logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter Three

Di tengah-tengah tidur lelapku, aku terperanjat kaget saat merasakan benda kenyal, basah dan hangat menyentuh bibirku. Cepat-cepat kubuka kedua mata, mengernyit bingung tatkala wajah Raefal sudah berada tepat di depan wajahku. Barusan dia menciumku.
“Happy birthday, Sayang,” katanya seraya menarik tanganku agar bangun dari posisi berbaring. Jujur kesadaranku belum terkumpul, aku juga masih terkejut dengan tindakannya yang membangunkan tidur lelapku.
Tanpa kata kuikuti dia yang masih menarik tanganku agar mengikutinya keluar kamar. Dia memapahku perlahan menuruni tangga rumah kami. Aku masih terdiam, membiarkan dia mengajakku kemana pun dia pergi. Hingga saat kami sudah berada di ruang makan, aku terbelalak, terkejut luar biasa.
Di atas meja makan tersaji sebuah kue black forest berukuran sedang dengan lilin yang membentuk angka 36 tertancap di permukaan kue itu, lilinnya dalam keadaan menyala. Ada juga beberapa makanan seafood favoritku seperti cumi goreng dan udang pedas, sudah terhidang di atas meja. Terlihat begitu menggiurkan hingga tanpa sadar aku menelan saliva.
“Selamat ulang tahun yang ke-36, Sayang. Wish you all the best,” katanya sembari mengecup lembut bibirku.
Kesadaranku pun tertarik ke alam nyata sepenuhnya. Bagaimana mungkin aku melupakan hari penting ini? Benar, hari ini merupakan hari ulang tahunku. Kini usiaku tepat menginjak 36 tahun sama seperti Raefal yang berulang tahun lima bulan yang lalu.
Saat aku melirik ke arah jam dinding, waktu menunjukan pukul 00.12, tepat tengah malam. Aku terharu, tak menyangka sedikit pun Raefal menyiapkan kejutan seindah ini untukku.
“Ayo, tiup lilinnya,” pintanya, aku tak menolak. Bergegas kutiup lilin itu.
Aku pun memotong kue, lalu kuberikan suapan pertama untuk suamiku tentunya. Kami tertawa bersama saat potongan kue yang kusuapkan padanya tidak sengaja terjatuh hingga mengotori kaos putih yang dikenakan Raefal. Dia tidak marah karena kecerobohanku ini. Dia juga menahan tanganku saat aku berniat menghapus noda kotor di kaosnya itu dengan tissue. Dia menggenggam tanganku yang tengah memegang tissue, lalu dia mengecup lembut punggung tanganku. Sudahkah aku mengatakan bahwa suamiku ini memang sangat romantis?
Tindakan mesra seperti mengecup punggung tanganku dengan lembut memang sudah sering dia lakukan. Aku tak terkejut melihatnya meskipun rona merah selalu muncul di pipiku setiap kali dia memperlakukan aku semanis ini.
“Ayo, kita makan,” ajaknya. Dia pun menarik kursi yang akan kududuki.
“Kamu yang masak?” tanyaku penasaran. Raefal mengangguk, aku percaya dengan pengakuannya ini. Aku tahu betul sepintar apa suamiku dalam hal masak memasak.
“Kalau kue ini?” tanyaku lagi.
“Aku pesen tadi pake gojek online,” jawabnya.
Aku mencoba berpikir positif, mungkin inilah yang sedang dilakukan Raefal ketika kudapati dia sedang sibuk memainkan ponselnya tadi, dia sedang memesan kue ini menggunakan jasa gojek online. Semoga saja memang inilah yang terjadi, alasan dia mengabaikan film yang diputar di depannya dan lebih memilih fokus pada layar ponsel.
Setelah itu, kami pun menyantap makanan dengan lahapnya. Kami memang memiliki banyak kesamaan, termasuk jenis makanan favorit kami, makanan apa pun selama itu berbahan seafood.
“Aku gak nyangka kamu inget hari ulang tahun aku?” Kutanyakan ini di sela-sela aktivitas makan kami.
“Memangnya pernah aku lupa hari ulang tahun kamu?” katanya balas bertanya.
Aku mencoba mengingat-ingat, lalu kugelengkan kepala saat menyadari dia memang tak pernah melupakan hari ulang tahunku. Setelah aku pikir-pikir lagi, justru akulah yang sering nyaris melupakan hari ulang tahunnya.
“Makasih kejutannya.”
“Kamu suka?”
“Sangat,” jawabku jujur. Kami pun kembali menyantap makanan dengan tenang.
“Sayang, aku boleh gak nanya sesuatu?” Kembali kukatakan ini, ada sesuatu yang mengganjal hatiku, begitu ingin kutanyakan padanya saat ini juga.
“Apa?” Dia sedang menatapku sekarang.
“Selain aku, ada nggak wanita lain yang kamu suka?”
Raefal mengernyitkan dahi beberapa detik, sebelum dia kembali menormalkan ekspresi wajahnya. “Nggak ada, cuma kamu aja,” jawabnya. Kedua matanya masih fokus menatap wajahku.
“Masa sih? Nggak pernah gitu kamu ngelihat wanita cantik, terus kamu tertarik sama dia?”
“Nggak pernah tuh.”
“Hm, gitu ya ....” gumamku. Dia menunduk, kembali melanjutkan aktivitas makannya.
“Kamu gak bosen sama aku? Kita kan udah lama sama-sama terus?”
Dia pun kembali mendongak begitu pertanyaan itu meluncur dari mulutku. “Bosen? Nggak mungkinlah. Aku tuh sayang banget sama kamu.”
“Cuma sayang? Kamu udah gak cinta sama aku?” Aku berani bersumpah, dia sempat terenyak kaget mendengar pertanyaanku itu.
“Cinta dong pastinya.”
“Beneran kamu cinta aku?” tanyaku, sekali lagi memastikan.
“Iyalah, cinta banget.”
“Sampai kapan kamu bakalan cinta sama aku?” Kudengar Raefal mendengus mendengar pertanyaanku kali ini. Sebelum dia terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan.
“Sampai kapan pun. Selama-lamanya.” Itulah jawabannya tak lama berselang.
“Kalau aku pergi. Kalau aku udah gak ada di samping kamu. Kira-kira kamu sedih nggak?” Pertanyaan kesekian kalinya yang kuajukan padanya.
“Pastinya sedih banget. Kamu kok nanya kayak gitu?” Kali ini dia balik bertanya, satu alisnya terangkat naik mungkin heran karena tak biasanya aku melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini padanya.
“Cuma iseng aja kok,” jawabku, tentu aku berbohong. Nyatanya aku serius menanyakan ini semua padanya.
“Udah, jangan nanya yang aneh-aneh terus. Oh, iya. Aku ada hadiah buat kamu.”
Setelah mengatakan itu, kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari bawah meja. Sebuah paperbag berhiaskan pita di bagian depannya. Dia berikan paperbag itu padaku, yang tentu saja langsung aku terima tanpa ragu.
Aku membuka paperbag, tak sabar ingin segera melihat isinya. Jauh di lubuk hati, aku sangat berharap paperbag itu berisi kalung yang kutemukan di dalam tas kerjanya. Meskipun harapan itu rasanya mustahil bisa terjadi. Dan benar saja harapanku memang tak terkabul ketika kudapati isi di dalam paperbag merupakan sebuah ponsel mewah keluaran terbaru yang harganya pasti sangat fantastis.
“Gimana? Kamu suka?” tanyanya antusias.
Aku tertegun sejenak memandangi ponsel itu, sebelum akhirnya aku mengangguk penuh semangat seraya tersenyum lebar padanya. Terlihat seperti aku benar-benar bahagia padahal nyatanya hatiku sangat kecewa.
“Makasih ya, Sayang.” Aku tulus mengatakan ini. Dia menyeringai mendengarnya, mengundang kernyitan heran di dahiku. Ketika dia tiba-tiba meraih tanganku, lalu menariknya paksa hingga aku berdiri dan berakhir terjatuh di atas pangkuannya, aku tahu ada niat terselubung di balik seringaian menyebalkannya tadi.
“Cuma itu ucapan makasih dari kamu?” tanyanya seraya mengedipkan sebelah mata, menggodaku.
“Memangnya kamu maunya aku ngucapin makasih pake cara apa?”
“Serius kamu nanya?” Aku mengangguk, walaupun sebenarnya aku bisa menebak apa yang sedang berputar-putar di dalam otaknya.
“Baiklah, aku kasih tahu kalau gitu.”
Begitu selesai berucap, dia mendaratkan ciuman penuh hasrat tepat di bibirku. Lalu berdiri, memangku tubuhku seolah baginya tubuhku seringan kapas. Dia tampak tak kesulitan ketika berjalan menaiki tangga menuju kamar kami padahal aku berada dalam pangkuannya. Bibir kami masih saling memagut, baik aku maupun dia, tak ada yang berniat melepaskannya.
Kepercayaan pada suamiku memang mulai menghilang secara perlahan. Sepertinya tak ada jalan lain bagiku selain menyelidiki sendiri pemilik kalung itu. Karena bertanya langsung pada Raefal sepertinya mustahil dia akan mengatakannya dengan jujur jika kulihat dari jawaban-jawabannya tadi. Seolah tak ada wanita lain dalam hidupnya selain aku. Aku pasti akan menyelidikinya sampai aku tahu siapa wanita yang memiliki nama initial ZK itu.
Tapi untuk saat ini, tak ada pilihan bagiku selain menjalankan tugas sebagai seorang istri yang harus melayani kebutuhan biologis suamiku. Seandainya suamiku benar berselingkuh di belakangku, biarkan dia yang menanggung dosanya. Jangan aku. Karena aku akan tetap menjalankan kewajiban sebagai seorang istri meskipun saat mengingat kemungkinan dia berselingkuh, membuatku kehilangan minat untuk bercinta dengannya.

Book Comment (21)

  • avatar
    AthallahAthif

    bagus

    25/08

      0
  • avatar
    Hamira Hamade

    Ceritanya berhasil buat aku emosi dan akhirnya tersenyum sendiri 😂

    02/08

      0
  • avatar
    gaming 20rafa

    oky

    25/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters