logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 Tahan Diri

Aku semakin bimbang, jika aku menyerahkan makhota terindahku. Kepada Joseph bahaya. Jika aku hamil bagaimana?
Aku tak mau, mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukan oleh kedua orang tuaku di masa lalu. Sehingga membuat hidupku menderita, aku tak mau jika. Anakku mengalami hal yang sama sepertiku, pada saat tangan Joseph sudah bergeliya di dada ku, aku segera menepis tangannya dan mendorong tubuhnya. Tetapi ia malahan tertidur. Mungkin ia melakukan itu, efek dari alkohol yang membuatnya mabok.
Aku segera mengkunci pintu apartement, aku berusaha dengan sekuat tenaga dan usaha keras membawa Joseph menuju kamarnya. Setelah Joseph sudah aman didalam kamarnya. Aku menutup pintu kamarnya, aku segera masuk kedalam kamarku. Aku mengkunci kamarku, aku segera masuk kedalam selimutku yang hangat.
Aku sangat sedih, untungnya aku masih selamat. Makhota kegadisanku, masih aman dan sentosa. Aku masih aman, aku akan menjaganya semampuku. Aku tidak mau, mengalami kesalahan yang sama. Kesalahan yang pernah kedua orang tuaku perbuat.
Akan bagaimana jadinya nasib anakku nanti, jika aku seperti ini. Karena sudah malam juga, aku sangat mengantuk. Aku harus tertidur. Udah malam juga, aku harus segera tidur karena walaupun besok aku libur sekolah. Aku harus senam pagi.
Aku menyetel alarm jam lima pagi, supaya aku tidak kebablasan tertidur. Karena aku butuh olahraga.
Alarm aku berbunyi, sekitar jam lima pagi aku bangun. Aku mandi dengan air hangat, sambil berendam memejamkan mataku. Rasanya sangat nyaman dan menyegarkan. Setelah selesai, aku mengeringkan tubuhku dengan handuk bersih. Setelah selesai, aku mengeringkan tubuhku. Aku segera berwudhu. Setelah selesai, aku sholat shubuh dulu. Barulah kini, aku aka bersiap-siap untuk segera keluar dari kamarku. Setelah selesai, aku segera memakai pakaian olahragaku. Aku mulai berlari. Sehabis aku pulang lari, aku melihat sahabatku Joseph sudah terbangun. Joseph dengan manjanya bagai anak kecil menghampiriku. Ia langsung memelukku dari belakang.
"Kamu dari mana saja sayang?" tanya Josep kepada Adelia.
"Tolong hentikan pelukanmu Joseph! Aku gerah, habis joging aku mau mandi dulu," perintah Adelia kepada Josep.
"Sayang aku mau ikut, mandi bareng iya," pinta Josep kepada Adelia.
"Joseph kamu ada-ada aja, aku nggak mau kamu ikut aku mandi," gertak Adelia kepada Josep.
Aku begidik ngeri, dan segera memasuki kamarku. Aku segera mandi dan berendam.
Setelah selesai mandi, aku mengenakan pakain berwarna pink pastel. Sedangkan sahabatku Joseph, segera merengek bagai anak kecil.
"Adel sayang, kerjain tugas matematika yang ibu guru dan bapak guru berikan dong! Aku belum mengerjakan sama sekali," pinta Josep kepada Adelia.
"Ya ampun Joseph, kamu kok selalu minta tolong aku terus. Kamu bisa kerjakan sendiri kan, tugas dan kerjaannya. Jangan mengandalkan aku terus," geram Adelia kepada Josep.
"Bantu aku sayang, aku kasih lima ratus ribu iya." mohon Josep kepada Adelia.
"Nggak kamu kerjakan aja sendiri, kamu harus belajar sendiri. Jangan hanya mengandalkan aku saja, kamu harus bisa. Kamu harus mau mengerjakan sendiri, tugas yang guru berikan kepadamu. Jangan hanya kelayaban, wara wiiri kesana kemari. Menggoda para gadis di club malam," sindir Adelia kepada Josep.
"Bantu aku, aku buntu dalam berpikir. Yasudah, aku berikan kamu sepuluh juta gimana?" tawar Josep kepada Adelia.
Akhirnya, aku luluh juga terhadapnya. Aku tidak dapat tegas terhadap Joseph. Uang sebesar sepuluh juta telah ia kirimkan ke nomor rekeningku.
Mau tak mau, aku harus mengerjakannya. Aku harus mengerjakan tugas matematikanya.
Hanya lima menit, aku sudah selesai mengerjakan tugasnya.
"Ini Joseph. Tugas matematika kamu sudah aku selesaikan dan kerjakan," ucap Adelia kepada Josep.
"Wah terimakasih banyak sayang, aku sangat berterimakasih karena kamu sangat smart dan cepat dalam mengerjakan tugasku," puji Josep kepadaku.
"Yasudah kalau begitu, aku kemar dulu. Aku mengantuk, aku capek dan lelah." ungkap Adelia kepada Josep.
"Tunggu sayang, aku lapar. Aku mau makan. Tolong belikan aku makanan sayang," perintah Josep kepada Adelia.
"Kamu kan bisa memasak sendiri, kamu kan bisa memasak mie. Mie instan adalah makanan simple. Kamu dapat dengan mudah memasaknya,"gerutu Adelia kepada Josep.
"Yasudah Adel sayang, buatkan aku mie instan. Bukannya kita masih banyak stok mie instan?" pinta Josep kepada Adelia.
"Iya banyak, kamu masak mie saja sendiri. Aku mengantuk Joseph," pinta Adelia kepada Josep.
"Ayolah Adel sayang, bantu aku. Tolong aku sayang, aku kasih dua ratus ribu iya," mohon Josep kepada Adelia.
Dengan terpaksa aku membuatkan mie instan untuknya, setelah jadi aku langsung memberikan kepadanya.
"Ini Joseph, mie instanmu. Aku buatkan ini khusus untukmu. Aku mengantuk, tolong jangan ganggu aku. Aku mau tidur," mohon Adelia kepada Josep.
"Sayang minumnya mana. Kok nggak ada minumnya," pinta Josep kepada Adelia.
Aku akhirnya mengambilkan air minum dingin untuknya, tetapi yang aku kesal dan marah kepadanya.
"Kok air dingin sayang, aku maunya air hangat," pinta Josep kepada Ariana.
Aku pun mengambilkan air baru untukknya, dia itu memang sahabat yang tak memiliki hati dan perasaan. Sudah tau aku mengantuk, aku masih saja disuruh ini dan itu. Aku dengan kesal, menyodorkan air hangat untuknya. Tetapi ia meminta aku mengganti airnya, karena air tersebut kurang panas. Aku berpikir apa aku ganti saja dengan air panas semuanya iya. Itu pembalasan dariku.
Dia menyembur air panas tersebut, ia mulai memarahiku.
"Ya ampun Adel sayang, kamu keterlaluan sekali sayang. Kamu ingin membunuhku, air tersebut panas sekali," gerutu Josep kepada Adelia.
Aku akhirnya tertawa, dan dia yang kesal akhirnya memeluk tubuhku dan mendorong tubuhku ke sofa. Tunggu posisi seperti ini, yang tidak membuatku nyaman. Karena ia membuat jantungku bedegub dengan kencang dan seperti jantungku mau copot.
Pada saat bibir kami berdua, hampir bersentuhan. Aku mendorong tubuhnya, hingga ia terjatuh kelantai. Ia mulai meringis kesakitan.
"Awh, sakit sekali Adelia, jerit Josep merintih kesakitan akibat dorongan Adelia.
"Kamu nggak apa-apa kan Joseph?" tanya Adelia kepada Josep.
"Aku sakit Adel, kepalaku sakit sekali. Kamu keterlaluan Adel sayang. Kamu itu perempuan, tetapi kamu ini galak dan tomboy. Tidak ada kesan feminimnya," sindir Josep kepada Adelia.
"Habisnya kamu Joseph, kamu yang salah sendiri. Kamu berlaku kurang ajar kepadaku, kamu mulai mencium bibirku," gerutu Adelia kepada Josep.
"Sayang bolehkan aku mencium bibir kamu. Habisnya bibir kamu ranum dan seksi, gadis lain saja tak menolak tatkala aku mulai mengecup bibir mereka. Bahkan mereka juga tak menolak tatkala aku dengan mereka menghabiskan malam yang indah bersama," goda Josep kepada Adelia.
Aku dengan kesalnya, menampar wajah Joseph. Sebelum aku menuju kamarku. Aku langsung membanting pintu kamarku dengan sangat keras, bahkan aku mengkunci kamarku.
Tanpa sadar, aku menitikan air mataku. Joseph sungguh tak peka dan memiliki perasaan kepadaku. Aku bingung harus gimana lagi. Aku jatuh hati dan jatuh cinta kepada Joseph. Aku jatuh hati dan jatuh cinta kepada orang yang salah. Mungkin aku dan dia hanya sampai tahap persahabatan. Tetapi aku nggak masalah, walaupun kami berdua hanya bersahabat.
Mungkin memang sudah jalan hidupku, yang menyukai dan mencintai seseorang secara sepihak. Aku memiliki hati dan perasaan, tetapi cintaku bertepuk sebelah tangan. Gimana aku harus gimana? Yasudahlah, tak usah aku berpikir banyak. Lebih baik, aku segera tidur. Sudah malam juga, aku tidur saja, aku harus tidur siang. Tak usah dipikrkan, jika aku dan Joseph berjodoh. Jodoh nggak akan kemana, tetapi jika ia bukan jodohku, tak masalah hanya bersahabat.
Aku tidur selama dua jam, aku sangat cemas dan khawatir. Kenapa pintu kamarku digedor-gedor dari luar. Ternyata yang mengedor pintuku adalah Joseph. Ketika pintu kamarku aku buka, ia langsung memelukku dan mencium keningku. Ia juga mengecup lembut pergelangan tanganku.
Wajahku memerah dan tersipu malu, akibat perbuatan dan sikap lembutnya kepadaku.
"Adel kamu jangan marah kepadaku sayang, aku sangat sayang kepadamu. Kamu adalah sahabat terbaik aku. Kamu sahabat wanitaku satu-satunya, aku bahkan rela menyerahkan nyawaku untuk kamu Adel. Karena aku sangat menyayangi dan mencintai kamu," ungkap Josep kepada Adelia.
"Apakah kamu mencintai aku Joseph? Kamu serius denganku Joseph, kamu sunguh-sunguh Joseph?" tanya Adelia kepada Josep.
"Iya aku serius dan sungguh-sunguh Adel, menyayangi dan mencintai kamu sebagai seorang sahabat." tegas Josep berkata sambil menatap wajah cantik Adelia.
Sudah kuduga, ternyata Joseph hanya menyayangi dan mencintaiku sebagai seorang pria dewasa terhadap wanita dewasa. Masa aku harus mengharapkan cintanya, ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan. Hatiku sangat sedih dan sakit, hatiku teriris perih. Sudahlah aku harus tersenyum, intinya berfikir positive. Jodoh nggak kemana, jika memang dia jodohku. Kami akan bersama dan menikah.
Tetapi jika bukan, mungkin Allah sudah menyiapkan jodoh terbaik untukku.
"Adel sayang, kamu kenapa sayang? Kok kamu melamun sayang, sayang sekarang kamu mandi iya. Aku ingin kamu mengenakan gaun berwarna biru senada dengan kemejaku. Sekarang kamu mandi dan dandan yang cantik, aku ingin mengajak kamu ke mall. Sekarang aku juga mau mandi Adel sayang." pinta Josep kepada Adelia.
Aku akhirnya mandi dan berendam sambil luluran. Aku berdandan dengan tampilan sebaik dan secantik mungkin, aku tidak mau mengecewakan Joseph.
Ternyata gaun ini sangat indah dan bagus, aku terlihat sangat beebeda. Ini seperti bukan aku, ini seperti orang lain. Terlihat sangat elegant dan seksi.
Setelah dirasa rapih, aku segera keluar kamar. Aku menghampiri Joseph yang sudah rapih, entah kenapa sahabatku Joseph, tiada hentinya memandangi wajahku, petanda apa ini?
Bersambung.

Book Comment (149)

  • avatar
    Parhanrusali pasunda

    500

    14d

      0
  • avatar
    SoniAhmad

    kurang

    18d

      0
  • avatar
    Ricko Empattujuh

    good

    20d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters