logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5

Istri Cacat CEO
Bab 5
Christian baru sampai di unitnya saat mencium harum aroma masakan dari arah dapur. Ia melihat kesana dan mendapati Via tengah duduk sambil menikmati makan malam sendirian. Walau mulutnya tengah mengunyah pelan, namun pikirannya sedang berkelana hingga tak menyadari seorang Christian berdiri memperhatikannya. Sebenarnya Christian pulang hanya untuk mandi dan berganti pakaian, karena dirinya sebenarnya akan pergi lagi menuju pesta yang diadakan oleh relasi bisnisnya. Pesta untuk merayakan keberhasilan atas terpilihnya dirinya sebagai 'man of the week' yang berhasil mengembangkan bisnisnya hingga beberapa negara timur tengah.
'Gadis aneh,' gumam Christian lalu beranjak menuju ke kamarnya. Baru kali ini ia mendapati seseorang yang begitu khusyuk dalam lamunan panjang tanpa menyadari ada orang lain di sekitarnya.
Via berhenti mengunyah makanan, pikirannya tertuju pada ibu dan ayahnya di negerinya. Ia Ingin tahu kabar mereka, namun dia tak mengetahui nomor telepon disana, satu-satunya yang ia tahu hanya nomor ponsel Chiara. Inginnya ia bertanya pada Chiara, namun pasti gadis kasar itu akan membentaknya dan mengatainya 'wanita jelek dan bodoh' lagi. Bukankah itu menyakitkan.
Saat Christ keluar dari ruangannya, Via masih asyik dengan lamunannya. Christ berdehem namun Via seperti tak mendengarnya.
"Hei, berhentilah melamun!" seru Christ yang langsung membuat Via terlonjak terkaget.
"Tu-Tuan," ujar Via saat melihat ke arah Chis, Via menunduk saat mendapati Christ yang bicara dengan wajah dinginnya.
"Aku tak suka ada pekerjaku yang tak fokus dan asik dengan lamunannya. Jika kamu keberatan bekerja di sini, maka sebaiknya kamu mengundurkan diri!" ujar Christ tajam. Via makin merunduk, baru beberapa saat bekerja, mana mungkin ia berani mengundurkan diri.
"Ma-af, Tuan." Via menunduk takut. Christ langsung pergi tanpa menoleh lagi padanya. Sebenarnya Christ tidak jahat, ia hanya iseng menggertak saja.
Selepas lelaki itu pergi, Via mengusap dadanya yang masih berdebar karena ketakutan. Ia segera membereskan meja makan dan mencuci piring yang kotor. Ternyata semenakutkan itu dimarahi oleh orang asing, pikirnya.
Via masuk ke kamarnya, lalu mengetik pesan kepada Chiara.
'Tuan Oliver baru saja pergi dengan pakaian formal." Send.
*****
Di tempat lain, Chiara merasa khawatir setelah menerima pesan dari Via. Ia menghubungi kekasihnya dan pura-pura merindukan lelaki itu.
Saat ini Christ sedang dalam perjalanan, tak menduga bahwa Chiara tiba-tiba menghubunginya.
"Sayang, ada apa?" tanya Christ langsung.
"Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Chiara balik bertanya.
"Tentu saja aku merindukanmu, sayang."
Setelah berbasa-basi, Chiara memberondong pertanyaan yang membuat kepala Christ berdenyut. Bagaimana bisa gadis itu mengetahui bahwa dirinya tidak berada di unitnya.
"Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu tak boleh keluyuran di luar jam kantor. Karena aku tak mau kalau sampai kamu melihat gadis cantik dan menghabiskan malam dengan mereka," perintah Chiara terdengar menyebalkan dipikiran Christ. Memangnya siapa gadis itu, berani sekali dia mengatur dirinya. Sikap Chiara tak ubahnya seperti James, ayahnya yang otoriter itu.
"Aku hanya menghadiri pesta bersama relasi tak ada hubungannya dengan gadis-gadis."
"Pokoknya, tidak boleh."
Christ mencoba memberi penjelasan, namun suara Chiara yang terus melarangnya pergi membuat Christ akhirnya menuruti perintah Chiara.
Christ menarik nafas dalam lalu kembali bersuara.
"Baiklah Nona, aku akan kembali ke unit dan pergi tidur. Kamu puas sekarang?"
"Itu lebih baik sayang." Chiara tersenyum puas lalu menutup sambungan. Ia merasa menang setelah berhasil membuat seorang 'Christian Oliver' menuruti perintahnya.
*****
Christ melangkah gontai, kembali menuju ke unitnya. Wajahnya yang terlihat riang tadi berubah menjadi kaku dan dingin.
"Bisa-bisanya aku menuruti perintah gadis itu. Menyebalkan!" Christ mendengus kesal sambil melepaskan dasinya dan melemparkannya asal. Ia memijat keningnya yang nampak berat. Biasanya ia akan menghabiskan malam-malam dengan pesta dan minuman di tangannya, lalu kembali ke unit diantar oleh para penjaganya, sama sekali tidak ada gadis yang berani mendekat padanya. Namun tidak malam ini, setelah Chiara melarangnya. Christ kemudian berpikir, apakah mungkin Chiara mempunyai mata-mata disini yang bertugas memberi informasi kepadanya.
Perut Christ berbunyi karena lapar. Sejak makan siang, ia belum mengisi perutnya lagi. Christ akhirnya pergi ke dapur lalu membuka kulkas dan mendapati beberapa makanan yang tertata rapi. Sudah pasti itu adalah masakan yang dibuat oleh Via tadi.
Setelah memasukkan sebentar pada 'microwave', Christ makan di ruang tamu sambil menonton tv. Masakan Via benar-benar sesuai seleranya. Meski dirinya bukan orang Indonesia asli, namun ia menyukai makanan asia karena sang ibu berasal dari sana. Christ adalah anak campuran. Ayahnya berasal dari Australia sedangkan sang ibu berasal dari Indonesia. Meski begitu, tetaplah hanya makanan Indonesia yang selalu menjadi favoritnya. Itulah mengapa, Christ lebih suka mencari pekerja dari negeri ibunya, karena selain masakannya yang enak, juga selalu membuatnya terkenang akan kehadiran ibunya, Melina. Wanita cinta pertamanya yang selalu ada disisinya dan mencurahkan kasih sayang padanya, sebelum akhirnya takdir kembali mengambilnya dan meninggalkan kesedihan yang mendalam di hati sang putra. Christ sendiri tidak mempunyai adik atau kakak yang bisa dijadikan tempatnya mengadu atau sekedar berbagi suka duka. Ia hanya anak tunggal, tinggal sendirian bahkan tanpa sahabat yang dekat. Dan selama ini hanya Bram yang selalu setia di sisinya. Entah kalau lelaki itu memilih resign nantinya.

Book Comment (536)

  • avatar
    nr.syhiraa

    Really No

    2d

      0
  • avatar
    Ismuliadi

    semoga lebih baik

    5d

      0
  • avatar
    Wiwi Ivan

    bgus

    5d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters