logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Usir

Terlihat mereka memincingkan mata dan menatapku bingung.
"Mas maksut mas apa kok ngomong gitu? apa ini karena masalah uang 5 milyar itu? Mas aku kan sudah minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi."ucap Bram tanpa rasa malu.
Kulirik istriku..wuadaaaawwwww serem amat muka istriku kalau lagi memendam amarah,haduh pasti bentar lagi bakal meluap luap tuh,amanin dulu ajalah sebelum terjadi pertumpahan darah.
Ku genggam tangan istriku lembut ku berikan ia senyuman manis semanis ice cream..oho berhasil yes! Istriku menghirup udara sebanyak banyaknya dan menghembuskannya perlahan haahh aman.
"Ehem!!" sengaja ku keraskan dehemanku agar terlihat tegas di mata adikku ini.jelas saja mereka sedikit terkejut.
"Bram..selama ini mas sudah terlalu mengalah padamu, apapun kesalahanmu selalu mas maafkan. Tapi untuk sekarang mas sudah lelah Bram, mas mau kau cari tempat tinggal lain dan cari pekerjaan lain."ujarku mantap.
Kedua mata adikku itu membulat begitupula dengan istrinya.
"Mas Ammar kok mas tega bener ngomong gitu sih? Mas Ammar itu kakak kandung mas Bram.jadi kalau sesuatu terjadi terhadap mas Bram itu adalah tanggung jawab mas Ammar dong!kok sekarang mas mau lepas tangan?"ucap Sarti keliatan gak terdidik kalau ngomong tinggal nyeplos.
Istriku terlihat memperhatikan Sarti sambil menutup mulutnya,aku yakin istriku itu sedang menahan tawa karena omongan Sarti yang aneh itu.
Aku malas membalas argumen Sarti,gak penting banget.jadi aku diam saja sambil memperhatikan adikku satu ini. Yang di tatap hanya memegang kepala,dia pura pura beg* atau pura pura frustasi atau karena takut kehilangan kemewahan gratis?
"mas..mas Ammar kok diam saja?daritadi aku ngomong kok malah di diemin?" Sarti bersuara lagi hadeh gak penting bangetlah.
"Heh Sarti udah sebaiknya kamu diam, jangan ikut campur masalah adik kakak ini."sahut istriku pengertian banget sih,semakin cinta lah.
"Heh mbak!ini pasti gara gara mbak sudah menghasut mas Ammar untuk ngusir kami kan! Dasar wanita murahan!menghalalkan segala cara untuk mengusai sendiri harta mas Ammar kan!" teriak Sarti lantang.
Mataku terbelalak mendengar penuturan Sarti yang absurd ini.seketika darahku mendidih.aku tidak terima istriku di katain murahan! Ku ambil kopi ku yang di sajikan oleh ART tadi dan menyiramkannya ke wajah Sarti.
"Aaaaaarrrrrggggghhhh!!!" Sarti berteriak histeris,kenapa dia lebay gitu?kan kopinya sudah tidak panas tuh lagian aku tidak pernah mau minum kopi panas tapi kopi hangat hangat kuku.
"Sarti!!" gantian Bram yang berteriak,spontan ia mengambil tissue untuk mengelap wajah Sarti.
Huhuhuhuhu Sarti menangis tersedu,ah bodo amat suruh siapa ngata ngatain istri tercintaku ini.
"Mas kenapa mas nyiram istriku pakai kopi sih?apa salahnya?" tanya Bram.dia tanya gitu bener bener gak tau atau memang bolot ya?
"Kamu bolot Bram? Jelas jelas istrimu itu ngatain istriku murahan! Ya mas gak terima lah!" sungutku.istriku hanya senyam senyum hadeh seneng keknya dia.
"Cuma ngatain gitu doang kok sampai nyiram pakai kopi sih mas?ntar kalau muka istriku jadi jelek mas mau tanggung jawab?"sungutnya.
Hah apa? Cuma ?ngatai murahan itu hal  yang "cuma" gitu? Ohohoho ok.
"Heh Bram istri murahanmu ini juga murahan karena gak tahu malu kalau ngomong teriak teriak!"balasku dengan ngatain murahan hanya ingin tau reaksinya.
Terlihat mata mereka menatapku nyalang wkwkkwwkwk kalau ngatain seenak udel tapi kalau di katain gantian ogah dih dasar egois.
"Mas! Kok mas ngatain istri aku murahan sih!!?" sungutnya.
"Halah cuma ngatain gitu doang kok sampai marah marah dan teriak teriak sih?kalau telingaku jadi budeg mau tanggung jawab!!??" sengaja ku balik perkataanya tadi biar mikir dikit.
Bram hanya bisa melongo dan terdiam tidak bisa berkata apa apa lagi hahhahhaha succes!!!!!!
Si Sarti juga hanya bisa terdiam dan meremas remas ujung bajunya hahhahhaha rasain lah!
"Sarti ..mulai sekarang aku peringatkan kamu. Sekali lagi kamu ngata ngatain istriku, aku tidak akan segan segan memisahkan nyawa dari ragamu." ujarku mantap dengan mata menyalang.
Terlihat istriku ikut terkejut mendengar perkataanku, ternyata bukan hanya 2 orang di hadapanku ini yang terkejut.
"M..mas Amma..arr kok bi..bilangnya gitu?" tanya Sarti tergagap.
"Saya serius ya, jangan menyakiti anak dan istri saya melalui perkataan apalagi tindakan.ancaman saya akan berlaku selamanya.kamu harus ingat itu.saya tidak main main.!" ucapku tegas.
"Mas..tapi jangan usir Bram mas..kami akan tinggal dimana!?kan mas tau sendiri rumah kami sudah di sita bank..dan..dan uang yang ada di rekening aku udah mas bekukan jadi aku dah gak punya uang mas.."ucapnya memelas.
"Kamu kan bisa cari kontrakan lah Bram..kalau gak punya uang tinggal jual perhiasan anak istrimu dan barang barang brandednya itu kan lumayan untuk bertahan hidup beberapa bulan ke depan."
"Tidak! Aku gak mau jual perhiasanku!"teriak Sarti.
"Heh kamu gak usah teriak teriak ya! Lebih baik lu pergi aja lah sekarang dari rumahku!bikin emosi aja!"ucapku campur campur saking emosinya.
Seketika dia terdiam ketakutan.dasar!istriku daritadi diam saja gak mau bantuin aku ngusir mereka gitu?aku sampai ngos ngosan gara gara teriak teriak.
"Mas mas maafin Bram mas ..jangan usir kami mas"ucap Bram memelas.tanpa peduli lagi dengan keadaan Sarti yang menangis sesenggukan.
"Sudahlah Bram..mas lelah, mas beri waktu sampai besok pagi untuk memberesi barang barangmu..pokoknya kalian sudah harus angkat kaki dari rumahku." ucapku mantap.terlihat Bram terduduk lemas di sofa.
Ku tarik tangan istriku lembut, dan mengajaknya masuk kamar.
"Pa.."istriku memulai pembicaraan setelah kami memasuki kamar.
"Iya mama.." jawabku.
"Kalau melihat wajah mereka tadi kok mama jadi kasian ya..bener kata Bram,dia mau tinggal dimana?ngontrak pun paling bisanya ngontrak rumah kecil karena mereka kan sudah gak punya uang, apa bisa mereka tinggal di kontrakan kecil? Sedangkan mereka sudah terbiasa tinggal di rumah mewah dan megah."
Ah istriku ini,dia itu memang galak kaya singa tapi aslinya dia punya hati yang lembut dan pemaaf, nyatanya sudah di kata katain murahan juga dia masih berlapang dada,yang di bahas malah nasib mereka.ini yang membuatku cinta mati pada istriku.
"Sayang..sudahlah, kita sudah berusaha bersabar selama ini pada mereka. Tapi nyatanya tingkah mereka gak semakin baik tapi malah semakin menjadi dan seakan menyepelekan.keputusan papa sudah bulat ma..papa tetap ingin mereka angkat kaki dari sini."ujarku mantap.
"Huft ya sudahlah pa kalau memang itu keputusan terbaik, mama hanya bisa mendukung." ucapnya tersenyum manis.
Aduh kok senyumannya bikin itu ya..jadi mau minta nih..
"Sayang ayok.." ajakku.
"Ayok apa pa?" tanyanya tetlihat serius.
"Biasalah ma..ih."
"Aduh pa..tadi pagi kan mama dah bilang kalau kedatangan tamu ih."
"Oh iya!"
Tidaaaaaakkkkk.

Book Comment (303)

  • avatar
    NasywaAqila

    sngt bgs

    3d

      0
  • avatar
    AeniReski

    iyya makasii jdi aku bisa cri pencarian tambahan

    5d

      0
  • avatar
    HiaJulita

    baik

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters