logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Rahasia Dalam Kehidupan

Rahasia Dalam Kehidupan

Darmawati212


1. Awal Cerita

Di sebuah rumah mewah terdapat seorang remaja yang masih berada di alam mimpi. Remaja itu seakan tak terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui sela sela jendela. Bahkan tak terganggu dengan suara bisik alarm di atas nakas samping kepalanya. Entah karena efek lelah atau apa, remaja itu masih betah dalam mimpinya yang mungkin begitu indah.
Remaja dengan nama asli, Rayhan Saga Febriano adalah kesayangan semua orang. Memiliki sifat manis namun juga jahil terutama pada sepupunya. Apapun keinginannya akan di turuti selagi itu membuat Rayhan merasa bahagia.
Bisa dikatakan Rayhan memang lebih disayang dari Raffano Arlan haldio dan Raffino Erlan Haldio sepupu, kembarnya. Tentu saja hal itu membuat Rayhan merasa senang dan bahagia, di sayangi semua orang itu adalah hal yang paling membahagiakan. Baginya saat ini, entah di masa depan.
Tapi ketahuilah terkadang, ia juga merindukan sosok orang tuanya. Meskipun ada paman dan bibinya yang menggantikan peran mereka, tapi tetap saja, Rayhan merasa ada yang kurang di dalam hidupnya. Yah semoga aja dia dapat berkumpul bersama mereka lagi.
Anak mana yang tak merindukan orang tua nya bahkan ia sudah 6 tahun lamanya tak bertemu dengan mereka. Jangankan 6 tahun 1 tahun aja kita sudah sangat merindukan orang tua kita jika berjauhan, bertemu sekali pun dalam 6 tahun ini, Ray tak pernah lagi. Dan ia mungkin sudah lupa bagaimana wajah kedua orang tuanya. Merasa di abaikan itulah yang selama ini Rayhan rasakan, tapi ia tak pernah menunjukkan kesedihannya pada keluarganya.
Ceklek...
Pintu kayu warna cokelat itu, kemudian terbuka. Menampilkan Rayhan yang masih berada didalam mimpi indahnya. Wanita yang baru saja masuk itu, tersenyum saat mendapati keponakannya masih tertidur nyenyak. Padahal sudah hampir jam 7, ingin memarahi tapi dirinya tak tega.
"Ray bangun nak," ucap Megan Ananda haldio, bibi Rayhan sembari menepuk pelan bahunya.
"Ray udah hampir telat loh," ucapnya lagi lalu menggoyangkan bahu Rayhan yang tak kunjung membuka matanya.
"Ray kalo gak bangun, Rafa sama Rafi pergi duluan, loh!" kata Megan bermaksud mengancam. Karena Rayhan yang tak kunjung bangun.
Perlahan, Rayhan membuka matanya dan hal pertama yang ia tangkap dari indera penglihatannya adalah sosok wanita cantik yang telah hampir memasuki kepala empat, wanita yang merawatnya selama ini. Raut senang tentu tak lepas dari Rayhan ketika ia masih bisa tinggal bersama mereka. Entah apa jadinya nanti jika Rayhan harus berpisah dari paman dan bibinya, Rayhan mungkin tak akan sanggup. Kehadiran mereka sangat berarti di dalam hidup Rayhan.
Rayhan tersenyum kecil pada Tante Megan. Ia bahkan belum menyadari jika ia sudah telat.
"Good morning aunty," ucap Rayhan serak karena baru bangun. Ia mendudukkan dirinya di atas kasur.
"Good morning too," balas Megan dengan tersenyum juga.
"Nyenyak tidurnya Ray?" tanya Megan sembari mengelus pelan surai hitam, putra dari adik iparnya itu.
"Nyenyak banget tan, sampai sampai Rayhan betah," jawab Rayhan tersenyum cerah meskipun nyawa nya belum sepenuhnya berkumpul. Bagaimana pun juga, tersenyum adalah kebiasaannya jika dia dalam mood yang bagus.
"Pantes aja dari tadi gak bangun bangun, mimpi apaan?" tanya Tante Megan mulai kepo.
"Tadi Ray mimpi ket..."
Belum sempat Rayhan menyelesaikan ucapannya tiba tiba ia membolakan matanya dengan perasaan panik. Tak sengaja, indera penglihatannya itu melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Pagi. Tentu Rayhan panik, ia akan terlambat, lebih tepatnya sudah terlambat.
"UDAH JAM TUJUHHH," pekik Rayhan panik, dengan mata yang membola seakan tak percaya.
"Kok tante gak bangunin Ray sih," kata Rayhan dengan mata yang berkaca kaca ingin nangis ceritanya.
"Tante udah dari tadi loh bolak balik bangunin kamu, tapi kamu tidurnya nyenyak banget sampe gak ngerasa saat Tante bangunin," kata Megan tak ingin di salahkan. Karen faktanya, ia sudah membangunkan Rayhan dari jam 6 pagi tadi.
"Rayhan udah terlambat dong tan~" rengeknya dengan mata yang berkaca kaca. Rayhan saat ingin nangis memang sangat sangat gemesin.
"Gak kok, baru jam 7. Mending kamu cepetan mandi terus turun," ujar Megan sambil berjalan ke arah pintu.
"Kak Rafa dan kak Rafi udah pergi?" Tanya Rayhan saat Tante megan akan pergi.
"Tadi masih sarapan, Tapi gak tahu," ia juga tak terlalu memperhatikan kedua putranya itu masih menunggu Rayhan atau sudah berangkat.
"Yah kalo mereka ninggalin Ray, yang ada nanti Rayhan yang dihukum sendiri, Rayhan gak mau tan," rengek Rayhan yang masih berada di atas kasur. Membayangkan saja, Rayhan gak sanggup, apa lagi menjalaninya.
"Gak akan ada yang mau ngehukum ponakan Tante," hibur Megan bermaksud menenangkan.
"Rayhan mandi yah abis itu turun," bujuk Megan.
Setelah mendapat anggukan dari Rayhan, ia segera pergi ke dapur ingin memastikan kedua putranya belum pergi.
"Ray mana mah?" Tanya Rafa saat melihat mamanya baru turun dari lantai 2.
"Mandi. Pasti kalian kam yang ngajak Rayhan main game sampai begadang," jawabnya lalu berjalan menghampiri mereka yang sedang sarapan.
"Kok baru mandi sih, yang ada kita terlambat loh mah, Rafi gak mau yah dihukum gara gara terlambat kesekolah nya," kata Rafi seolah tuli dengan tuduhan dari Megan, padahal hal itu memanglah benar.
"Takut amat lo dihukum," kata Rafa masih menikmati sarapannya dengan santai padahal udah jam 07.15.
"Iyalah, emangnya gue elu yang dihukum lari, dijemur pagi pagi masih tetap diam gak mau protes"kata Rafi tak mau kalah.
"Karena gue ngikutin aturan sekolah, gak kayak Lo yang bakalan protes gak berhenti ngomong sampe hukumannya gak jadi,"bala Rafa sambil menikmati makanannya dengan nikmat.
"Biarin gue kan mencari solusinya agar tidak dihukum."
"Diam!" Kata Fradika Stevano Haldio, Ayah si kembar.
Udah capek dia menghadapi mereka yang hanya mempeributkan hal kecil. Selalu saja ada hal yang di peribukan. Itu semua tentu karena Rafi yang tak ingin mengalah.
"Maaf pah," kata mereka barengan .
Tak lama, terdengar langkah terburu buru dari seseorang lebih tepatnya sih lagi berlari.
"Pagi om, Tan, kak Rafa kak Rafi" katanya dengan langsung menghampiri mereka.
"Lama amat Lo, mimpi apaan sih sampe jam 7 masih molor,"kata Rafi
"Mimpi...mmm.. Pokonya Rayhan mimpi indah deh," jawab Rayhan.
"Mimpi apa? kasih tau gue lah," Tanya Rafi kepo.
"Masih mau ngobrol atau berangkat." kata Rafa dan berjalan mendahului mereka. Terpaksalah Rayhan dan Rafi harus ngikut.
"Ray Napa tuh sepupu lo,"tanya Rafi heran dengan perilaku Rafa padahal itu sudah hal biasa.
"Kembaran Lo kali kak," jawab Rayhan acuh.
"Bukan kembaran gue tuh," kata Rafi dan menarik Rayhan keluar dari rumah sebelum Rafa ninggalin mereka.
"Om, Tan Rayhan berangkat," pamitnya tapi dengan berlari diseret oleh Rafi.
"Kamu belum sarapan Ray," kata Tante Megan, namun sayang anak itu sudah keburu pergi, bahkan tanpa salaman pada Megan dan Dika.
"DISEKOLAH AJA MAH!" bukan Rayhan yang menjawab melainkan si Rafi.
*****
Sesampainya disekolah, pintu gerbang telah ditutup. Wajar sih kan udah jam 8. Rafa, Ragi dan Rayhan hanya dapat meratapi nasib jika seandainya nanti bakalan di hukum. Tadinya sih, Rafi nyaranin buat pulang, tapi langsung di bantah dengan Rafa. "Lebih baik di hukum, daripada bolos," begitulah perkataan Rafa tadi.
Dan kini berakhirlah mereka berada di luar gerbang sekolah.
"Pak bukain dong gerbangnya," ucap Rafi pada pak Joko satpam sekolah.
"Maaf Atuh den, saya gak bisa," balas pak Joko tak ingin melanggar aturan. Sebenarnya ia kasihan pada ketiganya, tapi apa boleh buat ia hanyalah seorang satpam di sekolah ini. Ia tak bisa melanggar peraturan yang telah di buat di sekolah ini.
"Ayolah pak, saya gak mau nanti kena hukum," ujar Rafi memelas.
"Maaf den saya gak bisa."
"Masa bapak tega sih kalo misalkan anak tertampan di SMA ini harus dihukum pagi pagi gini," kata Rafi dengan kepercayaan dirinya yang sudah setinggi langit. Padahal nyatanya, Rafi masih dalam standar, kepercayaan dirinya sajalah yang terlalu tinggi.
"Maaf den saya benar benar gak bisa,"
Kata pak Joko.
"Pak please sebelum Bu Julia datang bisa bisa ia ngehukum kita loh pak, bapak tau kan Bu Julia itu galak banget dan sialnya dia malah jadi wali kelas kita, ayolah pak bantu saya kali ini aja," bujuk Rafi belum menyerah.
"Ngapain ngomongin saya," kata seseorang menatap punggung mereka bertiga yang sedang menghadap ke gerbang. Dengan berkacak pinggang dan juga tatapan tajam ia berikan pada murid yang berani membicarakannya dan sedang terlambat datang itu.
"Eh ibu Julia, baru datang Bu," kata Rafi dengan senyum yang begitu di paksakan. Rautnya yang tadi kesal, kini menampilkan senyuman paling manis miliknya.
"Kalian terlambat yah?" Tanyanya pada mereka bertiga.
"Emm itu Bu, kita cuma telat datang aja," elak Rafi.
"Telat dikiiiiiit, aja," ujar nya sambil menampilkan puppy eyes berharap bu Julia membiarkan mereka masuk dan tak mendapat hukuman.
Rayhan menepuk dahinya mengapa bisa ia memiliki sepupu bego dan gak punya otak kayak Rafi.
"Ikut saya sekarang!" perintah Bu Julia.
"Mau kemana Bu? Mau beliin makanan yah? Kalo beli makanan Rafi ikut Bu," kata Rafi saat gerbang sudah di buka oleh Pak Joko.
"Saya akan hukum kalian, berdiri di lapangan sekolah dengan posisi hormat pada bendera," ucap nya tak bisa di bantah.
Rafi yang mendengar kata-kata Bu Julia langsung syok dan panik pengen kabur tapi gak bisa. Gimana dong? Ia sedang memikirkan cara agar bisa lolos dari hukuman ini.
"Bu jangan deh, perut saya tiba tiba sakit nih," kata Rafi pura pura sakit perut. Di tambah ekspresi yang buat untuk menunjukkan perasaan sakit, sesakit mungkin, agar bu Julia percaya.
"Jangan mencoba buat membohongi saya Rafi atau mau hukuman kamu saya tambah," Bu Julia memang sudah kebal dengan trik yang di berikan Rafi.
"Janganlah Bu, saya gak bohong Bu, perut saya benar benar sakit," kata Rafi dengan mimik wajah yang di buat semakin kesakitan.
"Saya gak peduli, kalian bertiga ke lapangan sekarang sampe jam kedua berakhir baru kalian boleh beristirahat," kata Bu Julia tak ingin di bantah.
Rayhan dan Rafa langsung pergi kelapangan tanpa protes berbeda dengan Rafi yang masih berdiam diri di tepi lapangan.
"Ngapain kamu masih berdiri disitu," ujar Bu Julia yang masih menyadari kehadiran Rafi.
"Bu saya mohon jangan hukum saya yah, gimana kalo misalkan saya gosong Bu. Emang ibu mau tanggung jawab."
"Rafi jangan buat saya marah, cepat kelapangan atau saya tambah hukuman buat kamu," kata bu julia yang mulai kesal.
"Ehh iya Bu, jangan marah dong nanti gak cantik lagi loh."
"RAFI!" Bentak Bu Julia tak tahan dengan muridnya yang satu ini.
"Heheh iya Bu saya ke lapangan dulu," kata Rafi dan langsung berlari ke lapangan.
Sabar. Punya murid seperti Rafi memang harus banyak sabar.

Book Comment (577)

  • avatar
    RenaldiArino

    asik sekali

    5h

      0
  • avatar
    NurhidayahSiti

    Maher

    6d

      0
  • avatar
    FahrezaMuhammad

    asik bangat nih apk nya boy seru dan bilin gw gak gabut ko

    9d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters