logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Alasan

Klek...
Pintu ruangan tertutup dan Radit meninggalkan Salsa sendirian. Radit berjalan menuju ruangan perawat untuk meminta bantuan. Dia tidak tega meninggalkan Salsa sendirian. Apalagi kalau sampai Bu Risma tahu pasti dia akan kena semprot.
"Permisi Sus, boleh saya minta tolong?" tanya Radit dengan sopan.
"Iya Pak, ada apa? Apa ada masalah dengan Mbak Salsa?" tanya suster yang berjaga.
"Tidak, saya cuma mau minta tolong jagain istri saya sebentar. Soalnya saya mau pulang dulu, tapi nanti segera balik kok!"
"Owalah... bisa Pak, tidak usah khawatir nanti saya akan menemaninya sampai anda kembali,"
"Oh satu lagi Sus, di dalam aku pasang kamera tolong jangan dimatikan. Soalnya saya tidak tenang meninggalkan dia sendirian. Saya ingin tetap menjaga dia walau jauh," ucap Radit bohong.
"Baik Pak! yang baru nikah, maunya dekat dekat terus. Semoga lekas dapat momongan Pak!" goda Suster. Radit hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan sangat Suster.
Radit melajukan mobilnya membelah jalanan untuk menuju apartemen. Dia tidak kembali ke rumah, karena pasti sang Mama akan mengomel karena meninggalkan Salsa sendirian.
Sesampainya di apartemen Radit segera masuk kamar dan langsung menyalakan laptop. Melihat Salsa tidur dia segera mandi dan mengganti baju. Dia ingin merebahkan badan sebentar sebelum kembali ke rumah sakit.
Di layar laptop terlihat Suster masuk dan membawa paper bag yang berisi baju ganti untuk Salsa. Mata Radit terpejam tapi dia masih bisa mendengar percakapan antara Suster dan Salsa.
"Mbak Salsa, bagaimana keadaan kamu? Ada yang masih dikeluhkan?"
"Nggak Sus, tinggal lemes saja. Oh ya Sus, boleh minta tolong?"
"Apa, Mbak? Mau makan sesuatu?" tanya Suster dengan sigap.
"Aku mau mandi Sus, badanku terasa lengket. Sudah boleh kan?"
"Boleh dong, ayo saya bantu!" ujar Suster dan membantu Salsa menuju kamar mandi.
Tidak sengaja saat Salsa keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan hijab, membuat Radit terpesona. Pandangan matanya membulat sempurna tertuju pada wajah Ayu Salsa.
"Sial, kenapa aku jadi kayak gini! Ingat Radit, kamu belum balas dendam dan belum tau siapa dia sebenarnya!" ucapnya memperingatkan diri agar tidak jatuh cinta sama Salsa.
Tapi tidak dipungkiri hatinya berdesir melihat wajah Salsa yang fresh. Radit segera menutup dan mematikan laptop untuk segera datang ke rumah sakit. Dia ingin melihat Salsa dan menemaninya. Entah perasaan macam apa yang dia rasakan. Di saat dekat pengennya ngajak berantem tapi saat jauh dia ingin segera bertemu.
***
"Sus, makasih sudah mau membantu saya. Rasane seger banget, Suster boleh balik. Aku tidak masalah sendirian!" ucap Salsa tidak enak karena mengganggu pekerjaan Suster.
"Tadi saya diminta Pak Radit buat menemani kamu. Dari tadi juga jam kerjaku sudah habis. Kamu tenang saja! Kalau saya pergi nanti saya tidak enak sama suami kamu. Mbak Salsa beruntung punya suami kayak Pak Radit, penyayang, perhatian dan romantis juga. Nemu dimana mbak?"
"Suster ini bisa saja, tapi saya beneran Sus, nanti saya yang bilang ke dia. Suster pulang saja. Pasti capek sudah kerja seharian, setelah itu mengurus aku," ujar Salsa sambil memakai hijab lagi.
Klek...
Radit muncul setelah pintu terbuka. Dia memakai baju santai dan berjalan menuju Istrinya. Radit mengecup kening Salsa sebelum duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur.
Mendapat perlakuan manis dari Radit membuat jantung Salsa berdetak lebih cepat.
"Pak disini masih ada saya, tolong jangan buat saya iri," ucap Suster dengan tersenyum. Wajah Salsa memerah mendengar godaan sangat Suster.
"Pak, saya juga mau pamit! Saya permisi dulu," pamit Suster dan meninggalkan mereka berdua di kamar.
Kebisuan dan canggung yang dirasakan mereka berdua. Salsa masih tersipu malu dengan apa yang barusan dilakukan Radit. Sedang Radit tetap cuek dan bermain ponsel untuk mengurangi debaran jantung dan juga malu telah mencium kening istrinya.
"Emmm... Mas, handphone saya dimana ya. Dari tadi aku cari gak nemu," ucap Salsa memecah keheningan.
"Astaga, handphone kamu ketinggalan di rumah. Tadi kebawa, kayaknya masih ada di kamar!" ucap Radit sambil menepuk jidat. Dia tadi sengaja bawa ponsel Salsa karena ingin tau informasi yang lebih.
"Ya, sudahlah. Tapi kenapa harus kamu bawa pulang?" protes Salsa tidak suka.
"Buat jaminan kalau kamu kabur! Mau telfon bapak? Nih pakai ponselku saja. Tadi ponsel kamu lowbat jadi aku cas malah ketinggalan. Oh ya, Sa, kamu kenapa kabur dari rumah? Lagi ada masalah?"
"Aku tidak suka aja dijodohkan, sebenarnya tidak kabur tapi….ingin mencari pacar ku yang tiba-tiba nggak ada kabar. Sedang orang tuaku meminta aku untuk segera menikah, kalau mas Ryan nggak segera datang ke rumah aku mau dinikahkan sama orang lain. Makanya aku kesini, sekalian cari kerja,"
"Sama aja kamu kabur. Terus sudah ketemu? Sudah kamu coba hubungi dia lagi? Tapi kenapa kamu malah mau nikah sama aku?"
"Mama kamu maksa, lagian kalau aku mau kabur juga belum bisa. Belum, kemarin saat aku baru sampai sudah aku coba hubungi dia, tapi tetap masih nggak aktif. Malah sekarang keadaannya jadi gini. Bingung harus bagaimana. Di satu sisi aku masih sayang banget sama dia. Tapi di sisi lain aku dah jadi istri kamu. Nggak mungkin juga aku cari dia lagi!"
"Rumit juga hidup lo. Eh, tapi kenapa dia bisa pergi gitu saja? Atau jangan jangan dia sudah punya cewek di sini?"
"Nggak, katanya dia belum siap untuk nikah. Ya sudahlah, aku terima takdirku. Mungkin dia bukan jodohku,"
Hati Radit tersentuh mendengar cerita istrinya. Walaupun dia belum pernah pacaran, tapi dia tau rasa sakit dan kecewa yang sedang dialami Salsa. Sedang Salsa terus saja memandang lurus ke depan. Pikirannya mengelana entah kemana, hingga ucapan salam dari balik pintu membuyarkan lamunan mereka.
"Assalamualaikum, bagaimana keadaan kamu?" tanya Bu Risma yang datang bersama suaminya.
"Baik Bu," jawab Salsa seraya mencium tangan mertuanya bergantian. Begitu juga dengan Radit, dia mencium tangan kedua orang tuanya bergantian.
"Panggil Mama, sayang... jangan Bu," Protes Bu Risma karena panggilan Salsa. Ucapan beliau hanya di jawab senyuman oleh Salsa.
Sebenarnya Salsa masih canggung dengan semua keadaan ini. Setelah beliau duduk di tempat yang tadi di duduki Radit, Bu Risma mulai mengajak bicara Salsa. Tidak hanya bicara Bu Risma ingin mengenal lebih jauh tentang Salsa.
Dengan santai Salsa bercerita tentang kehidupan dia sebelum datang ke Jakarta. Tapi ada yang disembunyikan oleh Salsa. Dia tidak menceritakan hubungan dia dengan Ryan. Mendengar semua perkataan Salsa, Bu Risma semakin yakin hanya Salsa yang pantas mendampingi Radit.
Sedang Pak Wijaya sudah mau mulai menerima Salsa. Semua juga berkat sang istri karena telah mengingatkan masa lalu mereka. Dulu Pak Wijaya bukanlah orang terkenal seperti saat ini. Dulu keluarga Wijaya hanya keluarga yang miskin namun berkat kerja keras, usaha dan doa yang selalu dipanjatkan dan juga selalu bersedekah, membuat mereka bisa sampai di titik ini.

Book Comment (182)

  • avatar
    JMegaa

    bagus ceritanya, ditunggu novel selanjutnya 🤭

    15/06/2022

      0
  • avatar
    Sari

    Wouw, baca blurb-nya aja udah bikin nyes. Terus semangat, akak

    18/05/2022

      0
  • avatar
    ArdiansyahAlif

    ini keren bro ahai boy

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters