif

    ini keren bro ahai boy

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters