logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 2

Pagi hari terasa begitu ramai seperti biasanya orang-orang berbincang dan lalu lalang kian kemari dengan dipenuhi kesibukan masing-masing. Ada berbagai rona kehidupan ditengah kota yang tidak pernah sepi. Manusia dengan segala hasratnya membuat suasana kehidupan menjadi semakin berwarna. Tawa terdengar bergeming di setiap sudut jalanan riuh pikuk sudah seperti hal biasa.
Hari ini tepat sebelum mulai bekerja tidak lupa aku selalu memesan secangkir kopi di sebuah Cafe bernama Marrianmouse dekat rumah sakit tempatku bekerja. Secangkir kopi hangat menemani diriku di pagi hari yang dingin. Sejenak aku memandangi sekitar rasanya tidak jauh dari biasanya dibalik ketenangan yang terlihat damai tersimpan begitu banyak rahasia.
Setelah beranjak dari Cafe tadi tempat aku membeli secangkir kopi waktu sudah menunjukan pukul 08.00 tepat dimana harus memulai bekerja sembari berjalan menuju ruanganku aku disambut seperti biasanya oleh rekanku yang sedang bertugas disana dia adalah Toni seorang dokter spesialis penyakit dalam penampilannya yang selalu terlihat rapi dengan kemeja biru yang dipadukan dengan celana hitam memakai jas lab seperti dokter pada umumnya dia menuju ke arahku dan mengajakku berbincang.
“Yo! Dinas pagi sekarang?” tanya Toni kepadaku
“Ya. Seperti itulah,” ucapku dengan santai
“Kau tahu pasien baru di ruang Dandelion sepertinya dia akan segera dioperasi kau yang menangani?” tanya Toni kepadaku dengan penasaran
“Ah, sepertinya itu bukan bagianku. Permisi sebentar aku harus bekerja,” ucapku kepada Toni
Tanpa berbasa-basi lagi aku langsung menuju ruanganku dan meninggalkan Toni di dekat tempat resepsionis. Rupanya hari ini begitu banyak pasien yang akan menjalani operasi. Memang ini pekerjaan yang digeluti selama kurang lebih 4 tahun. Masih terbilang pemula jika dibandingkan dengan dokter bedah yang lain. Dengan sigap aku membuka catatan pasien dan memeriksa beberapa file dokumen yang berisi daftar pasien untukku tangani. Jika dilihat dari dokumen-dokumen ini lumayan banyak yang harus aku tangani.
Tok tok tok
Suara dari arah pintu
Ceklek
Rupanya suster Anne yang membawa banyak sekali dokumen. Dengan tersenyum ramah dia menghampiriku.
“Permisi, Dok. Ini saya membawa semua askep pasien anda semuanya sudah saya kaji tinggal menunggu pemeriksaan dari anda. Saya simpan disini yah dok, terima kasih,” ucap suster Anne dengan sopan sambil meletakan dokumen-dokumen tersebut.
“Ya, silahkan simpan disitu nanti saya akan periksa,” ucapku kepada suster Anne
“Selamat bertugas dok,” ucap suster Anne sembari pergi dan menutup pintu ruanganku
“Iya, terimakasih,” ucapku dengan nada santai kepada suster Anne
2 jam berlalu tidak terasa waktu berjalan begitu cepat namun semua dokumen yang diperiksa belum juga selesai. Sepertinya ini akan memakan waktu lama dikarenakan akhir-akhir ini banyak sekali pasien yang mengidap penyakit penyakit kronis yang diharuskan untuk menjalani operasi mau tidak mau mereka harus melakukannya demi kesembuhan dan tentunya kehidupan yang mereka jalani.
Teerrrrddd Terrrrrdddd
Nada dering ponselku berbunyi segera aku mengangkatnya.
“Halo? Ya?” ucapku
“Kau tidak lupakan minggu ini anniversary kita,” ucapkan kepadaku
Rupanya yang menelponku adalah Sera pacarku. Dengan nada lembut aku berbincang dengannya di telepon.
“Tentu saja aku tidak lupa, dan juga aku sudah memesan tempatnya jangan khawatir. sudah dulu ya aku harus bekerja,” ucapku kepada Sera kemudian dia mematikan telpon nya.
Sejujurnya aku nyaris lupa jika minggu ini adalah anniversary kita berdua. Tepat beberapa menit aku langsung memesan tempat untuk kencan kita nanti. Untungnya masih sempat aku booking jika tidak ini akan merepotkan. Satu demi satu dokumen yang diperiksa mulai selesai tinggal beberapa dokumen lagi yang dalam waktu 1 jam lagi pasti akan selesai. Aku hanya perlu tekun seperti biasanya tidak perlu mengeluh dengan pekerjaan yang merepotkan ini pada dasarnya ini adalah pilihanku.
1 jam berlalu akhirnya pekerjaanku memeriksa dokumen askep pasien sudah selesai dan waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Segera aku membereskan mejaku yang jauh dari kata rapi untuk bersiap-siap menuju kantin rumah sakit. Ketika aku menuju kantin aku bertemu dengan seniorku dia juga dokter bedah namanya Billy. Dilihat dari penampilannya dia memang terlihat oke meskipun dibilang sudah berumur namun masih awet muda terlihat seperti lebih muda dariku. Dengan kacamatanya yang membuat dia terlihat menawan bagi para perempuan. Memang layak dijadikan idola mungkin bagi para perempuan di luaran sana.
“Wow seperti biasanya ya kau bekerja dengan baik, dengar-dengar akhir-akhir ini kau melakukan operasi otak pada pasien kecelakaan lalu lintas,” ucap Billy
“Terimakasih atas pujiannya, itu memang benar,” jawabku kepada Billy
“Ya, kau memang pantas. Teruslah seperti itu,” ucap Billy kepadaku sambil menepuk pundakku
“Terimakasih, anda juga bekerja dengan baik dan tentunya panutan saya,” ucapku lagi kepadanya
Dengan tersenyum dia meninggalkanku di sana mungkin banyak sekali pekerjaan yang harus dia lakukan terlebih lagi soal pasien di ruang Dandelion dia yang bertanggung jawab. Setelah berpapasan dan mengobrol dengan senior aku kembali ke aktivitasku yaitu makan siang disini aku memesan menu sehat seperti biasanya karena aku harus menjaga pola makan dengan tujuan kesehatan tentunya. Toni juga rupanya mampir ke kantin sambil makan bersama dengan rekan-rekanku yang lain kami mengobrol seputar kehidupan di dunia kerja dimana kami mulai dari titik nol hingga menjadi akrab satu sama lain.
Tidak terasa obrolan ini memakan banyak waktu dan kami harus mulai bekerja lagi. Pekerjaan yang masih dibilang sangat manusiawi yaitu membantu orang-orang untuk sembuh dan kembali menjalani kehidupannya kini dan nanti dengan harapan dan doa yang selalu menyertai mereka. Perlahan aku mulai sadar dengan apa yang dialami para pasienku yang semula ingin menjalani operasi kemudian berubah pikiran karena satu hal ketakutan akan kehilangan.
Pukul sudah menunjukkan waktu pergantian dinas aku bersiap-siap untuk mengikuti rutinitas aktivitas yang selalu dilakukan sebelum kami pulang. Beberapa waktu kemudian aku pergi meninggalkan rumah sakit tempatku bekerja menuju parkiran untuk mengemudikan mobilku. Tidak terasa aku sudah kembali ke rumahku aku membuka pintu dan masuk ke rumahku menyalakan lampu terasa begitu damai meski aku tinggal sendirian jauh dari keluarga ini tidak membuatku kesepian. Tubuhku yang mulai lelah ku baringkan di sofa sebelum akhirnya aku mandi.
Aku mengecek ponselku dan ternyata ada pesan dari Sera. Dia mengirim pesan padaku besok dia akan datang ke rumahku ketika aku membalas pesan nya dan tentu saja aku senang. Hari-hariku yang berat terganti dengan kedamaian. Sesaat mataku mulai terasa begitu berat dalam keheningan malam suasana yang begitu sunyi menjadikan harmoni dalam gemerlap purnama aku mulai menata tempat tidurku bersiap-siap pergi ke alam mimpi.

Book Comment (91)

  • avatar
    Salsa bilaVenda

    baseng

    23d

      0
  • avatar
    Fiki Wijaya

    Sangat memuaskan

    18/07

      0
  • avatar
    Che semanZarini

    i like it

    17/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters