logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Menjadi Single Mom

Aku pun mulai menangis dan panik, aku menangis karena aku takut Lusi akan nekat bunuh diri dan mengugurkan bayinya.
Karena menurut aku, kasian jika bayi itu harus mati terbunuh. Bayi itu perlu hidup dan bernafas. Aku sangat sedih, jika bayi tersebut harus kehilangan nyawanya.
Joseph hanya memeluk aku, dan menghapus air mata aku. Mungkin sebagai seorang sahabat, ia tak tega melihat aku menangis.
Joseph pamit kepada aku, karena ia akan kerumah tunangannya Indri.
Seharusnya ia memikirkan bagaimana mencari solusi bersama untuk memecahkan masalahnya terhadap Lusi. Seharusnya ia datang kerumahnya dan memecahkan masalah ini. Yang aku tidak suka dari sahabat aku, ia terlalu mengampangkan masalah. Ia terlalu memperdulikan Indri. Seakan-akan yang menjadi prioritas utamanya adalah Indri.
Ya Allah, aku harus bagaimana? Aku sekarang tinggal seorang diri di Apartement.
Aku yang tak mau masalah ini berlarut-larut, aku ingin masalah ini cepat clear dan selesai. Aku pun, akhirnya nekat mencari alamat rumah Lusi. Melalui bantuan Ridwan teman sekolah aku. Ridwan juga merupakan sahabat akrab Joseph. Jadi ia mungkin tau, dimana rumah Lusi berada? Aku pergi kerumah Lusi dengan diboncengi oleh Ridwan dengan motor sportnya.
Setibanya aku didepan rumah Lusi, aku dan Ridwan memencet bel rumahnya. Tetapi tidak ada yang keluar untuk membukakan pintu.
Kami berdua pun, mendapatkan informasi dari tetangga Lusi. Bahwa ia sudah tiga hari belum pulang kerumah. Ya Allah, saya dan Ridwan sangat panik. Masalahnya Lusi sedang hamil, kami berdua takut Lusi nekat dan bunuh diri. Aku dan Ridwan sangat mengkhawatirkan Lusi dan anak yang ada didalam kandungannya.
Kami berdua, meninggalkan nomor ponsel kami berdua kepada tetangga Lusi. Jadi ketika Lusi pulang, tetangga tersebut dapat memberikan informasi kepada kami.
Setelah usai, kami pun akhirnya pulang kerumah masing. Tetapi setelah dua minggu berlalu. Orang tersebut, belum menghubungi aku maupun Ridwan. Ya ampun, kemana keberadaan Lusi seakan lenyap ditelan bumi. Padahal aku sangat mengkhawatirkan dirinya, aku juga sangat mengkhawatirkan buah hatinya. Aku takut Lusi nekat menggugurkan anaknya. Apa lagi, anak tersebut tak berdosa. Anak tersebut membutuhkan kedua orang tua yang lengkap. Semoga saja, pikiran Joseph terbuka untuk menikahi Lusi dan hidup bersamanya. Tetapi kami belum tau dimana Lusi berada.
***
Delapan bulan kemudian.
Tidak terasa, sudah delapan bulan kami menunggu kabar Lusi.
Aku dan Joseph, sekarang sedang bertengkar di dalam apartement kami berdua.
"Kamu ini keterlaluan Joseph, seharusnya kamu waktu itu bisa dihubungi nomor ponsel kamu. Karena nomor kamu tak bisa dihubungi, kau lihat kan kita tidak dapat mengetahui keberadaan Lusi?" omelku kepada Josep.
"Adel sayang, nanti juga Lusi muncul. Dia nggak mau muncul, mungkin dia minder tatkala mengetahui aku adalah tunangan dari Indri. Mungkin dia tak mau menuntut aku lebih," ungkap Josep kepada Adelia.
Picik sekali, pikiran sahabat aku Joseph. Ya ampun kenapa dia jadi berpikiran sempit seperti ini? Seharusnya ia sedih karena belum menemukan jejak Lusi dan anaknya. Tetapi ia tidak ada rasa cemas dan khawatir, dasar lelaki seharusnya ia sebagai lelaki sejati ia tidak seperti itu.
Yasudah lah, mungkin memang karakter sahabat aku Joseph. Mungkin karakternya, sudah mendarah daging. Pada dirinya, dan sulit dihilangkan.
Aku dan Joseph sangat terkejut, karena ada yang mengetuk pintu apartement kami berdua. Tatkala kami berdua buka pintunya, tak ada orang satu pun. Hanya ada bungkusan kardus di depan apartement kami berdua.
Dengan raut wajah yang sangat ketakutan, kami berdua membawanya masuk. Menuju kedalam apartemen kami.
Ketika Joseph buka, ada tangisan seorang bayi. Bayi siapa ini? Kami berdua, sangat ketakutan sekali. Ada surat didalamnya.
Tolong rawat bayiku, aku beri nama bayi perempuan aku yang aku beri nama Ariana. Tolong rawat dengan baik Adel, kamu adalah orang baik. Berkat kamu aku masih bertahan, dan mau melahirkan Ariana. Ariana adalah puteri yang aku lahirkan, yang merupakan anak dari sahabat kamu Joseph. Aku akan menikah dengan lelaki bule keturunan America bernama Adam Smith. Tetapi, aku tidak dapat membawa serta puteriku. Karena keluarga Adam tidak menyetujuinya. Tidak perlu diragukan lagi, Ariana adalah puteri Joseph. Tes DNA bisa terlihat jelas dari wajahnya, yang sangat mirip Joseph.
Salam hangat dan kasih sayang dari Lusi.
Ya ampun, dunia aku seakan runtuh. Aku bingung menghadapinya, antara bahagia dan sedih. Aku sedih karena sahabat aku seakan menutup mata, tak mau merawat Ariana. Aku senang karena Lusi tak mengugurkan anak yang ia kandung.
"Joseph kamu bawa bayi kamu dan Lusi bersama kamu. kamu bicarakan baik-baik mengenai puteri kamu Ariana," pintaku kepada Josep.
"Kamu gila iya Adel, kamu tau kan jika keluarga aku tau masalah ini. Yang ada aku bakalan dihajar dan dibunuh oleh Abang aku. Yang ada Papa Indri bakalan menarik seluruh sahamnya dari perusahaan abangku," ungkap Josep kepada Adelia.
"Terus bagaimana?" tanya Adelia kepada Josep.
"Gimana kalau kamu yang merawat Ariana? Aku akan memperkerjakan kamu sebagai Momy Ariana. Gimana kamu mau kan perbulan aku gaji lima juta rupiah," usul Josep kepada Adelia.
"Tidak aku tidak mau, aku belum menikah yang ada aku bakalan menjadi Momy perawan. Tidak ada yang mau sama aku, apalagi ketika tau aku sudah memiliki puteri. Kamu tega kali Joseph. Jahat sekali kau kepadaku Joseph," tolak Adelia kepada Josep.
"Ayolah bantu aku Adel. Aku tambahin jadi perbulan kamu aku bayar dua puluh juta," mohon Josep kepada Adelia
"Maaf Joseph. aku nggak mau," tolak Adelia kepada Josep.
"Ok kalau kamu nggak mau, aku akan membawa Ariana ke panti asuhan. Supaya ia bernasib sama dengan kamu Adel, sama-sama menjadi anak yatim piatu. Kamu tau mau kan nasib Ariana seperti itu? Bahkan ia harus menderita di panti asuhan. Jika kamu mau ia menderita," gertak Josep kepadaku.
Ya Allah, Joseph benar-benar keterlaluan, aku pun tak tega. Akhirnya aku mau dipekerjakan olehnya sebagai Momy tunggal puteri Joseph. Aku mengendong Ariana dengan penuh kasih sayang dan cinta, aku sangat bahagia. Tatkala, tangan mungil tersebut meraih tangan aku. Bayi yang cantik dan mungil ini, kenapa harus tega Joseph kirim ke panti asuhan? Padahal ia sangat cantik dan mengemaskan, aku saja tak tega, apalagi jangan sampai Ariana mengalami nasib yang sama seperti aku.
Sekarang sudah dua bulan, aku menjadi Singgle Mom. Atau lebih tepatnya, menjadi Ibu Tunggal bagi Ariana.
Walaupun tak sering, Joseph datang. Tetapi cukup seminggu sekali ia mengunjungi kami berdua, Setiap Weekend pasti ia menginap. Kecuali ketika ia pergi dengan Indri, ia tak dapat dapat mengunjungi aku dan Ariana.
Joseph mengajak aku berphoto bersama, bertiga dengan pose yang layak sebagai sebuah keluarga. Seakan kami berdua adalah keluarga yang sempurna dan harmonis. Kita bagaikan suami istri dan dengan penuh cinta dan kasih sayang menatap buah hati kami yaitu Ariana.
Ada tiga photo, yang ada dan dicetak. Photo tersebut di pajang dikamar aku dan Ariana. Jadi ketika Ariana udah besar, ia akan tau bahwa aku dan Joseph adalah Momy dan Daddy nya.
Yasudahlah, hanya pose photo saja. Yang penting nanti setelah ada lelaki yang mau menikahi aku. Photo aku dan Joseph dikamar aku, akan aku copot. Tidak mungkin kan aku terus memajang photo itu?
Aku dan Joseph, hanya sahabat. Tidak akan bersatu. Jadi aku akan mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan. Karena Joseph sudah bertunangan dengan Indri. Biarlah seperti ini, keadaanya.
Aku bahagia menjadi Singgle Mom, dari Ariana. Karena Ariana adalah bayi yang sangat cantik dan mengemaskan. Bayi yang akan menjadi kebanggaan aku.
Aku hari ini sedang memasak kue, aku sangat panik tatkala mendengarkan tangisan Ariana yang sangat nyaring dan merdu, ya ampun puteriku.
Bersambung.

Book Comment (149)

  • avatar
    Parhanrusali pasunda

    500

    13d

      0
  • avatar
    SoniAhmad

    kurang

    18d

      0
  • avatar
    Ricko Empattujuh

    good

    20d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters