logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 Selalu Menjadi yang Disalahkan

02
Beberapa tahun kemudian..
Ray tumbuh menjadi remaja seperti pada umumnya, Dia sudah duduk di bangku sekolah tingkat atas dan hampir menyelesaikan pendidikannya.
Dennis juga sekolah di tempat yang sama dengan kakaknya. Dia sudah kelas 1 tingkat atas.
Ray sempat berhenti sekolah untuk bekerja dan seharusnya Dia memang sudah lulus tapi Ray memilih untuk mencarikan biaya sekolah untuk Dennis membantu Ayahnya sebelum Dia mendapatkan tawaran Beasiswa dari guru taekwondo nya.
Dia bekerja 1 tahun sebelum Dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
"Dennis makan sarapan mu. Kakak tidak mau kamu sakit." ucap Ray.
"Kakak saja tidak makan kenapa aku harus makan." ucapnya.
"Kakak sudah makan tadi sebelum pulang mengantar surat kabar." ucap Ray.
"Kakak selalu saja menganggap Dennis anak kecil. Aku tahu kakak belum makan. Duduk dan makanlah bersamaku." ucap Dennis sambil menarik lengan Ray untuk duduk di sampingnya.
"Kita makan bersama." lanjut Dennis.
"Sudah makanlah." ucap Ray.
"Mau makan atau aku juga tidak makan?" ucap Dennis, dia mentang Kakaknya agar mau makan karena Dennis tahu kalau kakaknya rela menahan lapar untuk Dennis.
Ray kemudian menuruti permintaan Dennis, mereka kemudian makan dalam satu piring. Itu biasa mereka lakukan saat Ayahnya tidak dirumah, mereka suka berbagi makanan berdua.
Ayah mereka baru berangkat kemarin dan kemarin juga Ray mendapatkan hukuman dari Davin untuk tidak makan malam karena meninggalkan Dennis. Mengharuskan Dennis menunggunya lama sampai pulang dengan kondisi kehujanan. Kondisi tubuh Dennis memang mudah sekali sakit, Dia bahkan demam setelah terkena hujan kemarin, membuat Davin marah kepada Ray yang membiarkan Dennis kehujanan dan berakhir sakit.
Padahal sebelumnya Ray sudah bilang kepada Dennis untuk pulang lebih dulu karena Ray sedang membantu gurunya untuk membantu beberapa temannya yang memberikan pelajaran tambahan.
Karena kepintaran Ray, guru sering menyuruh Ray untuk membantu teman temannya.
Membuat Ray pulang telat dan berakhir Ray di pukuli oleh Davin karena ulah Dennis yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Ray.
"Kak..
"Iya.." jawab Ray"
"Boleh aku membantumu bekerja." Dennis memberanikan diri untuk mengatakannya.
"Bukankah kakak sudah katakan tidak. Kamu cukup fokus dengan belajar." jawabnya.
"Tapi kak..."
"Tidak Dennis. Sebaiknya kamu masuk kelas. Kakak masih akan menemui guru." ucap Ray sambil meninggalkan Dennis.
Ray memang masih bekerja, dia bekerja sambil belajar. Sebelum berangkat sekolah Dia akan mengantar surat kabar seperti biasanya Dia lakukan. Sepulang sekolah Dia akan bekerja di sebuah cafe milik kakak sahabatnya, Darrel.
Darrel adalah sahabat untuk Ray, Darrel selalu ada untuk Ray saat lelah senang ataupun sedih Darrel tau itu walau Ray sendiri jarang menceritakan apa yang dirasakannya.
"Sedang apa kau disini." ucap Darrel saat melihat Ray yang sedang berbaring di lapangan sekolah.
"Apa kau sudah makan?" tanya Darrel lagi.
Ray sedang berbaring di tempat duduk yang berada di lapangan basket sambil memejamkan matanya. Darrel tahu kalau Ray tidak tidur.
"Ah tidak ada." ucap Ray sambil mencoba untuk duduk.
Jujur saja tubuhnya sangat lelah dan sakit, belum lagi luka pukulan yang Dia dapat dari Davin beberapa hari lalu masih terasa, tetapi Ray tidak pernah mengeluhkan rasa sakitnya itu.
"Obati lukamu dengan ini.." ucap Darrel sambil memberikan obat yang dibawa.
"Aku baik baik saja.." ucap Ray.
"Apa perlu aku yang membuka bajumu dan mengobatinya." ucap Darrel.
"Tidak akan." ucap Ray sambil mengambil obat di tangan Darrel.
"Apa Dennis tahu luka itu?" tanya Darrel.
"Tidak.."
" Kau selalu saja menutupi rasa sakitmu darinya. Kau benar benar melindunginya." ucap Darrel.
"Bukankah sudah tugasku menjaganya, Dia adikku." jelas Ray.
"Dzik--"Panggil Ray, itu panggil sayang dari Ray untuk Darrel.
"Iya.."
"Apa aku kakak yang buruk untuknya? Kenapa aku selalu takut Dia akan pergi dariku. Dia adik kecilku dan akan seperti itu sampai kapanpun." ucap Ray.
"Kau terlalu mengekangnya. Dia juga sudah dewasa, kau juga perlu bahagia Ray." ucap Darrel.
"Aku sudah merasa bahagia saat bersamanya. Dia segalanya untukku. Melihatnya bahagia juga sudah menjadi kebahagiaan untuk ku." ucap Ray.
"Kenapa tiba tiba kau bicara seperti ini, ada apa?" ucap Darrel, dia merasa Ray aneh saat membicarakan hal itu.
"Tidak apa-apa.."
Kemarin saat Davin memarahinya, Davin sempat mengatakan akan mengajak Dennis pergi berdua saja tanpa Ray. Dan itu yang membuat Ray bersedih beberapa hari ini.
Bagaimana bisa Ray jauh dari Dennis, Dia dekat sekali dengan Dennis karena sejak kecil mereka selalu bersama tapi Ray tidak ingin Darrel tahu isi hatinya sekarang, lebih baik Ray menyimpannya sendiri apa yang Ray rasakan.
Saat jam istirahat, Ray lebih suka meluangkan waktunya untuk memejamkan matanya di perpustakaan.
Setiap kali petugas perpustakaan melarangnya Dia tetap akan tidur di sana dengan buku yang menutupi wajahnya. Kali ini dia sedang menikmati tidur siangnya di perpustakaan seperti biasanya.
"Ray. Ray bangunlah." ucap Darrel yang datang sambil berlari ke perpustakaan.
"Ada apa Dzik, kau akan diusir kalau kau berisik disini.." ucap Ray.
"Dennis. Lihatlah Dennis." ucapnya.
Tanpa pikir panjang Ray segera bangun setelah Darrel menjelaskan apa yang terjadi.
Darrel mengatakan kalau Dennis sedang berkelahi di halaman belakang sekolah. Entah apa masalahnya sampai Dennis berkelahi tapi ini jarang Dennis lakukan karena Dennis bukan tipe orang yang seperti itu.
"Ada apa ini." ucap Ray yang baru datang dan melihat beberapa anak yang sedang berkumpul.
"Ahh ini Dia pahlawannya. Kau selalu saja bersembunyi di ketiak kakakmu.." ucap anak yang berdiri tak jauh dari Dennis.
"Tutup mulutmu.." ucap Dennis.
"Jelaskan apa yang kau lakukan disini.." tanya Ray.
"Aku hanya mau Dia mengganti barang yang sudah dia rusak."
"Memangnya barang apa?" tanya Ray.
"Dia merusakkan ponselku.." jawab anak itu.
"Tidak. Itu tidak benar, aku tidak melakukannya." ucap Dennis. dia berusaha menjelaskan apa yang terjadi kepada Kakaknya.
"Bukankah adikku sudah bilang tidak melakukannya. Kau bisa lepaskan dia sekarang." ucap Ray.
"Tidak. Tadi Dia sudah mengakui kalau dia pelakunya dan dia mau menerima hukumanan dengan menghajar karena sudah merusakkan ponselku." ucapnya.
"Kenapa kau menghajarnya kalau Dia tidak melakukan kesalahan yang kau tuduhkan.." ucap Ray.
"Jawab saja jujur, kenapa kau takut kepada kakakmu.." ucap anak itu yang terus saja mencoba memprovokasi Dennis dan Ray.
Sebenarnya ini bukan kesalahan Dennis, Dia menjatuhkan ponsel milik temannya saat Dia bermain bola.
Walau dia tidak dengan sengaja melakukannya dan Dia juga berjanji untuk menggantinya tapi temannya malah mengatakan kalau Dennis tidak akan mampu menggantinya karena Dennis anak tidak mampu.
"Aku akan mengganti ponselmu tapi beri aku waktu untuk itu." ucap Ray.
"Apa kalian bisa? Bukankah kalian orang tidak mampu." hina anak itu.
"Ah ya aku punya cara agar kita anggap impas masalah ini." lanjutnya lagi.
"Memangnya apa?" tanya Ray.
"Jangan kak. Biar aku yang akan mempertanggungjawabkan nya, ini kesalahan ku." ucap Dennis.
"Sudah katakan apa yang kau inginkan.." ucap Ray.
Teman Dennis mau Ray membayarnya dengan memukuli Dennis dan Dia berjanji tidak akan minta ganti rugi ponsel yang sebenarnya baik baik saja itu setelah dia puas menghajar Ray.
"Kau bisa melepaskannya, hajar aku sepuas kau mau." ucap Ray.
"Ray, kau jangan gila.." Darrel mulai membuka mulutnya, dia tidak setuju dengan ide gila Ray yang ingin mencelakainya.
"Tidak kak.."
"Kau ingin melakukannya sekarang?" ucap Ray, tanpa memperdulikan ucapan Darrel dan Dennis.
"Aku tunggu kau nanti sepulang sekolah, di samping sekolah." ucapnya.
"Oke. jadi sekarang lepaskan Dia dan jangan pernah menggangunya lagi.." ucap Ray.
"Aku tidak akan menggangunya kalau kau menepati janjimu." ucapnya.
"Ya tunggu aku di sana. Kau bisa sepuasnya menghajarku nanti." ucap Ray.
Setelah dari halaman belakang sekolah, Ray segera meninggalkan Dennis dan Darrel. Dia tahu Dennis akan memarahinya karena keputusan yang di ambil Ray untuk mengorbankan tubuhnya dipukuli demi membayar ganti rugi ponsel yang katanya Dennis yang merusaknya itu adalah ide gila.
"Kak--" panggil Dennis.
"Iya.."
"Aku mau menggantinya jadi kakak tidak--"
"Sudah kembalilah ke kelas, aku akan ke kelasku.." ucap Ray, memotong ucapan Dennis.
"Kau selalu bersikap seperti ini, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri." ucap Dennis yang emosi dengan keputusan kakaknya yang selalu berkorban untuknya.
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, sebaiknya kamu kembali ke kelas." ucap Ray tanpa menatap Dennis yang berada di depannya.
"Ini kesalahanku, kenapa selalu saja kakak--"
"Dennis cukup. Pergi sekarang ke kelasmu atau kau mau aku semakin marah?" ucap Ray. terlihat sorot matanya mengartikan kalau Ray sedang tidak ingin Dennis melanjutkan ucapannya.
"Kau selalu saja menyebalkan." ucap Dennis sambil berjalan meninggalkan Ray dan Darrel yang berada di belakang mereka.
Ray hanya ingin melindungi Dennis, Dia tidak ingin Adiknya terluka.
Ray tahu kalau Dennis sering di ejek oleh teman temannya karena dirinya miskin. Walau Dennis tidak pernah mempermasalahkan hal itu tapi Ray tetap merasa kasihan saat Dennis selalu jadi bahan ejekan teman temannya.
Ray juga sama seperti Dennis, tetapi Dia tidak begitu peduli dengan hal itu yang Ray pentingkan adalah Dennis.
Dia tidak ingin Dennis diperlukan sama seperti Ray, itu menurut Ray.
"Kau--" ucap Darrel.
" Aku tidak ingin membahasnya." Ray memotong ucapan Darrel.
"Kau tidak harus mengorbankan dirimu untuk ini."
Ray berjalan meninggalkan Darrel yang masih saja membahas apa yang akan dilakukan Ray nanti.
Karena perjanjian itu, Dennis sudah berada di tempat Ray yang akan bertemu dengan temannya.
entah apa yang terjadi tapi bukan kelegaan yang Dennis rasakan karena Ray tidak datang, Dia semakin khawatir dengan Ray. pasti sudah terjadi sesuatu kepadanya.
Dennis masih terus menunggu, Dia bahkan bertanya kepada Darrel, apa dia tahu dimana Ray tapi Dia tidak tau dimana Ray berada.
Darrel bilang Ray tidak masuk kelas setalah jam istirahat tadi..
Hal itu membuat Dennis bertambah khawatir. Kemana sebenarnya Ray pergi.
🐻
TBC
by: nyemoetdz😘

Book Comment (42)

  • avatar
    aisyahUmmah nurul

    Cerita nya bagus dan menarik, jangan lupa nextt ya thorr

    02/04/2022

      1
  • avatar
    Ummi Aisy Rezky

    😍😍😍😍

    29/06

      0
  • avatar
    Carissa Vania Artamevira

    seruuu bgt ray care bgt

    17/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters