logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

ORANG KETIGA

ORANG KETIGA

Anni Wlhr


Chapter 1 KARMA

Siang itu, seorang wanita cantik sedang duduk di sebuah cafe. Setelah berwarna maroon di padu dengan kerudung warna hitam membuat penampilannya nampak anggun.
Sesekali perempuan itu melirik rolex di pergelangan tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
"Dret! dret! dreettt!" Terdengar bunyi ponsel di sampingnya.
"Bu Anissa, mohon maaf yang sebesar-besarnya saya tidak bisa datang ke tempat yang telah kita sepakati, karena ada urusan mendadak yang tidak bisa di tunda. InsyaAllah kalau saya sudah menyelesaikan urusan saya, akan langsung menemui Bu Anissa. Sekali lagi saya minta maaf telah membuat ibu menunggu"
Begitulah pesan yang baru saja ia terima. Pesan dari salah satu rekan bisnisnya yang tidak bisa datang sesuai rencana mereka untuk bertemu di cafe tersebut guna membahas kerja sama yang akan mereka jalin.
Anissa Larasati, itulah nama perempuan cantik itu. Sudah dua tahun ini ia merintis usaha batiknya. Usaha turun temurun milik keluarganya yang kini sedang berkembang itu membuat ia harus turun tangan. Hari ini seorang investor di bidang usaha batik mengajaknya bekerja sama.
Setelah membalas chat tersebut Anissa memasukan ponsel ke dalam tasnya. Namun saat ia hendak beranjak dari tempat duduk, mata indahnya tertuju pada pengunjung yang baru saja tiba. Seorang pria yang sangat ia kenal mengandeng gadis cantik yang masih muda.
"Mas Andy!" Anissa mengatur degup jantungnya yang tiba-tiba tak beraturan.
Dari tempat duduknya yang terhalang kaca dengan jelas Anissa bisa melihat pria yang baru datang. Kini posisi duduk pria tersebut membelakangi Anissa. Mereka nampak begitu akrab. Tangan pria itu menggenggam jemari gadis yang ada di hadapannya. Entah mengapa melihat kemesraan mereka ada rasa sakit yang menghunjam dada Anissa.
"Ada apa dengan hatiku? Mengapa luka ini masih terasa sakit?" Anissa menarik nafas.
Siapa wanita cantik yang sedang bersamanya? Yang jelas itu bukan Rossa. Apa mungkin Mas Andy menikah dengan wanita lain? Ah, apa peduliku dengan urusan mereka. Kini aku punya kehidupan sendiri. Untuk menjadi seperti sekarang ini bukan hal mudah bagi seorang wanita yang pernah di khianati oleh suami dan sahabat.
Rossa, apa kabarnya dia sekarang? Mengapa bukan Rossa yang sedang bersama pria tersebut?
Bagi Anissa mengingat mereka adalah luka yang sangat perih. Butuh waktu untuk dirinya bisa sembuh dari luka itu. Walau sudah mengering tapi rasa sakit di hatinya begitu sulit untuk di sembuhkan.
Rossa adalah sahabat karibnya, bahkan sudah di anggap saudara olah Anissa. Suatu hari Rossa mengenalkan dirinya dengan seorang pria bernama Andy.
Setelah saling mengenal satu sama lain dan merasa cocok, Anissa dan Andy pun meneruskan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Walau ibu Andy kurang begitu setuju anaknya menikah dengan wanita yang berasal dari panti namun melihat kesungguhan hubungan anaknya, wanita yang sudah sering sakit-sakitan itupun memberi restu kepada anak.
Awal pernikahan mereka baik-baik saja, bahkan semakin baik. Namun saat pernikahan mereka menginjak tahun ke dua, Petaka itu datang bersama badai yg meluluh lantahkan mahligai pernikahan mereka.
_________
Mata Anissa mengerjap, menahan agar embun di matanya tak menjadi butiran air mata. Ingatannya kembali ke masa kelam yang terjadi sekitar dua tahun yang lalu.
Hari itu, Rossa datang ke rumahnya. Hampir satu tahun, sejak mertuanya meninggal dunia ini kali pertama Rossa berkunjung kembali ke rumah Anissa. Sahabatnya itu menghilang tanpa pernah mengirim kabar, bahkan Anissa tahu dari suaminya kalau Rossa keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Walau tak tahu alasan mengapa Rossa pergi begitu saja namun ia menganggap kalau Rossa telah memiliki kehidupan pribadi.
Benar saja, sahabat karibnya itu bercerita tentang masalah yang sedang ia hadapi bersama kekasihnya. Rossa telah menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah berkeluarga selama satu tahun dan kini ia di tinggalkan begitu saja setelah Rossa menyerahkan kesucinya. Rossa terlihat begitu terpukul.
Anissa berusaha menenangkan hati sahabatnya. Mencoba menasehati agar ia meninggalkan pria tersebut karena berhubungan dengan lelaki beristri sangatlah merugikan. Terutama untuk Rossa. Ia tak ingin sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri menjadi pelakor. Di luar sana masih banyak pria singel yang lebih pantas untuk Rossa, selain cantik dan pintar Rossa juga gadis yang baik dan periang.
Malam harinya, Anissa tidur lebih awal. Meninggalkan Rossa dan suaminya yang masih asik menonton pertandingan bola di ruang keluarga. Rasa kantuk yang sulit di tahan membuat Anissa tertidur pulas di kamarnya.
Suara televisi yang sangat kencang membuat tidur Anissa terbangun. Saat Anissa melihat ke samping tempat tidur ia tak mendapati suaminya. Dengan kepala yang terasa pusing Anissa berusaha bangun dari tempat tidur.
Perlahan ia berjalan menuju pintu kamar. Ia bermaksud untuk melihat suaminya yang mungkin ketiduran di ruang keluarga. Saat Anissa membuka pintu kamar yang langsung terhubung ke ruang keluarga ia melihat keadaan ruangan saat itu nampak temaram karena posisi lampu ruangan dalam keadaan tidak menyala. Hanya cahaya televisi dan suara volume yang sedang menyiarkan berita tengah malam.
Samar-samar Anissa mendengar suara desahan dari arah sopa. Awalnya ia mengira itu suara dari televisi. Namun semakin lama suaranya semakin jelas seperti suara orang mengerang. Penasaran Anissa menyalakan stop contak yang ada di sampingnya.
Anissa tertegun dengan apa yang ia lihat di hadapannya. Dalam cahaya lampu yang terang benderang ia melihat pemandangan yang hampir membuat detak jantungnya berhenti. Di sana, di atas sopa Anissa melihat Rossa dan suaminya sedang melakukan perbuatan yang menjijikkan.
Itulah malam terakhir Anissa melihat Rossa dan suaminya. Anissa pergi tanpa pamit pada suaminya. Pergi membawa kepingan hatinya yang hancur.
Brakkk!
Suara keras dari arah meja di mana Andy dan teman wanitanya membuyarkan lamunannya. Saking asiknya Anissa larut dalam kenangan masa laku, ia tak tahu kapan wanita itu datang.
Di sana, nampak seorang wanita sedang bertolak pinggang dan mengeluarkan kata-kata yang kasar berusaha menyerang wanita yang nampak terperanggah mendapat serangan mendadak.
Sontak saja keributan itu menjadi tontonan gratis para pengunjung cafe yang sedang ramai, bahkan banyak yang mengabadikannya lewat ponsel. Bisik-bisik kaum wanita mencibir ke arah meja Mas Andy.
"Hah, pelakor! Apa di dunia ini sudah tidak ada lagi laki-laki lagi? Sampai kamu merebut suamiku, hah!"
"Rossa!" Anissa bergumam, walau posisinya membelakanginya namun ia masih ingat suaranya.
"Rossa! Untuk apa kamu datang kesini dan membuat keributan, bikin malu saja!" Andy berdiri dari tempat duduknya.
"Mas tanya untuk apa aku datang? Aku ke sini untuk melihat perselingkuhanmu, dan memberi pelajaran pada pelakor murahan ini" Tangan perempuan itu dengan cepat meraih gelas minuman yang baru saja di bawa oleh pelayan cafe.
"Byurr!" Minuman yang di pastikan dingin itu menguyur rambut gadis yang sedang duduk.
"Hentikan Rossa! Dasar perempuan bar-bar" Andy melindungi gadis yang sedang bersamanya.
"Tega, kamu, Mas, ngelakuin ini saat aku sedang hamil, dasar laki-laki brengs*k" Tangan Rossa melayang ke arah wajah Andy, namun dengan cepat di tangkap oleh Andy dan menghentikan tangan Rossa hingga terhuyung ke belakang. Beruntung seorang wanita menahan tubuh Rossa.
"Pak, tolong jangan membuat keributan di sini. Saya tak mau pengunjung di sini merasa tidak nyaman" Ujar wanita tersebut.
Anissa merasa semakin getir saat melihat tubuh Rossa yang memakai pakaian ketat, nampak bagian perutnya yang membesar. Seandainya tak ada wanita yang menahan tubuh Rossa entah bagaimana nasibnya.
"Lepaskan saya, saya tak akan membiarkan pelakor itu lepas begitu saja!" Rossa beeusa melepaskan diri dari wanita yang sedang menahannya.
"Hentikan kegilaanmu, Rossa! Dia bukan pelakor yang kamu bilang, dia calon istriku! Sekarang kamu pulang, kita selesaikan urusan kita di rumah" Bentak Andy dengan emosi.
"Apa kamu bilang, Mas? Calon istri, gila kamu, ya!" Rossa semakin tak bisa mengendalikan kemarahanya.
"Satpam! Tolong amankan mereka!" Teriak perempuan yang baru datang.
Tak lama kemudian dua orang berseragam satpam datang menghentikan keributan yang sedang terjadi.
Karma, secepat itukah dia datang kepada Rossa. Walau tak sesakit yang pernah Anissa rasakan dulu. Namun itu sudah menunjukan kalau apa yang kita tanam maka itu yang akan kita tuai. Anissa yang tak pernah membalas perbuatan mereka kini Tuhan telah membalas tunai.
🍁Bersambung 🍁

Book Comment (371)

  • avatar
    Jennisa Channel

    Ini gak ada lanjutannya Rosa yang menjelaskan kesalahannya,lalu Anisa dan Andy hidup bahagia dan diberi momongan☺️

    02/09/2023

      0
  • avatar
    KarimahJamilah

    seruuu bgtt sih aslii sayang pas di akhirnya lanjutan nya ngegantung bikin makin penasaran tolong lanjut dongg kaaaa🥰🔥🔥

    16d

      0
  • avatar
    NAJIBABDUL

    ini yang aku tunggu tunggu

    22d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters